Keesokan paginya, Nayla terbangun dengan rasa kantuk yang masih tersisa. Tadi subuh ia bangun karena dipaksa oleh Ridho melaksanakan sholat subuh berjama’ah. Lalu, ia langsung saja pulang dan masuk lagi ke kamar melanjutkan tidurnya dengan nyenyak. Nayla tidak mengikuti kajian subuh yang diberikan oleh Firman – abangnya sendiri. “Eh ... hape aku batrainya masih ada apa nggak, ya? Semalam aku lupa cas kayaknya,” ucap Nayla dan langsung meraih ponselnya di atas nakas. Nayla masih menyempatkan diri untuk menscrool layar ponselnya untuk mengecek isi dari ponselnya itu. Sejak ia mengirimkan pesan kepada Damar semalam, ia tidak tahu apakah Damar membalas pesannya atau tidak. “Eh, kok ada panggilan masuk dari Damar semalam?” tanya Nayla dengan kening berkerut ketika melihat kontak atas nama Da