Beberapa menit telah berlalu, tapi supir yang hendak menjemput Arya masih juga belum tiba. “Lia, kau yakin orang yang kau telepon itu akan datang menjemput gigolo ini?” Uma duduk di tepi ranjang dengan melipat tangan dan kaki, mengamati Arya yang terlihat pulas. “Ya. Aku yakin. Mungkin mereka terkena macet. Tunggu sebentar lagi.” 'Dia berada di rumah seorang perempuan kenalannya, Tuan Lee. Dan menurut firasatku, Tuan Arya sudah membuat sebuah kesalahan fatal.' Perkataan pria di telepon tadi terngiang di kepala Lia. Jika supir pribadi Arya berkata demikian, maka ia pasti tahu alamat rumahnya tanpa mesti diberikan alamat rumahnya. Dengan kata lain, Arya memang sudah sering membicarakannya. "Dia menyukai perempuan itu. Anda tahu bukan naluri tuan muda kami?" Wajah Lia menjadi muram dan