ELEVEN- A PROMISE.

2166 Kata
ELEVEN- A PROMISE. MALAM harinya Bright kembali ke ruang perawatan Moonlight. Hal pertama yang dia lihat adalah cahaya temaran yang menyinari ruangan itu. Bright menduga kalau saat ini Moonlight belum tertidur. Masih terlalu dini bagi gadis itu untuk menyelami alam mimpi. Dia yang mengenal Moonlight dengan cukup baik meyakini kalau Moonlight masih terjaga meski tidak melihat pergerakan apa pun di dalam sana. Sambil memikirkan bagaimana membawa Moonlight keluar dari sana, Bright melangkah masuk. Ia berhenti tak jauh dari ranjang Moonlight untuk mengambil napas. “Bright…” tiba-tiba suara Moonlight mengejutkannya. “Kaukah itu?” “Ya.” jawab Brighton spontan. “Kau belum tidur?” Siluet tangan yang mengambang di udara tampak bergerak pelan. “Belum. Aku tidak bisa tidur.” Nalurinya sebagai seorang laki-laki yang dulu pernah hadir di dalam hidup gadis itu muncul. Jika Moonlight mengatakan kalau dia tidak bisa tidur, itu artinya ada yang mengganggu pikiran gadis itu. Bright melanjutkan langkahnya. Ia berhenti tepat di sisi Moonlight lalu memeriksa keadaaannya. “Ada apa?” tanyanya dengan nada halus. “Bright, bisakah kau ijinkan aku pulang?” Bright sontak menggeleng. Dia akan menjadikan Moonlight tawanannya. Mustahil bagi Bright melepas gadis itu sekarang. “Tidak. Kau masih sakit.” “Aku mengkhawatirkan keluargaku.” “Di mana mereka? Aku akan menghubungi nomor Mosha dan mengatakan kalau kau sedang bersamaku.” Ketika ia menyebut nama Mosha, wajah Moonlight mendadak pucat pasi. Meski ekspresi itu hanya bertahan dalam hitungan detik, Bright yakin kalau dia melihat Moonlight sempat ketakukan. Pasti sesuatu terjadi dengan Mosha, pikirnya dalam hati.  Moonlight tersenyum lebar. “Mosha sedang berada di luar negeri. Keluargaku sendiri bahkan kesulitan menghubunginya. Tolong ijinkan aku pulang. Aku tidak bisa berada di sini terlalu lama.” “Kau akan tinggal denganku sampai benar-benaar sembuh, Moon.” Bright melipat kedua tangan di depan d**a. Dia tidak punya alasan menahan gadis itu lebih lama. Sudah setahun sejak mereka berpisah, dia tidak lagi mengetahui mengenai keluarga Moonlight. Termasuk saudara kembarnya-Mosha. “Bright,” Moonlight terdengar menghela napas. “Tolong. Jangan paksa aku. Bukankah sekarang kita berteman? Seharusnya kau memahamiku sebagai temanmu.” Teman. Ya. Sebagai teman yang baik Bright memang harus bersikap seperti itu. Namun dia bukanlah teman terbaik untuk Moonlight. Dia hanya memanfaatkan kesempatan yang ada untuk membalaskan dendamnya pada wanita yang sudah membuatnya terluka selama setahun belakangan. “Sebaliknya,” Bright menganbil duduk di sisi Moonlight. “sebagai teman yang baik aku tidak mungkin membiarkanmu pulang dalam kondisi seperti ini, Moon. Apa kau tidak takut jika nanyi keluargamu melihatmu seperti ini? Mereka pasti akan sangat khawatir dan panik jika putri kesayangan mereka pulang dalam keadaan terburuknya. Aku yakin Mosha juga akan berpikir demikian.” Tangan bodoh Brighton menarik kepala Moonlight lalu menyandarkan di bahunya. “Bersabarlah, Moon. Aku ini temanmu. Aku tidak akan melukaimu.” Moonlight diam seribu bahasa. Hal itu cukup mengganggu pikiran Brighton. Seandainya saja Bright mampu membaca jalan pikiran seseorang, dia pasti tidak akan sepanik sekarang. Semakin ke sini, sikap Moonlight memang semakin sulit ditebak. Bright bahkan merasa kalau mereka belum pernah mengenal sebelum ini. “Begitukah menurutmu, Bright?” “Iya.” Sahut Bright cepat. “Begitu, Moon. Kepulanganmu hanya akan membuat keluargamu khawatir. Ngomong-ngomong di mana mereka tinggal? Aku bisa mendatangi mereka dan mengatakan kalau kau bersamaku.” Moonlight menggeleng. “Tidak perlu. Aku akan menghubungi mereka dengan ponselku. Apakah kau melihat ponselku? Di mana benda itu sekarang?” Sebenarnya Bright tahu di mana benda itu tetapi ponsel Moonlight tentunya akan menimbulkan masalah baru bagi rencananya. Dia tidak siap jika nanti Moonlight menghubungi Lucas atau mungkin orang lain yang berkaitan dengan pria itu. “Aku tidak tahu, Moon. Aku minta maaf. Kalau kau masih ingat kejadian yang menimpamu dan calon kakak iparku, saat itu aku hendak menghampiri kakak iparku. Lalu aku melihat sebuah mobil menabrak kalian. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku fokus menyelamatkan kau dan Midnight.” “Hmbbb…” Moonlight hanya berdeham pelan. “Mungkin Daniel tahu. Bisakah kau bertanya padanya mengenai ponselku?” “Ah, iya.” Bright pura-pura antuasias dengan ide Moonlight. “Aku akan bertanya pada Daniel secepatnya. Tapi apakah kau sama sekali tidak ingat nomor ponsel atau email salah satu dari keluargamu? Untuk berjaga-jaga kalau seandainya nanti ponselmu tidak ditemukan.” “Aku akan mencoba mengingatnya.” Moonlight berkata dengan nada malas. “Apa pun yang terjadi padaku, mereka harus tahu di mana keberadaanku. Seandainya aku tidak bisa mengatakan pada mereka kalau aku sakit, setidaknya mereka harus tahu kalau saat ini aku baik-baik saja.” “Moon,” Bright merangkum wajah Moonlight dengan kedua tangannya yang lebar. “Ini mungkin tidak mudah bagimu. Apa yang terjadi padamu saat ini murni kesalahan keluargaku. Aku minta maaf untuk semuanya.” Senyum merekah di wajah cantik Moonlight. Di bawah cahaya temaran di ruangan itu, membuat wajah Moonlight tampak bersinar indah. “Kau tidak perlu minta maaf padaku. Yang sudah terjadi biarlah terjadi. Jangan merasa bersalah atas sesuatu yang bahkan tidak pernah kau lakukan. Anggap saja semua sudah digariskan oleh Takdir.” “Ahhh, Moon…” Bright tidak bisa menahan diri. Dia menarik tubuh Moonlight ke dalam pelukannya. “Kau baik sekali. Terima kasih banyak, Moon.” “Sama-sama…” ujar Moonlight tulus. Ketulusan yang terpancar dari mata serta ucapan Moonlight membuat Bright berpikir ulang untuk menyakiti gadis itu. Benarkah dulu Moonlight meninggalkannya demi pria lain yang jauh lebih baik dari dirinya? Atau apa yang terjadi di masa lalu sebenarnya hanyalah mimpi buruk di antara mereka berdua? Tidak. Tidak. Kau tidak boleh menjadi lemah dan bodoh lagi, Bright. Jangan terperdaya dengan suara yang memikat itu. Dan juga jangan terpercaya dengan senyumnya yang mungkin bisa menghancurkanmu. Senyuman itu bisa saja menghancurkanmu tanpa pernah kau sadari. “Tolong katakan padaku kalau kau mengingat nomor ponsel salah satu dari keluargamu, Moon. Aku akan menyiapkan ponsel khusus untukmu.” “Tentu saja.” Moonlight kembali pada posisi awalnya. “Sekarang aku akan berusaha untuk tidur. Terima kasih sudah menanyakan keadaanku. Jujur saja itu sedikit membuatku tenang. Dan terima kasih untuk sarannya.” ** Pura-pura tidur. Itulah yang harus dilakukan oleh Moonlight sekarang. Dia tidak tahu kapan Bright akan membawanya keluar dari rumah sakit ini. Dia juga tidak tahu apakah Bright berbohong padanya mengenai ponselnya atau dia sedang berkata jujur. Ada banyak hal yang tidak dia ketahui tentang Brighton. Termasuk kepedulian pria itu padanya. Untuk saat ini dia tidak ingin memikirkan hal itu. Moonlight ingin fokus pada kesembuhannya agar bisa secepatnya keluar dari belenggu Bright. Dia tidak bisa terus-menerus berada di sini. Ada banyak pekerjaan yang harus dia urus. Sebenarnya Moonlight hapal di luar kepala nomor-nomor keluarga yang harus dia hubungi. Juga email yang biasa dia gunakan, yang sejatinya dipegang oleh asistennya. Dia bisa saja mengirim pesan ke email tersebut dan mengatakan kalau dia sedang berada di New York karena sesuatu hal. Namun Moonlight tidak akan melakukannya jika kondisinya tidak mendesak. Sebelum dia tahu niat Brighton mengurungnya di sini, dia tidak akan mengambil tindakan gegabah. Bagaimana pun Moonlight tidak boleh lengah. Ada banyak beban yang ditanggung oleh punggungnya, jika dia tumbang. Maka habislah semua. Moonlight tidak ingin itu terjadi. Dia harus bertahan. Jika dia jatuh sekarang maka semua perjuangannya di belakang juga sia-sia. Tidak. Moonlight tidak akan menyerah menghadapi semua ini. Demi Mosha. Demi keluarganya. Dan demi putri kecil Mosha. Tiba-tiba Moonlight merasakan pelukan hangat dari Brighton. Pria itu berbisik lirih di puncak kepalanya. “Selamat tidur, Moonlight.” Perlakuan manis pria itu hanya akan menimbulkan rasa bersalah yang membuat Moonlight tidak nyaman. Dari sekian banyak orang di dunia, kenpa Tuhan harus mempertemukan dirinya dengan Bright? Semakin lama, Moonlight semakin tidak nyaman dengan situasi ini.Dia seharusnya bisa fokus dengan pekerjaan, keluarga, dan Mosha. Bukan malah berdiam diri seperti orang cacat seperti sekarang. Jika Moonlight mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mosha pada Bright, bisa saja pria itu akan menertawakannya. Dan Lucas? Ah, kenapa juga Lucas harus menjadi salah satu orang yang berniat menghancurkan dirinya dan Mosha? Sialan! “Ingaktkah kau saat pertama kali kita bertemu?” Bright melempar sebuah pertanyaan yang mustahil dilupakan oleh Moonlight. Meski begitu dia tidak ingin menjawabnya. Moonlight akan tetap diam seribu bahasa sampai Bright bosan menceritakan masa lalu mereka. “Kupikir saat itu kita tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi ternyata aku salah. Setelah hari itu kita semakin sering bertemu. Seandainya waktu bisa diputar, aku akan dengan senang hati mengulang semuanya bersamamu. Aku bahkan rela kehilangan karirku hanya agar bisa punya waktu lebih banyak untuk bersama. Sayangnya, saat itu aku terlalu sibuk dengan karirku di dunia F1 sampai aku tidak menyadari kalau waktuku untukmu-“ “Bright!” potong Moonlight. “Berhentilah!” Moonlight tahu Bright hendak menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalan hubungan mereka. Padahal faktanya hubungan mereka baik-baik saja sampai Lucas datang dan mengambil kesempatan atas apa yang menimpa Mosha. Lucas yang memaksanya meninggalkan Bright malam itu. Meski sebenarnya Moonlight tidak sanggup menghadapi semua masalah itu sendirian tanpa Brighton! “Tidak ada yang salah denganmu! Berhenti mengungkit masa lalu yang pernah terjadi di antara kita. Kau harus bisa move on, Bright! Kita sudah sepakat untuk berteman. Jadi tidak ada alasan aku mendengarmu mengungkit-ungkit apa yang terjadi dengan hubungan kita. Kau laki-laki baik-baik. Aku percaya kau bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik di banding aku.” “Bagaimana jika aku tetap tidak bisa menemukannya? Sampai sejauh ini hanya kau-“ “Kau akan selalu memiliki aku sebagai temanmu. Kupastikan itu!” “Benarkah?” “Iya.” “Jadi, setelah hari ini kau tidak akan meninggalkanku meskipun kita kembali ke dunia kita masing-masing?” “Iya, Bright. Aku tidak akan meninggalkanmu asalkan kau mau berjanji untuk melupakan apa yang dulu pernah terjadi di antara kita.” Bright menggeleng cepat. “Aku tidak bisa berjanji sebelum kau juga berjanji untukku.” “Janji?” ulang Moonlight tidak mengerti. “Janji kalau kau akan terus menjadi temanku.” “Bright…” Moonlight menghela napas panjang. “Kita ucapkan bersama. Bagaimana? Kalau sulit bagimu mengucapkannya, ucapkanlah dalam hati.” “Baiklah.” Bright meninta Moonlight untuk menautkan jari manis mereka. Keduanya lalu menutup mata rapat-rapat dan mulai merapal janji. Moonlight tidak mengucapkan apa pun kecuali meminta pada Tuhan untuk menguatkan dirinya menghadapi Brighton yang semakin ke sini semakin terlihat seperti anak-anak. Sementara di sisi lain, Bright melakukan hal serupa. Dia tidak akan berjanji untuk melupakan Moonlight. Dia hanya ingin tahu alasan sebenarnya di balik kepergian Moonlight satu tahun yang lalu dan apa hubungannya dengan Lucas. Lucas. Mulai sekarang namamu abadi dalam benak Brighton Arley Smith. ** Sekali lagi Bright memastikan apakah Moonlight benar-benar sudah terlelap atau masih terjaga. Seharusnya sejak awal Bright mengatakan kepada Moonlight kalau dia akan membawa gadis itu keluar dari rumah sakit. Namun Bright tidak sanggup melakukannya karena dia takut kalau Moonlight menolak ide itu. Semula Bright juga ingin membawa Moonlight untuk pulang ke rumahnya tetapi belakangan ia mengurungkan niat tersebut. Mengingat ada Lucas di antara mereka berdua, Bright harus mengambil langkah tepat agar Lucas tidak bisa menemukan Moonlight di kemudian hari. Setelah memastikan kalau Moonlight benar-benar terlelap, Bright akhirnya menghubungi Daniel. “Kemarilah!” katanya lewat sambungan telepon. Tak lama setelah itu pintu terbuka lebar. Daniel datang bersama seorang laki-laki yang mereka ketahui sebagai salah satu dokter yang menangani Moonlight. Keduanya berjalan menghampiri Bright yang saat ini berdiri tak jauh dari ranjang Moonlight. “Apakah kita akan berangkat sekarang?” tanya Daniel. “Sebelum berangkat, aku ingin memastikan apakah anak buah Lucas masih ada di sekitar sini untuk memata-matai Moonlight?” Daniel menghela napas pendek. “Mereka masih ada di sekitar sini. Entah apa yang mereka lakukan di luar sana tetapi kupastikan kalau mereka tidak akan meninggalkan rumah sakit ini selama Moonlight masih berada di sini.” “Apakah kau tahu di mana saja mereka? Untuk berhasil keluar dari sini tanpa diketahui oleh Lucas, kita membutuhkan rencana yang matang. Aku tidak mau anak buah Lucas melihat kepergian kita.” Bright lalu menjelaskan rencana yang sudah ia susun selama sekian detik yang lalu di dalam kepalanya. Daniel dan dokter muda yang menangani Moonlight mendengarkan dengan seksama. Mereka harus memikirkan semua ini dengan matang. Tidak ada yang boleh terlewatkan sedikit pun atau semuanya akan sia-sia. Setelah penjelasannya selesai, ia bergegas menyuruh Daniel untuk pergi dari sana dan mencari beberapa orang yang bisa membantu mereka keluar dari sini dengan selamat. Sang dokter pun ikut membantu dalam upaya melarikan diri dari Lucas. Dia lebih dulu memeriksa kondisi Moonlight sebelum keluar untuk menjalankan tugasnya. “Perjalanan kita akan membutuhkan waktu 7 sampai 8 jam. Pastikan dia bisa melewati semua itu. Aku tidak mau sesuatu terjadi pada Moonlight selama kita dalam perjalanan ke sana.” Dokter itu mengangguk singkat pada Bright. Ia lalu mengangkat kepalanya dan berkata, “Dengan semua alat medis yang menunjang kesehatan Moonlight, kupastikan tubuhnya sudah siap untuk melakukan perjalanan ini.” “Kau yakin itu?” Dokter muda itu mengangguk. “Ya.” “Tolong buat dia tertidur selama dia dalam perjalanan ini. Aku ingin dia bangun setelah kita sampai di tempat tujuan.” “Baik.” Bright akan membawa Moonlight pergi ke tempat yang sangat jauh. Tempat yang mustahil ditemukan oleh Lucas dan para pengikutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN