TEN- TO BE FRIENDS.
SISA hari itu Bright menghabiskan waktu bersama Moonlight di atas kasur. Dia menemani Moonlight menonton beberapa film yang belum sempat mereka tonton sebelumnya. Dulu, kegiatan itu menjadi salah satu aktifitas kesukaan mereka. Bright dan Moonlight akan meluangkan waktu satu hari penuh agar bisa marathon film animasi atau film action. Tepat setelah makan siang, keduanya jatuh tertidur. Moonlight memeluk erat Bright di tengah tidurnya. Bright yang merasakan lengan gadis itu melingkar di tubuhnya otomatis membuka mata. Seharusnya itu menjadikan tidurnya jauh lebih nyenyak. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Bright tidak bisa tidur akibat sentuhan Moonlight.
Napas Moonlight yang teratur sekaligus menyadarkan Bright kalau mereka bukanlah sepasang kekasih lagi. Lagi-lagi kenyataan itu menghantam telak d**a Brighton. Sejak mengetahui hubungan Moonlight dan Lucas ternyata tidak sejauh itu, Bright entah mengapa berharap lebih dari Moonlight. Dia ingin menjadikan gadis itu miliknya lagi. Dia ingin memiliki Moonlight sepenuhnya. Haruskah Bright menjebak Moonlight agar gadis itu tidak bisa meninggalkannya?
Trik ini pernah dipakai oleh ayahnya. Dulu, Mr. Smith atau kita panggil saja Dewa Herlambang kesulitan mendapatkan gadis pujaannya-Gadis. Yang bisa dilakukan Dewa muda saat itu hanyalah menyebar gossip akan hubungan mereka. Kakak tertuanya, Bruce pun mengikuti jejak sang ayah dengan menyebar berita hoax akan hubungannya dengan salah satu model yang namanya tengah naik daun. Bruce memberitahu media kalau sebentar lagi dia akan menikah dengan Eva. Hal itu cukup membuat kegemparan di dunia entertainment. Ulah Bruce nyatanya mampu membuat Eva bertekuk lutut di hadapan Bruce. Jika Bright menggunakan trik ini, mungkinkah dia bisa menjerat Moonlight?
Lalu, trik berikutnya yang dilakukan sang ayah adalah dengan menghamili ibunya. Ya, Mr. Smith sengaja membuat Mrs. Giselle. Kelima anak laki-laki ayahnya tahu betul akan trik-trik semacam ini karena ayah mereka menceritakan semuanya pada mereka di suatu malam saat sang ibu sedang pergi keluar bersama teman-temannya. Beberapa hari yang lalu Brady sudah mengakui kalau dia sengaja membuat Midnight hamil agar gadis itu terikat padanya. Bright melirik Moonlight yang masih tertidur dalam pelukannya. Kenapa dulu dia tidak menghamili Moonlight saja? Mereka bercinta ratusan atau bahkan ribuan kali. Tidak pernah terpikirkan oleh Bright dia ingin Moonlight mengandung anaknya.
Dulu yang Bright pikirkan hanyalah kebahagiaaan Moonlight. Gadis itu sudah memberinya kesempatan besar dengan mengambil kegadisannya. Mereka dulunya hanyalah dua orang remaja yang sedang mencari jati diri dengan mencintai satu sama lain tanpa pernah memikirkan masa depan. Hingga Moonlight pergi meninggalkannya dan Bright akhirnya sadar bahwa sebesar apa pun cintanya, sebesar apa pun pengorbanannya pada Moonlight, dia tidak akan bisa memaksa gadis itu untuk terus bersamanya.
Sekarang, haruskah aku menghamili Moonlight?
Di tengah kegundahannya, tiba-tiba Bright merasakan pelukan Moonlight semakin menguat. Gadis itu menguap lebar dan berkata, “Bright… tidur.”
“Aku tidak bisa tidur,” ia mengakui. Bright mendaratkan kecupan manis di pucuk kepala Moonlight. “Tidurlah, Moon. Kau butuh istirahat.”
Moonlight kembali menguap. “Apa yang kau pikirkan?”
“Kau…” Bright meletakkan sebelah tangan di atas perut Moonlight kemudian mengelus bagian itu dengan sayang. Kedua kakaknya akan memiliki anak sebentar lagi. Jika dulu Moonlight tidak meninggalkan dirinya, mungkin saat ini dia sudah mengandung anak Bright. “Moon,”
“Ya?”
Bright memikirkan ulang apa yang hendak dia katakan. Seharusnya dia tidak merendahkan diri di hadapan gadis yang dia cintai. Namun di sisi lain mustahil dia bisa mencintai wanita lain selain Moonlight. Kebersamaan mereka selama bertahun-tahun nyatanya tidak bisa dia hapus dari ingatannya. Jika dia bisa memilih, Bright ingin menjalani hidup seperti kakaknya Brady. Yang bisa dengan mudah gonta-ganti teman tidur. Sialnya, justru sifat Bruce yang kelewat bucin pada Eva lah yang menurun padanya.
“Ada apa? Kau keberatan aku memelukmu seperti sekarang?”
“Iya.” Bright menjawab asal. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Moonlight setelah Bright dengan sengaja menyinggung perasaannya.
Moonlight melepas pelukan mereka. Dengan mata masih terpejam rapat, ia berusaha melanjutkan tidurnya. “Maaf,” ucap Moonlight singkat.
“Moon?” Bright mencoba berbicara dengan gadis itu. Tiba-tiba rasa bersalah kembali menderanya. Dulu Moonlight meninggalkan dirinya begitu saja tanpa penjelasan dan Bright mengira semua itu karena Lucas. Lucas mungkin punya peran penting dalam hancurnya hubungan mereka tetapi sejauh ini Bright tahu dia belum mengetahui alasannya secara jelas. “Kenapa dulu kau meninggalkanku?”
Kali ini Moonlight membuka matanya lebar-lebar. Dia menguap sekali sebelum menjawab pertanyaan Brighton. “Bukankah sudah jelas? Aku pergi meninggalkanmu karena laki-laki lain. Kalau kau dendam padaku, itu hakmu. Kalau kau benci padaku-“
“Itu juga hakku,” potong Bright cepat. “Bagaimana hubunganmu dengan laki-laki itu?”
“Baik,” jawab Moonlight asal.
“Kalian masih berhubungan?”
“Iya.”
Bright memutar bola matanya. Dia tahu Moonlight sedang berbohong saat ini. Dengan sabar Bright melanjutkan interogasinya. “Moon, aku serius.”
“Aku juga.”
“Sekali lagi kutanya padamu, apakah kau masih berhubungan dengan laki-laki itu?”
Moonlight terlihat enggan menjawab pertanyaanya. “Hubunganku dengan dia bukanlah urusanmu, Bright. Tolong hentikan semua ini.”
“Aku tidak bisa!” Bentak Bright. “Maksudku, mungkinkan kita bisa memulai dari awal?”
Gadis itu terdiam cukup lama. Bright tidak tahu bagaimana dia bisa meluluhkan hati Moonlight lagi. Dia sudah banyak berubah selama satu tahun ini. “Aku tidak bisa, Bright. Sudah kubilang dari awal, kau berhak mendapatkan wanita yang jauh lebih baik di banding aku.”
“Kau yakin?” tanya Bright dengan hati yang sudah robek. Namun Bright tidak akan menyerah sekarang. Dia akan mendapatkan Moonlightnya lagi. Tidak peduli jika dia harus bersaing dengan Lucas atau siapa pun itu.
“Iya.”
Jawaban Moonlight kembali merobek hati Brighton. Ia cepat-cepat memulihkan sakit hatinya. Keluarga Smith pantang menyerah secepat itu. Maka Bright juga tidak akan menyerah sekarang. “Baiklah.” Bright meletakkan salah satu tangan di bahu Moonlight. “Kalau memang kita tidak bisa kembali seperti dulu lagi, maukah kau mengijinkanku menjadi temanmu? Aku tidak bisa bermusuhan denganmu selamanya. Setelah ini mungkin kita tidak akan bertemu lagi, Moon. Aku ingin pertemuan singkat ini menjadi kenangan manis untuk kita kenang sebelum berpisah. Bagaimana?”
Berjuang hingga titik darah penghabisan. Kira-kira itulah yang saat ini sedang dilakukan oleh Bright. Mengajak Moonlight kembali menjalin hubungan asmara seperti dulu. Gagal. Lalu mengajak Moonlight berteman. Jika cara ini juga gagal, maka Bright tidak akan segan-segan menggunakan kekerasan.
“Teman ya?” tanya Moonlight dengan suara lirih.
“Iya,” sahut Bright senang. “sebatas teman, Moon. Apakah kau mau?”
Moonlight mendongak, menatap manik mata Bright dengan tatapan yang tak bisa diartikan. “Sampai kapan?”
“Sampai kapan pun. Kalau kau sembuh, kau boleh pergi meninggalkanku. Aku yang akan merawatmu selama kau sakit. Anggap saja ini sebagai tanggung jawab Bright padamu.”
Moonlight mengirim sebuah senyum tulus pada Brighton. “Baiklah kalau begitu. Mulai sekarang kita resmi berteman.” Gadis itu mengangkat tangan kanannya, berharap Bright menjabat uluran tangannya.
Bright yang tidak memahami kode yang diberikan oleh Moonlight bergegegas menggenggam tangan itu lalu mengecupnya dengan sayang. Ia hampir saja berkata I love you, My Moon tetapi untung saja Bright teringat bahwa saat ini dirinya dan Moonlight hanyalah sebatas teman. “Teman.”
“Seorang teman tidak mencium tangan temannya seperti itu, Bright.” Moonlight menggeleng-gelengkan kepala. “Aku mengajakmu berjabat tangan.”
“Eh?” Bright terkekeh malu. “Maaf… Maaf…”
“Tidak masalah,” gadis itu menarik tangannya lagi. “Jadi apa sekarang kau bisa tidur?”
“Oh,” Bright mencubit pipi Moonlight keras. “Kau menerima ajakan pertemananku karena kau ingin aku segera menutup mulut dan berhenti mengganggumu?”
Moonlight meringis. “Iya. Bright, pengaruh obat membuatku mengantuk. Kalau kau memandangiku seperti itu aku tidak akan bisa tidur dengan tenang. Kau merusak suasana tidurku, Teman.”
“Sial!” Bright mengumpat lirih. “Tidurlah, Moon.”
“Kalau kau tidak punya sesuatu untuk dikerjakan, sebaiknya kau juga tidur. Kapan lagi kau bisa menikmati tidur siang seperti sekarang?”
“Begitu ya?” Bright ingin sekali merasakan bibir manis Moonlight. Haruskah dia berterus terang kalau dia menginginkan gadis itu? “Moon?”
“Apa lagi, Bright?”
“Bolehkah aku menciummu?” tanyanya dengan nada polos.
“Cium? Moonlight mencoba menjauhkan diri dari Bright. Namun usahanya gagal karena jika dia bergerak sedikit saja maka dia akan jatuh ke lantai. “Itu tidak termasuk dalam perjanjian, Bright.”
“Sekali saja,” pinta pria itu dengan mata berkaca-kaca. “Setelah ini aku tidak akan mengganggu tidurmu.”
“Sekali, ya?” tanya Moonlight memastikan. “Baiklah.”
Dan yang terjadi selanjutnya kalian bisa menebaknya sendiri.
**
Setelah makan malam, Bright memilih untuk pergi ke luar. Dia membiarkan Moonlight seorang diri di kamarnya. Seharusnya dia mengatakan pada Moonlight kalau mulai malam ini Moonlight akan dipindahkan dari rumah sakit. Namun entah mengapa dia tidak sanggup melakukannya. Bright hanya takut kalau gadis itu menolak kepindahannya ke rumah mereka. Ya, Bright memang berencana membawa Moonlight ke rumah yang dulu pernah mereka tempati bersama selama bertahun-tahun.
Seharusnya Bright menjual rumah tersebut setelah perpisahan mereka. Setiap sudut dari rumah itu mengingatkan Bright akan hubungannya dengan Moonlight. Namun ibunya pernah berkata, Cobalah menghadapi rasa sakit itu dan jangan menghindarinya, Bright. Menjual rumahmu, menghapus semua kenangan tentang Moonlight belum tentu membuatmu melupakannya. Jika memang kalian tidak ditakdirkan untuk bersama, semua kenangan yang berhubungan dengan gadis itu akan musnah ditelan oleh waktu tanpa perlu kau lawan.
Awalnya Bright juga berpikir kalau dia akan segera melupakan Moonlight setelah perpisahan mereka. Namun seiring berjalannnya waktu, nyatanya semua itu mustahil untuk dilakukan. Dia menuruti semua perkataan ibunya karena Bright ingin membuktikan pada dunia kalau dia bisa melupakan Moonlight dengan sangat mudah. Faktanya, di sini lah Bright sekarang. Masih memuja gadis itu sama seperti hari-hari pertama pertemuan mereka.
“Sampai kapan kau akan melamun di sini, Bright?” sebuah suara yang cukup familiar terdengar di telinga Brighton.
Bright menghela napas panjang sebelum berbalik ke arah sumber suara. “Bagaimana kondisi Midnight, Brady?”
“Baik,” sahut sang kakak. “Kau tahu, dia ingin makan sate.”
“Sate?” ulang Bright tidak mengerti.
Brady mengangguk. “Sate. Salah satu makanan khas Indonesia. Midnight melihat itu dari i********:. Dan sekarang dia menginginkannya,”
“Aku baru tahu ada makanan seperti itu.”
“Kau bisa mencari tahu di google. Sialnya tidak ada penjual sate di sini,”
“Jadi?” Bright menelengkan kepala. “Oh… ini pasti keinginan bayinya. Bukankah begitu, Brady?”
“Ya,” Bahu Brady merosot seketika. “Aku sudah menyuruh Lennon mencari tahu bagaimana cara membuat sate. Midnight melarangku masuk ke kamar sebelum aku membawa sate.”
Melihat kakaknya kebingungan Bright sama sekali tidak menaruh simpati. Sebaliknya, dia justru tertawa tanpa dosa di atas penderitaan sang kakak. “Bisakah kau berhenti melawak, Brady? Aku benar-benar tidak sanggup tertawa lagi.”
Brady yang saat itu kesal menoyor kepala Bright hingga pria itu nyaris terjungkal. “Aku kemari ingin meminta pendapatmu! Bukan memintamu untuk menertawakanku seperti itu.”
“Oh, ayolah! Lain kali jauhkan Midnight dari ponselmu atau dia akan menyiksamu lebih dari ini.” Ia kembali tertawa terbahak. “Brady… Brady…”
“Kalau kau tidak punya solusi atas masalahku, sebaiknya aku pergi dari sini.”
“Aku memang tidak punya solusi,” ucap Bright sebelum kakaknya berjalan menjauh. “tapi kemana kau akan pergi? Mencari sate? Ah, kalau kau sudah menemukannya tolong bungkuskan satu untukku, Kak.”
Brady yang mendengar ejekan itu hanya bisa mengepalkan kedua tangannya. “b******k kau, Bright!”
Melihat kemarahan sang kakak, Bright sontak mengangkat kedua tangan ke udara. “Baiklah. Aku minta maaf.”
“Maafmu sama sekali tidak berguna.”
“Jadi, apa yang kau inginkan? Aku tidak bisa membantumu untuk hal yang satu ini. Kita tunggu saja apa sampai Lennon kembali. Jangan lupa berdoa semoga dia bisa membawa beberapa porsi sate untuk Midnight.”
“Aku bahkan tidak yakin kita bisa menemukannya di sini.”
Bright berpikir sejenak. “Kau bilang sate berasal dari Indonesia?”
“Iya.” Sahut Brady singkat.
“Kenapa kau tidak bertanya pada Mom atau Dad? Mereka mungkin lebih tahu mengenai makanan ini. Bagaimana pun mereka berasal dari Negara itu.”
Brady membuka mulut lebar-lebar. “Sial! Kenapa baru terpikirkan olehku hal itu? Aku akan menghubungi mereka sekarang!” Pria itu lalu melangkah menjauh dari hadapan Bright. “Terima kasih, Adik!”
“Sama-sama!” teriak Bright sembari tersenyum pada punggung sang kakak. Jauh dari lubuk hatinya Bright senang melihat Brady bahagia. Selama ini pria itu tidak pernah benar-benaar jatuh cinta meskipun ada begitu banyak wanita yang singgah di kehidupannya. Midnight, gadis itu telah mengubah kakaknya cukup banyak. Brady yang sekarang tentu jauh lebih bijaksana di banding Brady yang berandalan dulu. Seandainya saja Midnight dan Brady tidak pernah bertemu, mungkin kakaknya tidak akan berubah menjadi sebaik sekarang.
“Sudah saatnya,” Bright dikejutkan oleh suara Daniel yang datang entah dari mana. “Atau kau akan menunggu sampai dia tertidur?”
Bright berbalik, ia melihat Daniel dalam setelah hitam dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. “Menurutmu bagaimana? Apakah Moonlight bersedia pindah ke rumahku?”
“Seharusnya dia menolak tapi kalau kau bisa memberinya alasan yang jelas kurasa dia tidak punya pilihan lain.”
“Bagaimana dengan Lucas?”
“Kami tidak bisa melacaknya semudah itu. Meskipun penjagaan di rumah sakit ini cukup ketat, Lucas bisa menembusnya dengan mudah. Dia punya orang-orang hebat di dalam genggamannya. Lucas bukanlah kecoa yang bisa kita singkirkan dengan mudah, Bright. Kita tidak bisa main-main dengannya.”
“Itu artinya,” Bright menghela napas. “Selain Moonlight, aku juga tidak punya pilihan, bukan?”
“Iya.” Daniel menatap lurus ke depan. “Pilihannya hanya satu, keluar dari rumah sakit ini untuk menghindari Lucas. Mencari tempat yang sulit dijangkau olehnya.”