TWELVE- ZERMATT.

2115 Kata
TWELVE- ZERMATT. ZERMATT, SWISS. 01,00 pm. Setelah melewati delapan jam perjalanan udara serta tiga jam perjalanan darat, Brighton dan rombongannya akhirnya sampai di Zermatt. Sebuah kota yang cukup jauh dari New Yrok. Zermatt merupakan sebuah kota di distrik Visp di kanton Valais di Swiss. Letaknya di bagian selatan di dekat perbatasan Italia. 62 km tenggara Gstaad dan 10 km perbatasan Italia. Sebuah kota yang direkomendasikan oleh Brady. Sebelum memutuskan membawa Moonlight kabur kemari, Bright lebih dulu berdiskusi dengan kakaknya. Sang kakak menyarankan agar dia dan Moonlight pergi ke Zermatt. Di sana Bright bisa menikmati liburan musim dingin tanpa perlu mengkhawatirkan paparazzi dan yang lainnya. Bright meletakkan Moonlight di atas tempat tidur yang cukup nyaman. Dia dan rombongannya sengaja menyewa dua buah rumah di desa terpencil di sana. Tujuannya agar mereka tidak bertemu dengan banyak orang. Bright ingin liburannya kali ini berkesan untuk dirinya dan Moonlight. Juga menghindari kejaran Lucas. Pria itu, meskipun tidak memiliki hubungan khusus dengan Moonlight tetapi keinginannya untuk mendapatkan Moonlight cukup besar. Setelah mengumpulkan semua informasi mengenai Lucas, kini Bright tahu kalau pria itu bukanlah pria sembarangan. “Kau butuh sesuatu? Aku akan menyiapkannya untukmu,” Ujar Daniel yang masih berdiri di ambang pintu. Bright mengamati sekeliling dan melihat sebuah bathub yang terletak di salah satu sudut ruangan. Setelah perjalanan panjang yang cukup melelahkan, sepertinya berendam di air hangat akan mengurangi sedikit bebannya. “Tolong siapkan air hangat di bathub itu dan koktail. Aku ingin berendam sebentar.” “Tunggu sebentar,” Daniel meletakkan goodie bag di atas meja. “Aku akan menyuruh pelayan menyiapkannya untukmu.” “Terima kasih, Daniel.” Daniel tidak menghiraukan ucapan terima kasih dari Bright. Dia segera pergi mencari para pelayan untuk menyiapkan semua kebutuhan Bright dan Moonlight. Saat ini Moonlight masih dalam pengaruh obat tidur. Menurut prediksi Bright, gadis itu akan terbangun satu atau dua jam dari sekarang. Dia akan memanfaatkan waktu itu untuk mandi dan berisitirahat. Selama perjalanan, Bright nyaris tidak bisa tidur setelah mendengar penuturan Daniel mengenai Lucas. Di sisi lain dia cukup tertarik mengenai fakta yang membuat Moonlight meninggalkannya satu tahun lalu hanya demi laki-laki seperti Lucas. Bright mengenal dengan baik siapa Moonlight. Rasanya mustahil gadis itu bisa menjalin hubungan dengan laki-laki seperti Lucas. Moonlight gadis baik-baik. Selama mereka menjalin hubungan, nyaris tidak pernah Moonlight terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Jika dia percaya begitu saja mengenai semua omong kosong Lucas, itu artinya Bright adalah pria paling bodoh di dunia. Sebuah ketukan pelan menyadarkan Bright dari lamunannya. Dia melihat Daniel berdiri di ambang pintu bersama dua pelayan di belakangnya. Setelah satu anggukan darinya, mereka bertiga masuk. Daniel menghampiri dirinya sementara dua pelayan menjalankan tugas mereka. “Setelah mandi, sebaiknya kau makan, Bright?” “Aku akan makan nanti setelah Moonlight bangun. Uruslah dirimu sendiri, Daniel. Jangan terlalu mengkhawatirkan aku.” Daniel memutar bola matanya. “Aku digaji penuh oleh ayahmu untuk menjaga dan melindungimu. Tolong jangan lupakan tugas-tugasku, Tuan Muda.” “Sialan!” Umpat Bright lirih. “Terserah padamu. Apakah kau sudah memastikan kalau tempat ini aman?” Daniel mengangguk. “Sudah. Tidak ada yang perlu kita khawatirkan di sini. Semuanya aman dari Lucas, musuh-musuh ayahmu, dan juga paparazzi. Aku telah menempatkan beberapa penjaga di luar wilayan yang kita sewa ini. Tidak ada yang bisa memasuki kawasan ini tanpa melewati para penjaga itu.” lapor Daniel. “Itu artinya aku bisa tinggal di rumah ini hanya dengan Moonlight?” Kening Daniel mengerut dalam. “Maksudku, tinggalkan aku dan Moonlight berdua di sini. Bisakah?” “Kenapa?” “Dengan semua penjagaan di luar, kurasa aku tidak membutuhkan penjagaan lain. Kalian bisa menjaga luar rumah ini atau perbatasan-perbatasan yang kau maksud.” Dua pelayan telah selesai dengan pekerjaannya. Mereka lalu pamit undur diri dari kamar Bright dan Moonlight. Bright dan Daniel melihat punggung keduanya menghilang ditelan pintu. Dan begitu pintu kamar tertutup, Daniel melempar lelucon yang cukup membuat wajah Bright memerah seperti kepiting rebus. “Bright, kau tidak bisa meniduri Moonlight dalam kondisi seperti ini. Sebaiknya kau pikirkan ulang niat bejatmu itu.” Bahu Bright merosot lesu mendengar tuduhan itu. “Bisakah kau singkirkan pikiran kotor itu dari kepalamu? Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Moonlight di sini. Bukan untuk bercinta dengannya.” “Sudah lebih dari satu tahun, Bright.” Daniel menatap ke bagian intim di antara kedua kaki Bright. “Aku yakin juniormu membutuhkan perawatan khusus.” Kali ini Bright tidak bisa menahan amarahnya. Dia menendang sebelah kaki Daniel dengan kakinya. “Tapi bukan berarti aku tega meniduri Moonlight dalam kondisi sekarang, Bodoh! Sudahlah! Aku lelah berbicara denganmu, Daniel. Keluar dari sini dan biarkan aku menenangkan pikiranku. Jika aku membutuhkan sesuatu, aku akan menghubungimu! Dan jangan datang kalau aku tidak memintamu untuk kemari!” Daniel lalu bangkit dari duduknya. “Baiklah! Baiklah!” katanya pasrah sembari meninggalkan ruangan tersebut. Saat mencapai pintu, pria itu menyempatkan menengok ke belakang sekilas. “Bright, berhati-hatilah! Jangan lengah menghadapi Moonlight karena bisa saja dia berniat buruk padamu.” Setelah mengucapkannya Daniel segera menutup pintu. Sejujurnya Bright tidak tahu bagaimana menanggapi ucapan Daniel. Pria itu memiliki insting tajam pada semua hal. Termasuk bahaya. Jika Daniel sudah menyuruhnya untuk berhati-hati, itu artinya pria itu mencium sesuatu yang tidak beres dengan Moonlight. Dengan perasaan kalut, Bright mengalihkan padangannya pada Moonlight. Mungkinkah gadis sepolos Moonlight tega menyakitinya? Membuang jauh-jauh prasangka buruk mengenai Moonlight, Bright memilih bangkit dari sofa. Ia menngambil botol koktail lalu membukanya dengan cepat. Bright memandang ke luar jendela sembari menuang koktai ke dalam gelas lalu meneguknya dengan cepat. Rasa panas menjalari tenggorokannya, seolah cairan itu membakar tenggorokan Bright dengan begitu kejamnya. Bright lalu menuang koktail lagi dan membawa segelas penuh minuman beralkohol itu menuju bathtub. Ia meletakkan gelas di atas meja kecil yang terletak di sisi bathtub lalu melepas satu per satu pakaian yang dia kenakan. Setelah menanggalkan semua pakaiannya, Bright masuk ke dalam bak mandi yang berisi air hangat serta buble bath beraroma lavender. Ia menghirup dalam-dalam aroma tersebut sembari berharap dengan begini benaknya akan tenang. Namun yang terjadi justru sebaliknya, Bright semakin takut jika Lucas tiba-tiba datang. Ia kembali meneguk koktail. Kali ini Bright menyandarkan kepala ke belakang. Perlahan air hangat itu mampu membuatnya merasa tenang. Bright lalu memjamkan matanya rapat-rapat sembari menghirup aroma lavender yang menguar bebas ke udara. ** Kelopak mata Moonlight bergerak perlahan kala mendengar suara musik yang mengalunkan lagu-lagu favoritnya. Ketika kedua bola matanya terbuka lebar, Moonlight mendapati dirinya sudah tidak berada di rumah sakit. Langit-langit ruangan itu sangat jauh berbeda dengan saat dia masih berada di rumah sakit. Moonlight menghela napas panjang, akhirnya Bright berhasil memindahkannya tanpa persetujuan darinya. Ia menghela napas pendek kemudian menguap lebar. Di sini Bright lah yang berkuasa. Sementara dirinya hanyalah seorang gadis yang terperangkap bersama mantan kekasihnya. Salah satu yang Moonlight syukuri dari situasi ini adalah Bright tidak menaruh dendam padanya setelah apa yang dia lakukan di masa lalu. Dan Moonlight patur bersyukur untuk yang satu itu. Lelah mendongak ke atas, Moonlight mengalihkan pandangannya. Ia melihat sekeliling dan betapa terkejutnya dia saat melihat interior ruangan itu. Ranjang yang saat ini dia tempati berada di tengah-tengah ruangan. Ruangan itu cukup luas dengan sebuah sofa panjang serta meja di salah satu sudutnya. Lantainya terbuat dari kayu, salah satu dindingnya terbuat dari jendela kaca besar yang langsung menghadap ke pegunungan es di hadapannya. Tidak hanya interior mewah yang membuat Moolight terperangah tetapi pemandangan itu juga menyihirnya. Apakah ini hanya ilusi? Moonlight mencoba menetralkan napasnya. Ia memeriksa ruangan itu sekali lagi dan rupanya dia sedang tidak berhalusinasi. Apa yang saat ini dilihatnya adalah sebuah kenyataan. Terlihat dari banyaknya salju yang turun dari langit. Dari semua hal yang membuatnya takjub, ada sesuatu yang sejak tadi menarik perhatian gadis itu. Laki-laki yang saat ini berendam di bathtub. Apakah itu Bright? Tanyanya dalam hati. “Tidak. Tidak mungkin dia Brighton.” Gumam Moonlight lirih.  “Tapi kalau bukan Brighton siapa lagi?” Dengan kesabaran yang sudah berhasil dia kumpulkan, Moonlight menunggu laki-laki itu membuka matanya. Cara pria itu tidur dengan wajah menengadah ke langit-langit menyulitkannya menebak siapa pria itu. Netra Moonlight menjelajah tubuh bagian atas pria itu yang kebetulan tidak mengenakan sehelai benang pun. Moonlight menemukan sebuah tattoo kecil di d**a pria itu. Ia ingat betul tulisan di tato itu meskipun tidak terlihat dengan jelas karena ukurannya terlalu kecil. Bright to the Moon. Kalimat yang disusun oleh Bright dari nama mereka berdua. Moonlight pikir pria itu sudah lama menghapusnya. Namun rupanya tattoo itu masih di sana. Bertengger di d**a Bright seolah dia tidak akan pergi dari tempat itu. Lagi-lagi rasa bersalah yang cukup besar menyelinap masuk melalui celah di hatinya. Dia tidak menyangka kalau setelah perpisahan mereka Bright masih menyimpan beberapa kenangan akan kebersamaan mereka dulu. Lama menunggu akhirnya Brigh terbangun. Gerakan kecil pria itu membuat air yang ada di dalam bathtub keluar dari tempatnya. Moonlight menahan napas saat pria itu tak kunjung menyadari kalau dirinya sudah bangun. Bibirnya terkunci rapat saat dia hendak menyapa Brighton. Jika dia bertindak gegabah, hal itu mungkin akan mengejutkan Bright. Namun jika dia tetap membisu seperti gadis bodoh yang belum pernah melihat anatomi tubuh lawan jenisnya, sebuah bencana akan terjadi dalam waktu dekat. Dan… yang dia takutkan pun akhirnya terjadi. Bright bangkit dari posisinya. Pria itu berdiri tegak seolah tidak ada seorang pun di sana selain dirinya. Seolah Moonlight adalah makhluk tak kasat mata yang tidak bisa dilihat oleh kedua mata Brighton. Tidak bisa lagi menahan diri, Moonlight akhirnya menjerit keras sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tindakan gegabah itu justru membuat tiang infuse jatuh dan mendarat tepat di atas kepalanya. “Arghttttt!” ia menjerit untuk kedua kalinya. Tepat saat itu, Bright yang panik melihat kondisi Moonlight langsung berlari menghampiri gadis itu. Sesampainya di sisi Moonlight, Bright bergegas menyingkirkan tiang infuse yang menyangkut di bahu Moonlight. Dia memeriksa kondisi Moonlight sambil menanyakan berbagai macam pertanyaan yang melintas di benaknya. “Ada apa, Moon? Kau baik-baik saja? Di mana yang sakit? Katakan padaku apa yang membuatmu takut! Atau siapa yang melakukan ini padamu? Aku akan menghajarnya sekarang juga!” Bright, tidakkah kau tahu kalau kaulah pelakunya? Runtuk Moonlight dalam hati. “Moon, tolong katakan sesuatu padaku!” pinta Bright dengan nada khawatir di dalamnya. “Ada apa? Ah! Sial!” tiba-tiba Bright mengumpat keras. “Darahmu keluar dari infuse. Aku akan segera memanggil dokter.” “Bright-“ Dengan mata masih terpejam rapat, Moonlight mencoba meraih tangan Brighton. Usahanya gagal karena Bright yang entah di mana saat itu tidak lagi bisa dijangkau oleh Moonlight. Namun tak lama setelah itu Bright meraih tangannya. “Ada apa? Aku harus segera memanggil dokter.” “Jangan!” pinta Moonlight. Dia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Bagaimana menyusun kalimat yang pas untuk mengatakan kalau apa yang membuat Moonlight seperti sekarang adalah tubuh polos Bright yang tiba-tiba muncul dari bathub dan mengejutkannya. “Aku baik-baik saja.” “Jangan gila! Aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja! Tunggu di sini! Aku akan memanggil dokter untukmu!”   Moonlight memaksakan diri untuk membuka matanya. Tepat sesuai dugaannya selama ini, Bright berdiri di sisinya tanpa memakai sehelai kain pun. Ia memalingkan wajah dari pria itu sebelum melihat sesuatu yang membuatnya tegang. “Bright, bisakah kau memakai bajumu?” “Ah!” Bright mendesah pelan. “A-Aku,” “Tidak masalah. Aku bisa memahaminya. Aku hanya terkejut melihatmu telanjang,” Moonlight kemudian membuka mata dan tersenyum manis pada pria itu. “Nah, tugasmu sekarang adalah memakai baju dan segera kembali ke sini.” Di luar dugaan, Bright justru ikut melempar senyuk licik padanya. “Hm… aku tidak menyangka kau bisa seterkejut ini. Bukankah dulu kita selalu…” Pria itu sepertinya sengaja menjeda ucapan. “Itu dulu, Bright. Ingat, kita yang sekarang bukanlah kita yang dulu. Tolong hargai hubungan pertemanan kita dengan mengambil bajumu dan memakainya. Se-ge-ra!” “Bagaimana kalau aku tidak mau? Aku akan tetap di sini agar kau bisa melihat apa yang tadi kau lihat.” Pria itu mendekatkan wajah pada Moonlight lalu berbisik di telinganya. “Kita bisa menghabiskan malam yang panjang seperti dulu.” Moonlight segera mengusir jauh-jauh ajakan penuh godaan itu. Dia berkata benar saat membandingkan mereka yang sekarang dan mereka yang dulu. Bright yang sekarang jauh lebih memesona. Jika dihadapkan dalam situasi seperti ini terus-menerus, sepertinya pertahanan Moonlight akan runtuh dalam waktu dekat. “Maaf, tapi kita tidak bisa melakukannya. Terlepas dari semua usahamu untuk membuatku h***y, aku akan bisa memuaskanmu dengan kondisiku yang sekarang. Maaf, Tuan Muda, Bright. Sepertinya Anda harus mencari wanita lain untuk memuaskan juniormu.” Bright menggigit bibir bawahnya. “Kau memang pandai bersilat lidah. Mulutmu bisa berbohong padaku tapi matamu tidak, Nona. You want me.” “No!” bantah Moonlight tegas. “You want me like I want you. That's a fact.” Bright mencium bibir Moonlight dengan cepat. “I want you, Moon.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN