SIX-BLOOD ON YOUR LIPS.
MOONLIGHT hanya bisa melihat kepergian Bright lewat sudut matanya. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi padanya. Rasanya baru kemarin Moon berniat pergi ke Kota untuk menemui saudara kembarnya-Mosha. Sebuah kunjungan rutin yang tidak pernah dia lewatkan selama satu tahun ini. Hari ini hidupnya berubah drastis. Berubah drastis hanya dalam hitungan detik.
Begitu pintu tertutup Moonlight mengembuskan napas panjang. Ia memejamkan mata cukup lama. Berharap apa yang terjadi saat ini hanyalah sebuah mimpi buruk dan saat ia terbangun nanti Moon tengah berada di tengah-tengah keluarga, sedang merayakan ulang tahun putri kecil Mosha.
Lama matanya terpejam akhinya Moon memutuskan untuk membukanya. Ia sepenuhnya sadar kalau saat ini dia sedang tidak bermimpi. Moon mengamati sekeliling mencari petunjuk di rumah sakit mana dia dirawat. Sayangnya Moonlight tidak menemukan apa pun. Dia mengarahkan padangannya pada nakas, berharap menemukan ponselnya di sana. Sial, tidak ada apa-apa di atas meja nakas kecuali sebuah gelas berisi air yang kini hanya tersisa separuh.
Bertemu dengan Bright adalah satu dari sekian banyak hal yang tidak dia inginkan. Dia sudah menghancurkan pria itu dengan memilih pergi bersama Lucas di hari jadi mereka yang kelima. Sejak malam itu Moonlight berharap Tuhan tidak akan mempertemukan mereka lagi. Moonlight meninggalkan semua kenangan bersama Bright di Kota New York dan memilih pindah ke sebuah desa kecil bersama kedua orangtuanya. Ia menjual bisnis dan semua asset yang dia miliki pada Lucas. Berharap semua itu mampu menyelamatkan Mosha dari tindak pidana. Sialnya pengorbanannya sia-sia. Semua itu masih belum cukup untuk membawa Mosha kembali ke tengah-tengah keluarga mereka. Moonlight dan pihak keluarga harus puas melihat pria itu mendekam di balik jeruji besi.
Cukup lama Moonlight tenggelam dalam lamunannya. Ia dikejutkan dengan sebuah gerakan di pintu. Jantung Moonlight berdegup kencang, ia berharap yang datang bukan Bright. Bright sudah mengucapkan selamat tinggal. Seharusnya itu cukup untuk mereka berdua. Selama tinggal. Dua kata sebagai tanda perpisahan mereka. Moonlight berharap dia tidak akan bertemu lagi dengan Bright. Apa pun yang terjadi hidupnya harus terus berjalan tanpa Bright. Dia sudah sangat siap memulai kehidupan baru, bertemu dengan laki-laki yang akan menjadi belahan jiwannya, kisah asmara baru, dan masih banyak lagi. Jika Moonlight dan Bright dipertemukan kembali, dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Moonlight benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana jika pria itu ternyata menyimpan dendam padanya.
“Moonlight, apa kau sudaah bangun?” terdengar sebuah suara yang begitu dikenalinya.
Moonlight melihat sosok itu berjalan mendekat ke arahnya setelah pintu di belakangnya tertutup rapat. Sosok yang dia kenal sebagai Daniel itu bahkan mengunci pintu ruangan. Di titik ini Moonlight semakin ketakutan. Dia sama sekali tidak tahu apa tujuan Daniel mengunci pintu.
“Ini aku, Moon.” Pria itu mempercepat langkah kemudian berhenti tepat di sisi ranjang. “Maaf mengeutkanmu,”
“A-aku sama sekali tidak terkejut,” dustanya.
Daniel melongok ke belakang, seolah tengan memastikan apakah pintu sudah tertutup rapat atau belum. “Kuharap kau masih mengingatku.”
Moonlight memutar bola mata dengan gaya dramatis. “Aku bersumpah kalau aku tidak mengalami amnesia. Daniel, bisakah kau menemukan ponselku? Aku harus menghubungi keluargaku.”
“Mosha?” tanya Daniel penuh perhatian.
Moonlight mengenal Daniel dengan sangat baik. Pria itu telah bekerja dengan Bright sejak dia masih remaja. Usia Daniel tidak terpaut jauh dengan Bright. Di mana ada Bright di situ pasti ada Mosha. “Ya.” dustanya sekali lagi.
Baik Bright maupun Daniel tidak mengetahui situasi Moonlight saat ini. Memang sebaiknya mereka tidak tahu. Moonlight tidak ingin hidupnya yang sudah tertata rapi, jauh dari jangkauan Bright kembali dihancurkan oleh kenangan yang pernah mereka miliki. Dia ingin selamanya seperti ini. Hidup dari bayang-bayang Brighton. Demi menebus kesalahannya di masa lalu.
“Aku tidak tahu di mana ponselmu. Aku tidak bisa menemukannya di lokasi kejadian. Kuharap kau hafal nomor Mosha jadi aku bisa menghubunginya untukmu.”
Tidak. Moonlight tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. “Oh. Sayang sekali.” Ia menampakkan senyum palsunya. “Aku tidak bisa mengingat nomornya. Kalau begitu akan menghubunginya setelah keluar dari sini. Ngomong-ngomong Daniel, bisakah kau memberitahuku apa yang terjadi padaku? Maksudku luka-luka ini.” Ia menunjuk dengan dagunya bagian tubuhnya yang terlilit perban.
Daniel menghela napas panjang. “Tentu saja, tapi sebelum aku mengatakan padamu apa yang sebenarnya terjadi, aku ingin meminta maaf. Moon, aku harus memindahkanmu dari sini. Sekarang juga.”
“Ha?” Moonligt mengerutkan keningnya dalam. Ia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan Daniel. Minta maaf? Memindahkan? Apa maksudnya?
“Kau bisa bertanya nanti,” ujar Daniel saat melihat ekspresi Moonlight. “Waktu kita tidak banyak.”
“Ada masalah?” tanya Moonlight ketika melihat sebuah suara yang berasal dari sisi ruangan.
Sebelum Daniel menjawab pertanyaannya, tiba-tiba ia melihat dinding di ruangan itu bergetar. Selama sesaat Moonlight hanya bisa terperangah mendapati bagian dari dinding itu rupanya sebuah pintu yang… jelas tidak terlihat seperti pintu. Moonlight melihat empat orang keluar dari dinding… pintu tersebut. Mereka tampak seperti orang-orang suruhan Daniel.
“Sesuatu terjadi, kita harus segera keluar dari sini.” Daniel melambaikan tangan pada salah satu di antara mereka. “Apakah kita perlu memindahkannya ke kursi roda?” pria itu menurunkan pandangan, menatap sekilas pada Moonlight. “Kurasa dia belum cukup kuat.”
Satu dari empat pria itu menjawa cepat. “Tidak. Pintu itu cukup luas untuk membawa hospital bed ini. Tapi kita harus berhati-hati.”
“Kau yakin, Lennon?” tanya Daniel setengah tidak percaya.
Pria yang dipanggil Lennon itu mendengus kesal. “Ayolah, Daniel. Sejak kapan kau meragukanku seperti itu?”
Daniel mengangkat kedua tangan ke udara. “Baiklah. Kita lakukan sekarang. Semakin cepat kita membawanya keluar dari sini semakin cepat urusan ini berakhir. Terima kasih untuk kerjasamamu, Lennon.”
“Hei,” Lennon meniru gerakan Daniel dengan mengibaskan tangan ke udara. “Kau pikir ini gratis? Tidak, Kawan. Aku akan menagihnya nanti.”
Bahu Daniel merosot mendengar ucapan yang keluar dari mulut Lennon. Meski begitu mereka tidak melanjutkan perdebatan. Lennon, Daniel, dan orang-orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mereka bergerak cepat membawa Moonlight beserta ranjangnya menuju pintu rahasia dengan sangat hati-hati.
Sementara itu, Moonlight bertanya-tanya dalam hati. Kemana mereka akan membawanya pergi?
**
Moonlight tidak ada di dalam? Di mana dia?
“Bright!” Dengan tatapan elangnya Lucas berjalan menghampiri Bright. Pria itu berhenti tepat di hadapan Bright lalu meninju tulang pipinya. Seketika Bright roboh ke lantai. “Aku sedang tidak ingin bermain-main denganmu. Katakan padaku di mana kau menyembunyikan Moonlight.”
Bright menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Sudah lama sekali dia tidak berkelahi seperti sekarang. Keinginannya untuk membalas Lucas begitu besar tetapi Bright sekuat tenaga menahannya. Dia sama seperti Lucas, dia juga tidak tahu di mana Moonlight. Bright mengangkat wajah, memandang bengis pada pria itu. “Aku juga sedang tidak ingin bermain denganmu, Lucas. Jika kau berpikir aku menyembunyikan Moonlight, kau salah besar. Kau melihatnya sendiri, bukan? Aku sedang tidak berada di sini saat kau datang. Pukul aku! Pukul aku sampai kau puas jika memang itu membuatmu lebih baik! Aku penasaran, jika memang kau dan Moonlight telah bertuanangan, kenapa kau terlihat sangat takut aku akan mengambilnya darimu? Jika memang kalian saling mencintai, seharusnya Moonlight tahu kemana dia harus pulang.”
Bright mengehentikan serangan saat melihat wajah Lucas pucat pasi. Satu hal yang berhasil dia simpulkan adalah; Lucas berbohong. Entah kebohongan seperti apa yang telah diciptakan pria itu, Bright menduga semua itu berkaitan dengan Moonlight. Dengan dibantu oleh Brady, Bright berusaha untuk bangkit. Rasa sakit menjalar di pipi dan bibirnya. Luka kecil yang tidak sebanding dengan sakit yang dia rasakan ketika ditinggalkan oleh Moonlight. “Dia akan pulang ke rumahmu setelah sembuh. Begitu logikanya. Atau dia akan menghubungimu setelah menyadari di mana dia berada. Kenapa? Kenapa kau ketakutan? Atau jangan-jangan-“
“Hentikan omong kosongmu!” Lucas kembali meninju wajah Bright tetapi berhasil ditangkas oleh Brady.
“Sentuh adikku sekali lagi, kupastikan kau hanya akan melihat jasad Moonlight!” ucapnya penuh penekanan.
Ancaman itu terdengar menyakitkan bahkan di telinga Bright. Hingga detik ini dia masih tidak bisa menerima siapa pun yang menyakiti mantan kekasih hatinya. Namun Bright sepenuhnya sadar apa yang dikatakan oleh Brady sekedar bualan belaka. Dia hanya tidak mau Lucas menyakiti Bright lagi.
“Kita pergi sekarang!” ucap Lucas pada anak buahnya.
Hanya dalam hitungan detik Lucas dan orang-orangnya meninggalkan ruang perawatan Moonlight. Mereka menghilang secepat saat mereka datang. Bright memalingkah wajah, merasa tidak berguna. Lagi-lagi dia merasakan tepukan lembut di bahunya.
“Kita akan segera menemukan Moonlight.”
“Apa kau melihat sesuatu yang salah pada Lucas? Mungkinkah dia berbohong?”
Brady mengangguk pelan. “Dia berbohong tapi aku tidak tahu apa yang dia sembunyikan. Sebaiknya kau menghubungi Daniel. Aku akan menemui Midnight.” Setelah mengucapkannya Brady bergegas menuju ruang perawatan Midnight.
Sepeninggal sang kakak, Daniel memutuskan untuk masuk ke ruang perawatan Moonlight. Ia melarang siapa pun ikut dengannya. Bright butuh waktu sendiri. Dia mengunci pintu ruangan dan berdiam diri di sana selama beberapa saat.
Setelah dirasa cukup tenang, Bright mengambil ponsel lalu menghubungi Daniel. Sejak memberi kabar mengenai kedatangan Lucas, pria itu tidak menampakkan batang hidungnya. Di dering ketiga akhirnya Daniel menerima panggilannya. “Kau mencari Moonlight?” tanya pria itu dengan nada rendah.
Bright meremas rambutnya frustasi sembari menendang ke segala arah. Dari nada suaranya dia tahu apa yang sedang dilakukan oleh Daniel. Sejak awal Bright menduga-duga kemana perginya pria itu. Rupanya Daniel sedang dalam misi lain. “Di mana dia?”
Daniel terdiam, sepertinya pria itu tengah berpindah tempat. “Dia bersamaku. Kau harus berterima kasih padaku karena berhasil menyembunyikannya dari Lucas.”
“Oh,” Bright mendaratkan p****t di salah satu sofa. “Terima kasih, Daniel. Kau manis sekali.”
Dari seberang Daniel terdengar terbatuk-batuk. “Kau menjijikkan.”
Ah, setidaknya sekarang Bright tidak perlu mengkhawatirkan kondisi Moonlight. Dia berada di tangan yang benar. “Apa dia baik-baik saja?”
“Dia aman bersamaku,” sahut Daniel singkat.
“Bagus.” Bright mengamati sekeliling. Dia tidak tahu bagaimana Daniel memindahkan Moonlight. Ruangan itu terlihat seperti saat terakhir kali dia meninggalkannya. Bedanya hospital bed yang semula digunakan oleh Moonlight kini telah kosong. Tiba-tiba terbesit sebuah pertanyaan di benak Bright. “Daniel, bagaimana kau memindahkan Moonlight? Apa dia terluka? Aku tidak mau kau-“
“Bright,” Potong Daniel cepat. “tenang. Dia berada di tangan ahli.”
Seujujurnya Bright sama sekali tidak suka mendengar nada bicara Daniel. Dia tahu seberapa dekat Moonlight dan Daniel. Dulu sekali Bright selalu takut kalau suatu saat Moonlight akan jatuh hati pada Daniel. Rupanya dugaannya salah, Moonlight justru jatuh ke pelukan pria seperti Lucas. “Katakan padaku di mana dia.”
Terdengar dehaman singkat dari seberang. “Di sisi kanan sofa ada sebuah pintu. Kau hanya perlu mendorong dindingnya dan menunggu. Pintu itu akan muncul dalam waktu kurang dari satu menit.”
“Pintu? Dinding? Kau bercanda?”
“Lennon yang menemukannya. Dia mengatakan padaku itu adalah sebuah pintu rahasia yang sengaja dibuat oleh pihak rumah sakit jika suatu saat terjadi sesuatu. Ruang perawatan Moonlight dan Midnight dilengkapi teknologi khusus milik RRTech. Bodohnya kita tidak mengetahui rahasia kecil itu sejak awal.”
Setelah mendengar penjelasan tangan kanannya, Bright bergegas bangkit. Jika ruangan itu dilengkapi dengan teknologi RRTech artinya rumah sakit yang saat ini ditempati Moonlight dan Midnight milik ayahnya. Bright memeriksa salah satu furniture di sana, dia menemukan logo ‘R’ di yang tertempel di meja. Huruf yang cukup kecil, nyaris tidak terlihat. Sial. Umpatnya dalam hati.
Tanpa berpikir dua kali Bright menghampiri dinding yang di maksud oleh Daniel. Dia memukul-mukul dinding tersebut lalu mendorongnya kuat. Tak sampai satu menit kemudian dinding bergeser ke samping, terbuka. Awalnya Bright tidak melihat apa-apa, hanya ada kegelapan yang ada di hadapannya. Setelah lama menunggu akhirnya muncul cahaya. Bright memberanikan diri untuk melangkah masuk melewati dinding tersebut. Begitu tubuhnya berada dua langkah di dalam pintu rahasia, dinding di belakangnya kembali bergeser, Menutup.
Seharusnya dia tidak terkejut dengan semua teknologi ciptaan RRTech tapi pada kenyataannya Bright masih tidak mempercayai apa yang baru saja dilaluinya. Rumah sakit RRTech. Ini semua pasti ide Bruce. Lain kali dia harus mencari tahu apa saja yang sudah dikembangkan oleh sang kakak.
Ketika pintu tertutup sempurnya Bright melihat Daniel dan Lennon berdiri di hadapannya. Mereka berdua menatapnya curiga, seolah dia bukanlah bagian dari keluarga Smith. Bahunya merosot saat dia menyadari penampilannya saat ini. Dengan wajah lebam, pakaian kotor, dan tampang seperti orang bodoh Bright terlihat seperti gembel yang tengah mematung seperti gembel.
“B-“
“Tutup mulut kalian!” titah Bright pada Daniel dan Lennon saat ia melihat mereka berdua membuka mulut secara bersamaan. “Sekarang tinggalkan aku sendiri!”
Mereka kemudian meninggalkan ruangan tersembunyi itu secara bersamaan. Begitu punggung keduanya menghilang di balik pintu, Bright segera menghampiri ranjang Moonlight. Dia ingin memastikan kalau Moonlight dalam keadaan terbaiknya.
Sebelum Bright sempat mengucapkan sepatah kata pun, gadis itu lebih dulu membuka mulut dan berkata, “Ada darah di bibirmu. Apa yang terjadi?”
Dan perhatian kecil itu lagi-lagi melenyapkan akal sehat seorang Brighton.