SEVEN-LIFETIME.
Ahh… Kemarahan Bright pada Lucas seketika menguap saat mendengar suara manis Moonlight. Seandainya gadis itu selalu bersikap semanis ini padanya setiap hari mungkin tak butuh waktu lama bagi Bright untuk melupakan semua kesalahan Moonlight. Di situlah letak kesalahannya. Selama ini Bright tidak pernah bisa membenci Moonlight. Dia sangat mencintai gadis itu bahkan setelah Moonlight menyakitinya. Tatapan Bright menysurui ujung kaki hingga ke ujung kepala gadis itu. Setelah memastikan Moonlight baik-baik saja, ia memandang seluruh wajah gadis itu. Tidak ada yang berubah dari Moonlight. Itu artinya Daniel lah yang sengaja memindahkan gadis itu ke ruangan ini. Tujuannya jelas; agar Lucas tidak bertemu dengan tunangannya.
Tunangan. Lagi-lagi kenyataan itu menghantam telak d**a Brighton. Kau tidak akan bisa menggapainya, Bright. Ucap setan kecil yang bertengger di bahunya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Moonlight dengan nada khawatir yang sekaligus membangunkan Bright dari lamunannya.
Bright berdeham sekali. Ia menghampiri Moonlight di ranjangnya. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kau menghilang begitu saja-“
“Jangan salahkan aku,” potong Moonlight cepat. “Daniel yang membawaku kemari.”
“Daniel?”
“Ya.” Moonlight memutar bola matanya. “Apa yang terjadi padamu?” Moonlight memandang wajah Bright dengan ekspresi bertanya-tanya. Ia mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. “Kau berkelahi.”
Mendengar tuduhan Moonlight, Bright hanya bisa tersenyum tipis. “Hanya sedikit perselisihan di antara dua pria.”
Moonlight memalingkan wajah, enggan menatap Bright. “Aku pernah melihatmu berkelahi sebelumnya. Apa kali ini karena seorang wanita?”
Jika dilihat dari ekspresinya gadis itu tampak tidak suka. “Begitulah.” Bright berjalan kea rah wetafel lalu mencuci wajahnya. Ia melihat dari pantulan cermin bagaimana Moonlight memusatkan perhatiannya pada Bright. Setelah perbuatannya diketahui oleh Bright gadis itu kembali memalingkan wajah. “Kenapa kau bertanya seperti itu?” tanya Bright sembari mengeringkan wajah dengan tissue.
“Seperti apa?”
“Kau mengkhawatirkanku, Moon.”
“Tidak.” Sanggah Moonlight cepat. “Itu hanya perasaanmu saja. Apa yang barusan kutanyakan padamu adalah bentuk dari kepedulianku pada sesama manusia. Tidak lebih.”
Pandai bersilat lidah seperti biasanya. “Benarkah?”
“Untuk apa aku berbohong padamu? Tidak ada gunanya. Aku sama sekali tidak peduli padamu, Bright.”
Kebahagian Bright menguap secepat saat perasaan itu muncul. Dengan adanya Lucas sepertinya mustahil bagi gadis itu untuk membuka hatinya sekali lagi. Sering kali Bright berpikir untuk melenyapkan nama Lucas dari muka bumi tetapi jika dia melakukannya sekarang Bright tidak terlalu yakin apakah- “Jadi, apa kau tahu kenapa Daniel membawamu kemari?”
Moonlight menggeleng pelan. “Tidak. Mungkin sesuatu terjadi di luar sana. Hanya itu yang terlintas di benakku.”
Bright menyandarkan punggung di tembok. “Hmm…” Ia akan menghubungi Daniel dan meminta pria itu untuk membawakan baju ganti. Berada di dekat Moonlight dengan penampilan yang kacau bukanlah ide yang baik. Dengan perlahan Bright membuka bajunya lalu melempar benda itu ke sofa. “Bajuku kotor.” Gumamnya lirih.
“Aku bisa melihatnya.” Moonlight ikut menyandarkan punggung ke sofa. Kali ini ia memilih untuk tidak memusatkan perhatiannya pada tubuh polos Bright. “Kau mungkin bisa keluar dan meminta baju bersih pada Daniel.”
“Dan membiarkanmu kabur?” Seulas senyum muncul di bibir Bright. “Tidak. Terima kasih.”
Moonlight mengambil napas panjang. “Bright, tidak ada gunanya kau menahanku di sini. Tolong biarkan aku pergi. Kau akan teerbebas-“
“Sudah kupikirkan,” Bright menyela ucapan Moonlight. “aku akan menahanmu di sini sampai kau sembuh. Kakakku merasa berhutang nyawa padamu. Dia ingin merawatmu tapi aku mengambil alih tugas itu karena Brady harus mengurus Midnight dan cidera di lengannya. Aku tidak mau melihat kakakku kelelahan. Kuharap kau paham apa maksudku.”
Gadis itu mengerutkan kening dalam-dalam. “ Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau ucapkan. Kau-“
“Aku tahu kau paham, Moon. Diam dan pikirkan kesehatanmu. Hanya itu yang perlu kau lakukan sekarang.”
“Aku tidak meminta imbalan apa pun atas apa yang telah kulakukan pada keluargamu. Satu-satunya hal yang kuinginkan saat ini adalah kembali ke rumah. Bisakah kau mengabulkannya, Bright? Hanya itu. Tolong suruh orang-orangmu untuk mengantarku ke rumah dan masalah ini selesai. Kau tidak akan bertemu denganku lagi. Adil, bukan?”
Bright membawa kedua kakinya menuju tempat tidur Moonlight. Ia mengambil duduk di sisi wanita itu. Satu tangannya terulur untuk membelai luka kecil di wajah Moonlight. “Aku penasaran, apa yang membuatmu begitu ingin kembali ke rumah? Di mana rumahmu? Kenapa sepertinya kau tidak suka melihatku sedekat ini denganmu? Atau jangan-jangan kau masih merasakan getaran di hatimu saat berdekatan denganku?”
Bukannya tersinggung dengan sindiran Bright, Moonlight justru tertawa sumbang. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah pria yang pernah menjalin hubungan dengannya. “Getaran? Maaf, apa aku tidak salah dengar? Oh, Bright… Bright… aku memang Aku tidak suka berdekatan denganmu tapi kupastikan padamu kalau alasannya bukanlah karena aku masih menyimpan perasaan padamu. Kau tidak perlu tahu di mana rumahku karena di mana pun aku tinggal itu bukanlah urusanmu. Kenapa aku ingin sekali kembali ke rumah? Karena aku tidak mau membuat keluargaku khawatir. Nah, sekarang bisakah kau melepasku, Brighton?”
Hangat napas Moonlight menyapu wajah Bright. Sebenarnya mudah bagi Bright menghapus jarak di antara mereka dan menyatukan bibirnya dengan bibir Moonlight. Sejak terakhir kali Bright merasakan sepasang bibir itu di dalam mulutnya, mustahil bagi Bright untuk melupakannya begitu saja. Moonlight yang sekarang mungkin berbeda dengan gadis yang dia kencani satu tahun yang lalu, tapi siapa peduli? Hingga detik ini Bright masih menginginkan Moonlight lebih dari dia membutuhkan oksigen untuk paru-parunya.
Sekilas terlintas di di benak Bright untuk pergi dari sana. Alih-alih meninggalkan Moonlight, Bright justru menarik tengkuk gadis itu dan mengecup bibirnya. Tidak ada perlawanan dari Moonlight juga tidak ada balasan. Hal itu cukup membuat Bright frustasi. Ia memperdalam ciuman mereka hingga akhirnya Moonlight menyerah dan membalasnya. Selama sekian menit yang mendebarkan sekaligus menggairahkan untuk keduanya Bright akhirnya menyudahi ciuman mereka. Ia menyatukan kening mereka, memejamkan mata, membayangkan kalau apa yang barusan terjadi hanyalah sebatas mimpi.
Sial. Aroma Moonlight, hangat napasnya, serta sentuhan wanita itu di tangan Bright terasa begitu nyata. Bright menyusuri rahang Moonlight dengan telapak tangannya yang lebar. “Setelah apa yang kaulakukan padaku satu tahun yang lalu, aku minta maaf, Moon. Aku tidak bisa melepasmu.”
Bright menunggu kata-kata pedas keluar dari bibir wanita itu. Ia siap mendengar caci maki dari Moonlight. Namun tak ada sepatah kata pun yang wanita itu ucapkan. Hanya keheningan yang membungkus ruangan itu dengan begitu kejamnya. Keheningan yang mengoyak batin Bright hingga ke bagian terdalamnya.
**
Aku tidak bisa melepasmu.
Seharusnya itu menjadi kata-kata termanis yang pernah Moonlight dengar sepanjang hidupnya. Rangkaian kalimat indah yang keluar dari laki-laki yang sangat dicintainya. Moonlight tidak memungkiri betapa bahagianya dia mendengar semua itu. Hanya saja untuk saat ini semua sudah terlalu terlambat. Dia menerima semua kebencian Brighton padanya. Moonlight juga tidak menyalahkan pria itu jika Bright ingin membalaskan dendam atas perbuatannya. Dia mengakui apa yang terjadi di antara mereka sepenuhnya salahnya. Namun… apa yang barusan terjadi di antara mereka bukanlah sebuah kebetulan. Ia menyalahkan kebodohannya karena membalas ciuman Bright. Moonlight tidak seharusnya terbuai dengan tipu daya Brighton. Ada jarak yang sangat jauh di antara mereka berdua.
Sadarlah, Moon. Runtuknya dalam hati.
Moonlight membuka mata perlahan. Ia menemukan Bright melakukan hal serupa. Tatapan mereka bertemu dan dalam sekejap mata Moonlight seolah bisa melihat Bright yang dulu pernah dikenalnya. Laki-laki penuh perhatian yang memperlakukannya seperti seorang Putri. Rasa bersalah kembali menghantamnya. Seandainya saja dulu Mosha tidak bertemu dengan Lucas. Mungkin saat ini dia dan Bright masih bersama.
“Sampai kapan kau akan menahanku di sini?” tanyanya lirih.
Bright memalingkan wajah tetapi enggan melepaskan sentuhan fisik mereka. “Aku tidak tahu. Kau keberatan?”
“Tentu saja.” Moonlight tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Meski nada suara Bright terdengar kesal, sisi baiknya pria itu menginginkan kehadiran Moonlight d sisinya. “Aku punya keluarga.”
Bright mengehela napas. Ia menarik diri dari sisi Moonlight dan berjalan mondar-mandir di ruangan itu. “Apa maksudmu keluarga? Apa kau sudah menikah? Secepat itukah?”
Sebelah alis Moonlight terangkat mendengar tuduhan itu. Menikah? “Apa aku perlu menjawabnya?” Ia menyandarkan punggung di kepala ranjang meskipun seujurnya dia tidak bisa mengalihkan pandangan dari tubuh polos Bright. Saat mereka masih bersama, Bright nyaris tidak pernah memakai baju ketika mereka menghabiskan seharian penuh di dalam rumah. Satu tahun menjalani hidup tanpa berhubungan seksual dengan lawan jenis membuat Moonlight sedikit frustasi menghadapi situasi saat ini. Dia lebih memilih mendengar cacian Bright daripada harus menahan gairahnya terhadap pria itu.
“Ya.” Pria itu menyugar rambut dengan jemarinya. “Tentu saja. Kau terus membicarakan keluargamu sejak tadi. Aku curiga sekarang kau sudah menjadi istri orang.” Bright menatap tajam Moonlight.
“Biar kuluruskan.” Moonlight menggerakkan punggung dengan hati-hati. “Aku belum menikah. Keluarga yang kumaksud adalah orangtuaku. Apakah itu cukup?”
“Apa kau berkata jujur?” Bright melempar pertanyaan lain untuk menjawab pertanyaan Moonlight. “Kau belum menikah? Atau bertunangan mungkin?”
Sebenarnya Moonlight tidak memiliki kewajiban menjawab pertanyaan Bright. Ia bisa saja mengabaikan pria itu dan memilih untuk tidur karena entah mengapa rasa kantuk kembali menyerangnya. Namun alih-alih membiarkan pertanyaan Bright menggantung begitu saja. Moonlight membuka mulut dan berkata, “Belum. Aku tidak tahu seberapa penting jawabanku. Yang jelas aku hanya ingin tidur dengan tenang sekarang. Kau bisa pergi, Bright.”
“F4ck!” umpat Bright sembari berjalan menghampiri Moonlight.
Bright naik ke ranjang kemudian menyambar bibir Moonlight dan mengulumnya lama. Ia menarik tengkuk wanita itu dan memperdalam ciuman mereka. Satu tangannya menjelajah tubuh Moonlight dengan penuh perasaan. Saat Moonlight hendak membalas ciuman itu Bright lebih dulu menarik diri. “Kau mengantuk? Aku akan menemanimu tidur di sini.” Ia lalu kembali memagut bibir merah muda yang nyaris bengkak karena ulahnya.
Lifetime
Oh darling
There's not much that you can say
To stop me from falling in
Like I am
Oh darling
Even waves can't wash away
Our names in the sand
Never could, never can
You are my everything
I gave up everything
Show me the darkest parts of your heart, I ain't gonna run
Every dance is slow, every kiss is whoa
They say you know when you know, well I know
I know you're the one
Some people bring you a million blessings
Some people teach you a million lessons
All that I learned, it wasn't my turn
It wasn't thе right time
Some peoplе come in your life for a reason
Others they come in your life for a season
But baby, you are a lifetime
Oh darling
There's no word that can describe
The way that I feel, tonight
Oh darling
I would walk that broken road
Time and time again
If it led me to your hello
You are my everything
I gave up everything
Show me darkest parts of your heart, I ain't gonna run
Every dance is slow, every kiss is whoa
They say you know when you know, well I know
I know you're the one
Some people bring you a million blessings
Some people teach you a million lessons
All that I learned, it wasn't my turn
It wasn't the right time
Some people come in your life for a reason
Others they come in your life for a season
Baby, you are a lifetime
Baby, you are a lifetime
By Justin Bieber.