Malam yang terasa hampa. Seperti biasa, Rini terbangun di tengah malam dan langsung menuju dapur. Membuat segelas teh hangat untuk dirinya sendiri. Duduk dalam diam sambil menyesap teh hangat manis buatannya. Badannya sudah mulai sehat. Sudah dua hari Devan tidak ada di rumah, dan rasanya ada yang lain. Biasanya ada yang suka memerintah dan semaunya sendiri. Saat dekat rasanya kesal, di saat jauh terasa menyesal. Mengapa harus jauh, biarlah menyebalkan asalkan dekat. Rini menarik nafas panjang. Setelah meletakan gelas berisi teh hangat di atas meja, Rini lalu memeriksa pesan masuk di ponselnya, berharap Devan menanyakan kabarnya. Tapi harapannya sia-sia. Malah yang masuk adalah pesan dari Kai, yang mengajaknya bertemu esok hari. Rini membalas dengan malas pesan dari Kai, mengiyakan