Amira merengut kesal. Lebih tepatnya, dia sedang dalam fase ingin tonjok muka orang. Bagaimana tidak, sudah dua hari Raga seakan menghindar dari dirinya. Berawal dari hari sabtu malam, biasanya Raga akan datang ngapel atau sekadar ajak main Amira jalan-jalan malam. Tapi yang terjadi, tiba-tiba saja Raga bilang kalau dia sedang ada urusan yang tak dapat ditunda. Amira heran, sejak kapan cowok itu punya banyak urusan? Sesibuknya Raga, dia pasti akan selalu meluangkan diri guna menemui Amira walau hanya setengah jam. Tapi sampai sekarang, Raga seolah sedang tidak mau berhubungan dengan Amira.
"Kenapa, Mi?" tegur Karenina yang sejak tadi memerhatikan teman sebangkunya. Tidak biasanya, muka Amira asem banget kayak rasa mangga muda kesukaan para ibu hamil.
Amira menoleh, mendapati Karenina sedang menatapnya heran. "Bete gue. Pengin makan orang jadinya," ucap Amira asal. Tentu saja membuat Karenina sampai meringis ngeri seandainya teman satu jurusannya itu berubah menjadi seorang kanibal.
"Apa sih yang bikin kamu bete, Mi? Gak biasanya banget kamu bad mood gitu," tanya Karenina sambil mencomot wafer keju yang dibekalnya dari rumah. Omong-omong, saat ini mereka sedang duduk lesehan di pinggir lapangan olahraga yang luasnya kebangetan. Maklum, Algateri kan sekolah paling elit tempat kaum berlevel tinggi berada. Jadi, gak heran dong kalau lapangannya saja luas pake banget.
Dibanding menjawab pertanyaan Karenina, Amira malah memokuskan perhatiannya pada layar ponsel canggihnya yang kini sedang menampakkan room chat grup The Flower G.A.S.
Anda : Di antara kalean ada yg udah sempat atau pernah ketemu sama si Aga belum? Kalo ada, kabarin gue ya!!
Tak lama kemudian, salah satu anggota grup pun terlihat sedang mengetik. Hingga akhirnya sebuah balasan pun muncul di layar.
Pacar si Theo : belum ada kabar juga, Mi?
Anda : boro2 ada kabar. Dia tuh kayak yg sengaja pengen hindarin gue. k*****t banget sih si Aga!!
Demenan si Oris : Emang kenapa si Raga? Hubungan kalian baik-baik aja, kan?
Milik si Ranjiel : bentar ya gue lagi quality time sama Anjiel....
Amira membuang napas kesal saat membaca chat dari Lia. Fix, Kazelia Liem bikin Amira makin gigit jari.
Demenan si Oris : eh eh, gue baru inget. Kata oris waktu hari kapan ya si Raga main ke asrama. Terus, dia kyk curcol gitu sama Oris....
Friendzone si Ovi : Ya Tuhan, Ami sama Raga kenapa? Kalian puasa naena ya? Wkwkwk.
"Sharap kamprettt!!!!!" umpat Amira meradang. Membuat Karenina terlonjak kaget tatkala melihat Amira yang tiba-tiba berteriak sebegitu melengkingnya.
¤¤¤
"Menurut Edith Hamilton, karakteristik mitologi Yunani adalah adanya upaya orang Yunani kuno untuk mengurangi tingkat kebiadaban dalam mitologi mereka. Selain itu, mitologi Yunani...." bla bla bla.
Raga menghela napas. Tidak biasanya, seleranya dalam mencerna setiap materi sejarah yang diutarakan oleh guru IPSnya tak lagi membangkitkan gairah untuk sekadar memerhatikan. Sejak 30 menit yang lalu, bahkan sebelum guru IPSnya itu masuk pun Raga lebih sering melamun dibanding berceloteh dengan teman-teman sekelasnya seperti yang biasa ia lakukan setiap harinya.
Raga seakan sedang tidak menapak bumi. Dia terlihat diam di kelas tapi pikirannya melanglang buana entah kemana. Suasana hati Raga tak sebahagia biasanya. Pikirannya selalu mengarah pada perbincangannya dengan sang mama beberapa waktu lalu. Tentang ancaman yang mengharuskannya menikah muda seandainya Amira hamil di luar nikah. Tidak menutup kemungkinan hal itu bisa saja terjadi, apalagi selama ini jika ena ena dia sering keluar di dalam. Bisa saja kan jika Amira sedang subur, maka benih pun akan tertanam di rahimnya.
Tidak! Raga tidak mau kalau sampai itu terjadi di usianya yang masih muda ini.
"Ragapan!" seru Pak Dani memanggil. Erik yang satu bangku dengan Raga pun menyikut pelan pinggang cowok itu.
Sontak, Raga pun menoleh. "Apaan sih?" tanya Raga terlihat kesal.
"Lo dipanggil Pak Dani tuh," ucap Erik memberitahu.
Kemudian, Raga pun mengalihkan perhatiannya ke depan kelas. Tepat di mana guru IPSnya sedang berdiri sambil menatap tajam.
"Ada apa, Pak?" lontar Raga setengah malas.
"Coba katakan, apa yang kamu ketahui tentang mitologi Yunani?" Seketika, semua mata kini memandang ke arah Raga. Pasalnya, mereka sudah sangat tahu kecerdasan Ragapan Danendra dalam hal sejarah. Maka, tidak aneh kan kalau teman-teman sekelasnya itu menantikan jawaban supercerdas dan berbobot yang selalu Raga utarakan.
"Menurut saya, Mitologi Yunani dimulai dengan adanya kisah para dewa. Dimana Hades yang sering dianggap sebagai setan neraka. Ares yang melambangkan malapetaka dan pertumpahan darah. Artemis yang saat muda memohon pada ayahnya agar dijadikan sebagai perawan selamanya. Theseus yang berpetualang ke dalam labyrinth demi menyelamatkan banyak orang dari makhluk berkepala banteng. Medusa si rambut ular yang akan mengubah siapapun yang memandang matanya menjadi batu. Echidina yang merupakan makhluk setengah wanita dan setengah ular. Zeus yang dikenal sebagai bapak para dewa. Dan Aphrodite yang dikenal sebagai dewi cinta dan kecantikan. Sampai di situ, apa sudah cukup? Atau perlu saya jelaskan satu persatu kisahnya?" papar Raga tanpa jeda. Tentu saja membuat teman-temannya melongo tak menduga karena mereka seolah baru saja mendengar info baru tentang kisah para dewa Yunani yang sebelumnya tidak bisa mereka cerna.
Pak Dani menatap takjub. Tidak disangka memang, anak sebebal Raga rupanya mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Saat anak seusianya hanya tahu soal game online yang belakangan ini tengah viral dan heboh memainkannya bersama-sama secara serempak, justru Raga sudah mengetahui tentang hampir semua kisah dewa dan dewi yunani di zaman dahulu kala. Pak Dani sempat mengira kalau Raga hanya anak badung yang bisanya membuat guru-guru kewalahan saja, tapi nyatanya Raga akan sangat bisa diandalkan dalam hal berbagi pengalaman tentang persejarahan. Maklum, Pak Dani merupakan guru baru yang bertugas untuk menggantikan guru IPS asli yang sedang ikut studi banding di luar kota.
¤¤¤
Amira baru saja selesai mengikuti ekskul tari bersama yang lainnya. Meski sebenarnya ia sedang malas dan tidak b*******h, tapi demi mensukseskan latihan tari tradisional yang akan diikutsertakan dalam kompetisi tari tingkat nasional khusus angkatan sekolah menengah ke atas, mau tidak mau Amira pun wajib mengikutinya.
Kini, cewek itu pun berjalan meninggalkan aula di mana sebelumnya ia melakukan latihan tari bersama yang lainnya di sana. Amira membuang napas kesal, ponselnya terasa sepi tanpa chat dari Raga. Entah kenapa dengan cowok itu, hingga sekarang ia belum juga bisa dikabari apalagi ditemui. Amira sudah bertanya pada anak-anak GAS lainnya, tapi mereka tidak tahu di mana Raga berada. Mendadak, cowok itu seperti berubah menjadi hologram. Ada tapi tak terlihat. Amira bahkan sempat menyatroni kelas Raga saat istirahat tiba, tapi nahas, cowok itu malah tidak ada di tempat. Alhasil, Amira pun kembali ke gedung SMK dengan perasaan kecewanya.
"Ga, lo udah bosen sama gue apa gimana sih? Kok gak biasanya elo ngehindar dari gue kayak gini," gumam Amira sambil menatap walpaper ponselnya yang diisi oleh foto selfie mereka berdua.
Diiringi bibir cemberut, Amira pun mengusap layar ponsel tersebut dengan ibu jari. Di sana terpampang foto dirinya dan Raga yang sedang berswa foto dengan fose saling menempelkan pipi satu sama lain sementara mata sama-sama terpejam.
Lagi-lagi, Amira menghela napas panjang. Dia rindu pada Raga. Bukan ingin mengutip kalimat si Dilan, tapi Amira membenarkan bahwa rindu sendiri itu memang berat.
"Ami!" seru seseorang yang kontan membuat gadis itu menoleh ke asal suara.
Didapatinya, Tuti Maryati si kakak kelas yang tak pernah tahu diri berlari kecil menghampiri Amira. Kontan, cewek itu pun langsung memasang muka galak khusus ketika berbicara dengan Tuti.
"Ngapain lo panggil-panggil gue?" semprot Amira teramat ketus.
Tuti yang sudah berada di dekat Amira pun langsung menyahut, "Tadi, aku lihat Raga lagi jalan sama Rebecca...." ujarnya membuat Amira setengah membelalak.
Mengingat Tuti adalah manusia paling doyan bikin cerita hoaks demi membuat sensasi palsu, Amira pun tidak ingin langsung percaya. Pasalnya, bukan sekali ini saja Tuti membuat cerita bohong, tapi dulu pun ia pernah tertipu juga oleh ulah si kakak kelas menyebalkannya itu.
"Gak usah bikin cerita palsu lo! Gue sama sekali gak akan percaya sama omongan yang keluarnya dari mulut busuk lo. Pergi sana! Tambah-tambahin mood gue jadi jelek aja lo," usir Amira kepalang benci.
"Tapi aku gak berniat buat tipu kamu, Ami. Kalau gak percaya, kamu bisa lihat buktinya kok...." tukas Tuti menyodorkan ponsel tipis hitamnya ke hadapan Amira. Mau tak mau, cewek itu pun memfokuskan perhatiannya ke layar ponsel yang saat ini dipegang Tuti. Di sana, terlihat Raga sedang tertawa dengan seorang cewek berambut sebahu dalam posisi saling berhadapan. Ya, Tuti benar kali ini. Raga dan cewek bernama Rebecca itu memang sedang jalan berduaan.
Jika saja Amira tidak melihat foto yang Tuti tunjukkan, mungkin Amira akan menganggap omongan kakak kelasnya itu hoaks. Membuat emosi Amira mencuat ke permukaan dan berlari meninggalkan Tuti yang tersenyum puas penuh kemenangan.
"Aga b*****t! Jadi, lo ngehindar dari gue cuma buat ini?" geram Amira mengepalkan tangan.