Saga membuat kerutan di dahinya. "Jadi aku harus membuatnya jatuh cinta dengan perhatianku."
"Iya, perempuan itu suka dengan namanya perhatian atau pun cowok peka. Kamu deketin dia terus dan percaya aja dia pasti akan luluh." Saga terdiam cukup lama karena berpikir sebelum akhirnya memberikan senyuman.
Benar juga, Saga hampir lupa kalau dia bermain jadi kenapa tidak memanfaatkannya? Yah pasti ini akan menyenangkan.
"Katakan padaku, aku harus mulai dari mana?"
❤❤❤❤
Crystal memasang wajah juteknya sambil melihat pada ponselnya. Menunggu Saga untuk menelepon dan meminta maaf tapi dia selalu kecewa sebab panggilan telepon yang sangat banyak bukanlah dari Saga melainkan beberapa temannya.
"Aduh, aku sudah update status supaya jangan menelepon eh malah mereka penasaran!" sosok seorang wanita paruh baya mendekat pada Crystal. Dia bisa melihat wajah sebal dari gadis yang sudah dia besarkan sejak kecil itu.
"Kenapa? Kamu kesal begitu? Kamu punya masalah sama pacarmu?" Crystal mengangguk sebagai jawaban.
"Sebenarnya bukan Saga sih melainkan istrinya itu loh, menjengkelkan sekali!" Wanita paruh baya itu membuang napas kasar.
"Sudah berapa kali Bibi katakan sama kamu, jangan pernah berharap sama Saga. Bagaimana pun juga dia itu cuma menganggapmu kekasihnya di atas ranjang, tak lebih sudah lagi playboynya minta ampun kenapa sih kamu mau sama dia?" cerca si wanita paruh baya yang ikut-ikutan kesal.
"Bibi Elena, Saga itu selain kaya, tampan, dia itu tak pernah main tangan. Jarang loh ada pria seperti itu,"
"Mau apa pun katamu Bibi tak suka kau dekat dengannya lebih baik kau putus saja dengannya toh sekarang dia juga sudah punya istri." Crystal mencebik.
"Bibi, kau tidak tahu bagaimana mereka saat berinteraksi. Mereka terus saja bertengkar dan istrinya yang namanya Lizzy itu sering sekali mencari gara-gara. Pokoknya tak mungkin mereka itu saling suka!" balasnya dengan penuh percaya diri.
"Cih, dasar kau! Terlalu percaya diri. Asal kau tahu saja, pertengkaran memang tampak tak baik tapi pertengkaran itu ada dua sisinya. Sisi negatif pastinya timbal baliknya adalah sesuatu yang buruk seperti KDRT, hubungan merenggang namun di sisi lain kita akan bisa mengerti satu sama lain dan jika itu terjadi maka tak akan ada konflik yang berarti maka menjadi lengket seperti prangko."
Berkat itu Crystal mencebik sekali lagi. "Sudahlah kalau bicara sama Bibi moodku jadi buruk saja." Elena hanya memberikan senyuman simpul dan menjauh beberapa langkah dari Crystal yang sedang berpikir keras.
"Apakah sebaiknya aku meminta maaf saja? Hhhahh ... aku jadi merindukannya." gumam Crystal lalu meraih ponsel untuk menelepon Saga.
Beberapa kali dia hubungi pria itu tapi sama sekali tak dibalas. Hal itu sukses menimbulkan kekesalan namun Crystal berusaha sebaik mungkin untuk mengerti dan menghubungi kediaman sang kekasih.
Crystal nyaris memekik senang saat mendengar bunyi yang seringkali terdengar begitu menerima telepon. "Halo Saga sayang,"
"Sayang, sayang, ini bukan Saga tapi Lizzy!" balas si penerima dengan gaya ketusnya.
"Loh di mana Saga? Kok kamu yang angkat telepon?"
"Ya mana aku tahu? Setelah dia mengantarku pulang Saga langsung pergi entah ke mana,"
"Lalu kau tak tanya mau ke mana dia?"
"Tidak. Kalau hanya itu aku tutup saja teleponnya."
"Memangnya siapa juga yang mau mengobrol denganmu?" Telepon pun ditutup secara sepihak oleh Lizzy membuat Crystal kesal setengah mati.
Belum apa-apa Crystal kembali ditelepon tapi itu bukan Saga melainkan kekasih Saga lain yaitu Jennifer. "Ish kenapa harus dia sih?"
Awalnya Crystal berusaha mengabaikan dengan membiarkan saja tapi emosi Crystal dibuat naik kembali saat Jennie terus meneleponnya sampai sepuluh kali.
"Halo, kau mau apa?!" ujar Crystal berusaha menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun.
"Hei jangan kesal dulu, aku sebenarnya tak mau berbicara denganmu tapi ada sesuatu yang perlu aku bicarakan denganmu?"
"Jangan berbelit-belit, katakan sekarang karena aku sibuk." Dari balik telepon wanita yang memiliki pekerjaan sebagai penghibur tampak menggigit jari sebentar dan bertanya penuh kehati-hatian.
"Apa Saga sudah punya istri?" Crystal mendengus.
"Iya, dia punya. Kau tahu gadis yang bersama Fauzan itu, Lizzy." Sepasang mata wanita yang memiliki nama lengkap Jennifer itu membulatkan mata.
"Jadi dia adalah istri Saga, pantas saja Saga sangat memperhatikannya. Asal kau tahu saja Saga dari tadi berada di tempat kerjaku," sontak pandangan Crystal menajam.
"Oh dia berada di tempat kerjamu pantas saja dia tak menghubungiku. Dia dihibur olehmu,"
"Tidak, Saga hanya datang ke sini untuk bertemu dengan teman-temannya. Kami sempat berpapasan tapi dia tak mempedulikanku. Akhirnya aku penasaran jadi aku mengikutinya dan mendengar kalau dia meminta pendapat ... katanya dia jatuh cinta pada istrinya."
Crystal yang mendengar itu mendadak gelisah. Dia takut akan kehilangan kekasihnya yang menjalin hubungan dengannya selama setahun. Memang Crystal tahu hubungannya bersama Saga hanyalah sebatas di atas ranjang dan perlakuan manis saja tanpa adanya cinta.
Tapi Crystal tetap menjalankan hubungannya bersama dengan Saga sebab setiap wanita yang berada dekat dengan pria itu memperlakukan semua wanita sama. Kali ini Saga telah jatuh cinta pada wanita lain.
Lizzy terlihat sangat tak menyukai Saga tapi jika Saga berjuang terlebih sekarang Crystal tak bersama mereka maka mungkin saja hati Lizzy tertarik. Saga memang m***m dan mempermainkan wanita tapi selain itu dia sangatlah baik.
Dia tak membiarkan hal ini terjadi. "Crystal kau masih ada di sana?" tanya Jennifer memastikan.
"Ya aku ada di sini, terima kasih atas infonya. Akhirnya aku tahu apa yang harus aku lakukan."
"Tunggu sebentar ... aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Apa?"
"Aku ingin mengatakan kalau aku juga akan berjuang untuk mendapatkan Saga jadi jangan harap aku akan melunak karena kita memiliki pekerjaan yang sama," Crystal tersenyum sinis.
"Aku pun tak butuh kau untuk mengasihaniku. Lawan kita sebenarnya adalah istri dari Saga. Aku harap sebelum Saga berhasil menarik perhatian dari Lizzy, aku akan membuat dia jatuh cinta padaku."
❤❤❤❤
Saga pulang dari klub tepat jam lima sore. Sepasang mata hitamnya memandang ke seluruh arah di mana hanya para pelayan yang terlihat mondar-mandir. "Pelayan, di mana Nyonya?"
"Oh Nyonya sedang tidur, dari tadi dia mengeluh kepalanya pusing."
"Apa dia sudah makan dan minum obat?"
"Dari tadi Nyonya sudah makan sedikit juga minum obat,"
"Oh begitu." Saga akhirnya bergerak menuju ke lantai atas. Sampai di pintu kamar milik Lizzy, Saga agak enggan sebenarnya tapi karena rasa cemasnya lebih besar dia pun mengetuk pintu.
Tidak ada sahutan dari dalam yang membuat Saga membuka pintu dan menemukan istrinya tengah tertidur lelap di atas ranjang berukuran king size.