Mendadak sepasang mata Lizzy memicing. Gadis itu kemudian memberikan cubitan pada lengan Saga dan otomatis pria itu mengaduh kesakitan. Suasana yang awalnya romantis berubah menjadi penderitaan bagi Saga.
"Aduh, sakit. Lepaskan lenganku Lizzy!" Lizzy menuruti permintaan Saga namun wajahnya tetap merengut.
"Jangan pasang senyum manis deh, menjijikan tahu! Sudah aku bilang, aku ini kebal sama orang gombal seperti kamu!" Tentunya Saga jadi agak kesal dengan perkataan Lizzy.
Sekarang Saga pun menyadari bahwa Lizzy tetaplah Lizzy. Wanita itu akan selalu mencurigainya meski Saga melakukan hal baik sekali pun terhadapnya.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi saja dari sini. Sudah berbuat baik tapi tetap saja tidak ada rasa terima kasihnya malah aku dianiaya." gerutu Saga yang kemudian benar-benar pergi dari kamar milik istrinya.
Setelah matanya tak lagi melihat punggung Saga, Lizzy membuang napas panjang. 'Apa-apaan dari tadi? Kenapa tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang lain saat bersama dengan Saga apa jangan-jangan aku--'
Lizzy menghentikan monolognya dan menggelengkan kepala membantah apa yang dia rasakan. "Tidak, tak boleh seperti ini. Lizzy jangan luluh pokoknya tak boleh jatuh cinta sama pria seperti dia!"
Sementara itu Saga terus saja menggerutu sambil berjalan turun menuju dapur. "Wanita macam apa sih dia itu? Setidaknya ucapin terima kasih ini malah marah-marah. Percuma tahu semalam aku khawatir, lebih baik aku tak usah telepon Jeff.
Saga lebih sibuk sama dunianya sendiri tanpa menyadari dua sosok wanita cantik yang berada di ruang tamu. Keduanya termangu saat Saga langsung melewati mereka. "Saga!' Saga mengembuskan napas pendek.
Dia muak mendengar namanya dipanggil. "Kali ini ada apa lagi?" Saga memutar tubuh dan begitu memandang kedua wanita yang ternyata adalah Crystal beserta Jennifer, sepasang mata pria itu membulat.
"Ka-kalian kenapa ada di sini?" Saga mendadak gugup. Keringat dingin menguncur deras. Jika Lizzy melihat mereka maka perang dunia ketiga akan terjadi. Semoga saja istrinya itu tidak--
"Well, well, well. Lihat siapa yang datang, kedua wanita tak tahu malu." ucap Lizzy seraya turun dari tangga yang menghubungkan lantai pertama dan lantai kedua.
Tatapan tajam Lizzy pada dua wanita itu sudah mengartikan banyak hal membuat Saga mati kutu. Dia berusaha setenang mungkin menghadapi permasalahan yang ada.
"Oh jadi kau sudah sehat dan bisa berjalan kupikir--"
"Saga, kau sudah tahu kalau aku sehat. Kenapa berbasa-basi seperti itu, apa kau takut jika aku tahu dua kekasihmu ini datang." Buru-buru Saga menggeleng. Semoga saja Lizzy tidak melayangkan pukulan yang kuat untuknya lagi.
Lizzy tertawa namun sorot mata dinginnya benar-benar menakuti Saga. Kini, Lizzy berjalan mendekat pada Saga yang membeku karena tatapan milik sang istri.
"Silakan duduklah aku akan menyuruh pelayan untuk membuatkan kalian minuman dingin lalu Saga sayang, kita perlu bicara berdua." Saga bergidik. Dia mau melangkahkan kaki untuk pergi namun sebelum itu terjadi, Lizzy sudah menarik kerah belakang milik Saga dan menyeretnya ke halaman belakang.
Crystal bersama Jennifer pun hanya bisa melongo melihat bagaimana interaksi keduanya. Sungguh diluar ekspektasi bagi Jennifer sedang Crystal tampak tenang saja. "Kau sudah lihat, kan bagaimana mereka bersikap. Jadi tenang saja, aku yakin mereka tak akan jatuh cinta."
"Le--paskan ak-aku. Ak-aku tak bi-sa bernapas." kata Saga terbata-bata. Lehernya yang terjerat kerahnya sendiri membuat dia tak bisa mengatakan sesuatu. Sekali lagi dirinya sadar, Saga telah menikahi Ratu Iblis.
Lizzy baru melepas Saga saat mereka sampai di halaman belakang. Suaminya lantas terbatuk-batuk. Tangannya otomatis memegang pada leher miliknya sendiri, kemungkinan besar ada bekas di sana. "Apa kau sudah gila?! Kau mau aku mati ya?!"
"Dari pada aku pusing dengan tingkahmu. Seenaknya saja kau membawa kedua kekasihmu itu ke sini!"
"Tidak, aku tak membawa atau pun menghubungi mereka. Mereka berdua sendiri yang datang." ucap Saga jujur. Lizzy pun memberikan tatapan serius dan melihat baik-baik pada pria itu, mungkin saja dia sedang berbohong tapi anehnya Lizzy tak menemukan apa pun.
"Kau tidak bercanda bukan?"
"Mana ada aku bercanda. Tanyakan pada mereka apa aku yang menyuruh mereka ke sini atau tidak, jangan main hakim sendiri saja!" omel Saga dengan napas tersendat-sendat.
"Ok kalau begitu ayo kita ke ruang tamu lagi. Jika aku mendapatimu berbohong maka aku akan menghukummu,"
"Jika aku tak berbohong?" Saga menyela pembicaraan. Matanya yang berbinar melawan mata tajam dari Lizzy.
Dalam hati dia berharap ingin menghukum Lizzy tapi Lizzy pandailah bersilat lidah. Senyuman tipis tercipta di wajahnya yang cantik lalu berujar. "Kau mendapat permintaan maaf dariku."
"Hah?"
"Ayo tunggu apa lagi, bangun. Kita dengar apa yang dikatakan sama kedua kekasihmu yang tercinta itu." Melihat kepergian Lizzy, Saga mendengus kesal.
Dia pun buru-buru beranjak mengejar istrinya yang kini sudah duduk di sofa bersama Crystal dan Jennifer. "Langsung saja, kalian kenapa datang ke sini? dan Crystal, aku pikir kau tak akan mau datang karena aku."
Crystal memberikan senyuman angkuh pada Lizzy. Baru saja beberapa menit Lizzy sudah membuat darahnya naik. "Tentu saja aku harus datang, aku tak mau kekasihku diambil olehmu."
"Cih, aku tak sudi untuk mengambil pacarmu tapi kamu juga harus tahu dong siapa lebih berhak ... aku. Lalu kenapa kau datang bersama dia? Kau mau pakai sekutu gitu?"
"Heh, dia itu juga musuhku tahu!" balas Crystal setelah melirik sinis pada Jennifer. Lizzy mengangguk pelan.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kalian berdua datang ke sini?"
"Kami akan tinggal di sini." Saga yang baru saja datang terkejut sedang Lizzy tetap menampakkan raut wajah tenang.
"Bagus ya kalian, seenak jidat datang ke sini untuk menginap. Memangnya ini rumah kalian begitu yang sesuka hati datang dan pergi?"
"Ini rumah Saga, kekasih kami. Kamu itu istrinya tugasmu adalah melayani Saga dan merawat rumah kau tak akan berhak atas rumah ini. Benar bukan sayang?" Semua mata selalu memandang pada Saga termasuk Lizzy.
"I-iya ka-kalian boleh menginap di sini barang beberapa hari." Saga meneguk ludah saat melihat tatapan Lizzy yang melotot tapi pada akhirnya dia mengembuskan napas.
Lizzy kemudian mengalihkan pandangan kepada kedua wanita itu. "Baiklah karena suamiku mengizinkan aku tak bisa menolak kehendaknya tapi tetap saja akan ada aturan. Crystal kau tahu bukan aturan yang aku buat aku minta tolong ya kau terangkan semua aturan pada kekasih Saga yang lain. Siapa namamu?"
"Jennifer."
"Ya, silakan kalian masuk dan beristirahat. Aku akan bicara dengan suamiku dulu." ucap Lizzy.