Sebelum Saga bisa melangkah menjauh lagi-lagi Lizzy menyeretnya namun kali ini Lizzy membawa pria itu pergi ke lantai atas. Pria itu dia hempaskan ke atas ranjang dan dengan santainya mengambil sapu sambil dia pukul berulang kali di telapak tangannya dengan pelan.
"Hmm ... hukuman apa yang pantas untuk kamu?"
"Hei aku tak bersalah."
"Iya aku tahu kok, hanya saja mereka menjengkelkan sekali."
"Lalu kau mau melampiaskan padaku begitu?"
"Tentu saja kau itu kekasih mereka." jawab Lizzy tegas. Tak lupa dia memberikan senyuman smirk yang menambahkan aura gelap dari Lizzy.
"Kau keterlaluan sekali. Aku ini suamimu loh! Jika terjadi apa-apa sama aku kau juga akan rugi, memangnya kamu mau jadi janda." Lizzy mendecak kesal kemudian menaruh telunjuknya di bibir milik Saga.
"Tenang saja kok, aku hanya memukulmu tapi tak sampai mati." Dia lalu menjauh. Melayangkan gagang sapu yang dia pegang ke udara untuk memukul Saga. Sasarannya adalah b****g pria itu.
Saga yang takut meringkuk di atas ranjang sambil berdoa semoga ada seseorang atau sesuatu yang menyelamatkan dia. Tidak sampai beberapa menit, doa Saga dikabulkan.
Ponsel milik Lizzy berbunyi dan gadis itu langsung berjalan. Matanya sesaat terpaku menatap lama layar ponsel kemudian mengangkatnya. "Halo Ayah."
Saga terkejut. Otomatis dia langsung memperbaiki tempat duduknya berusaha mendengar baik-baik pembicaraan Lizzy dengan Ayahnya sendiri.
"Halo Lizzy, di mana Saga? Kenapa dia belum datang ke kantor?"
"Dia agak terlambat sebab kami berdua punya masalah." jawab Lizzy tenang namun sorot matanya mengarah pada Saga.
"Masalah? Masalah apa?"
"Biasa masalah kecil dalam rumah tangga, kami ingin menyelesaikannya dulu baru dia akan ke kantor. Tidak apa-apa, kan Ayah?"
"Yah tentu. Oh iya Lizzy, Ayah akan membuat sebuah acara penting aku harap kau akan datang. Ayah ingin mengenalkanmu pada rekan-rekan bisnis Ayah."
"Baik Ayah aku akan datang. Permintaan Ayah akan aku turuti."
"Bagus. Ayah tunggu kedatanganmu di pesta. Bye Lizzy!"
"Bye Ayah." Telepon dimatikan oleh Lizzy dan dia kembali pada Saga.
"Pergilah. Ayah sudah menunggu di kantor."
"Kau melepaskanku?"
"Iya, aku terpaksa melakukannya tapi jika para kekasihmu berulah lagi akan aku tak akan main-main menghukummu." Buru-buru Saga keluar dari kamar milik Lizzy untuk menuju kamarnya hendak bersiap ke kantor.
Lizzy mengikutinya dari belakang sekadar menyiapkan pakaian. Ditaruhnya di atas ranjang milik Saga kemudian turun ke dapur. "Nyonya kami sudah menyiapkan sarapan."
Gadis itu hanya mengangguk pelan kala melihat makanan sudah tersedia di atas meja. "Maafkan aku seharusnya aku menyiapkan sarapan tetapi kalian yang bekerja keras." kata Lizzy seraya menatap pada koki dapur.
"Nyonya jangan merasa bersalah. Ini sudah kewajiban saya dan lagi pula Nyonya sedang tak sehat tadi malam. Nyonya saya membuatkan bubur Ayam untuk anda."
"Terima kasih." Lizzy pun duduk dan menyantap buburnya dalam diam. Tak berapa lama datanglah Saga dengan pakaian rapi menghampiri Lizzy.
"Sarapanlah." perintah Lizzy langsung dituruti pria itu dengan cepat.
"Kau tahu bukan Ayah menelepon dari tadi?" Saga mengangguk sembari melahap makanan yang tersedia.
"Dia ingin aku ke pesta yang akan diadakan oleh perusahaan agar aku dikenalkan oleh banyak orang sebagai istrimu." Mendadak Saga menghentikan aktivitasnya menatap penasaran pada sang istri.
"Lalu? Kau mau pergi?"
"Tentu saja Ayah yang memintaku jadi aku harus datang." Lizzy menjawab lugas dan tegas membuat Saga senang dalam hati namun untuk kali ini dia bisa menutup perasaannya.
"Baguslah jadi kita pergi bersama-sama."
"Kalau kau keberatan aku tidak apa-apa kok pergi sendiri." Langsung saja sepasang mata Saga menjadi tajam.
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Kita ini suami istri jadi kita harus pergi bersama-sama." Lizzy menampakkan senyum smirk.
"Dari tadi kau terlihat ketakutan sekali sekarang kau berani menatapku tajam, perubahan yang mendadak sekali."
"Jawab pertanyaanku!" tekan pria itu sekali lagi.
"Aku ini wanita dan sebagai seorang wanita kami harus berdandan agar cantik."
"Lalu?"
"Kau sanggup menungguku?"
"Tentu saja, pokoknya kau harus datang denganku!" Sepasang mata Lizzy agak lama bertentangan dengan mata Saga hingga akhirnya dia memalingkan muka sambil membuang napas.
"Baiklah." Saga tersenyum puas. Dia kembali memakan sarapannya sampai habis kemudian mengecup pipi Lizzy mengejutkan si empunya pipi.
"Sampai jumpa malam hari." Setelahnya dia bergegas keluar menuju mobil sedang Lizzy masih tertegun di meja makan. Tak lama dia tersenyum lalu menggelengkan kepalanya mengingat tindakan Saga.
Akhirnya suasana tenang namun tidak dalam waktu yang cukup lama sebab kedatangan dua kekasih sang suami. Mood yang awalnya membaik langsung memburuk begitu saja. "Di mana Saga?"
"Sudah pergi. Dia terlambat ke kantor." jawab Lizzy malas.
"Kau tak memberitahu kami kalau dia pergi?!" omel Crystal pada Lizzy yang mencoba memakan sarapannya dengan tenang.
"Kalian sarapanlah. Tolong mengerti dengan kondisiku yang sakit. Aku tak mau karena ocehan tak jelas kalian, aku kembali sakit." Nada tenang yang dipakai oleh wanita itu membuat naik darah Crystal bersama Jennifer.
"Kau--"
"Aku lupa mengatakan hal ini jika kalian tak ingin melihat Saga terluka maka jangan buat aku naik darah. Apa pun yang kalian lakukan akan aku buat Saga menerima hukumannya. Mengerti?" Lizzy lantas bangkit dari tempatnya duduk untuk pergi dari tempat tersebut.
Dia menghela kemudian membuang napas. Lizzy harus mengabaikan mereka supaya tak stres kembali akan lebih baik jika Lizzy harus memusatkan perhatian pada keinginannya yang belum terpenuhi.
Gadis itu belum membaca biodata Crystal begitu juga dengan seorang kekasih. Huh, ini semua karena dia senang bertengkar bersama Saga.
Dia jadi melupakan beberapa hal yang penting. Sebab sekarang memiliki waktu jadi Lizzy harus memanfaatkan waktu yang dia punya.
❤❤❤❤
"Oh jadi Lizzy sedang sakit, aduh kenapa tak bilang sih kalau begitu dari tadi Ayah tak usah memintanya datang. Dia harus banyak beristirahat." ucap Ayah Saga. Pria paruh baya itu memperlihatkan wajah bersalah ketika Saga telah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi meski suami dari Lizzy itu tak mengatakan bahwa dia dianinaya oleh istrinya sendiri.
"Ayah jangan merasa bersalah begitu. Lizzy sekarang sudah baikan dan besok bisa kok datang ke pesta." balas Saga.
"Tapi tetap saja ... Katakan pada Lizzy, aku tak akan memaksakannya untuk pergi. Kau juga sampaikan permintaan maafku."
"Baik Ayah. Aku pamit dulu." Saga pun keluar dari ruangan kerja sang Ayah. Di luar dia mengembuskan napas panjang. Mulanya Saga takut jika Ayahnya itu tak mau mendengar beruntung karena perkataan Lizzy, Ayahnya percaya pada dirinya.
Dalam hati dia berharap Lizzy sembuh dan benar-benar pergi bersamanya di pesta.