Lebih Dari Lizzy

1015 Kata
"Siapa?" tanya Lisa setelah Saga menyelesaikan perdebatannya bersama Lizzy. Pria itu memberikan senyuman simpul dan menjawab seseorang. "Oh iya Lisa, aku tak tahu jika kau bekerja di perusahaan AM dan kalau dipikir-pikir pendaftarannya sudah lama tutup sedang beberapa bulan yang lalu kita sibuk menyiapkan acara lamaran, pertunangan dan pernikahan." Wajah Lisa berubah muram seketika. Lamaran, pertunangan, dan pernikahan. Itu semua disiapkan untuknya namun semua persiapan matang hancur begitu saja saat Lizzy menggantikannya sebagai seorang pengantin. Mengapa dia tega sekali melakukan hal tersebut pada Lisa?! Lisa tak memiliki kesalahan apa pun pada Lizzy dan jika dipikir sama sekali tak ada. Apa dia iri sebab Saga adalah pria tampan dan baik? "Lisa!" Suara Saga yang setengah berteriak membuyarkan lamunan dari wanita berambut bob itu. "Kau kenapa bengong? Makanannya tak enak ya?" "Ah tidak; hanya cukup aneh saja ... kita berdua pernah terikat suatu pertunangan dan tak jadi menikah. Jujur saat bertemu denganmu, aku tak tahu harus mengatakan apa." Saga menghentikan gerakan sendoknya, ikut juga merasa tak nyaman. "Jadi bagaimana?" tanya Lisa mencoba mencairkan suasana. "Bagaimana apanya?" "Bagaimana kehidupanmu bersama Lizzy." Kendati lidahnya kelu bertanya tentang kehidupan pernikahan Saga dan Lizzy atau pun merasa bodoh sebab meminta keterangan perihal yang menyakiti hatinya namun Lisa mencoba untuk kuat dalam menghadapi permasalahan tersebut. Saga mengingat-ngingat sebentar bagaimana beberapa minggu dilewatkan sebagai suami istri. Memang, mereka sering bertengar tapi bertengkar mereka itu bukanlah hal besar malah menyenangkan. Benar sih Saga selalu disakiti tapi selain ditendang di alat vitalnya, Lizzy hanya menyerangnya dengan kata-kata sarkatis semoga saja tak lebih. Sebab itu, Saga jadi senyam-senyum sendiri menciptakan rasa penasaran sekaligus kecewa dalam hati Lisa. "Saga," panggilan dari Lisa membuat Saga kembali ke dunia nyata dan melihat pada Lisa yang masih menunggu. "Jadi bagaimana?" tanya Lisa kembali mengulang pertanyaan yang dia lontarkan. "Oh, baik kok. Awalnya sih aku tak suka sebab sesuatu tapi sekarang aku mulai menerima. Dia juga orang yang baik." Lisa tersenyum kecut. Dugaannya benar. Lizzy memang ingin merampas Saga dari Lisa. "Kenapa?" "Ya?" gumam Saga tak mendengar pertanyaan Lisa yang keluar dari bibi mungil miliknya. "Kenapa kau bahagia bersama dengan dia? Padahal kau tahu sendiri kalau dia telah menghancurkan pernikahan kita tapi kau senang bisa menikah dengan Lizzy? Apa cuma aku yang di sini menderita akibat ulahnya?!" Setelah berujar demikian, Lisa bingkas berdiri membuat Saga termangu. "Terima kasih atas makanannya. Kapan-kapan aku yang akan mentraktirmu." Wanita itu kemudian berlalu pergi menyisakan Saga seorang diri. Di sisi lain, Lizzy melihat kepergian Lisa dari tempat persembunyiannya. Lizzy keluar begitu punggung sang saudari kembar menghilang dari pandangan. Dalam hati Lizzy kesal pada diri sendiri sebab tak berani menyapa Lisa namun apalah daya. Lisa masih menganggap jika Lizzy adalah orang yang merebut kebahagiaan dan sekarang Lizzy perlu bukti untuk mengungkap jika Saga bukanlah pria baik seperti yang dipikirkan Lisa. "Tada," Lizzy kaget saat sebuah tas tiba-tiba berada di depannya. Dia menoleh pada si empunya tangan yang kini tersenyum penuh percaya diri. Siapa lagi kalau bukan Saga. "Apa ini?" "Makanan untukmu, aku yakin kau belum sempat makan sebab melihatku bersama Lisa. Aku benar bukan?" terka Saga masih dengan senyuman yang memuakkan itu. "Terima kasih ya tapi aku tak lapar jadi makan saja sendiri." Lizzy kemudian melangkah menjauh tapi Saga terus mengikutinya. "Lizzy kau mau ke mana?" "Tentu saja mau pulang." "Kalau begitu pulanglah denganku." "Ogah!" "Aku ini suamimu. Kenapa kau tak patuh padaku?" "Karena ini taktikmu untuk menaklukanku." Saga otomatis menghentikan langkahnya. Mengapa wanita itu selalu mengaitkan kepeduliannya pada permainan itu? Untuk kali ini Saga hanya ingin berbuat baik. Dia kembali melangkah dengan cepat. Digapainya tangan Lizzy dan menariknya menuju mobil. "Lepaskan tanganku! Kalau aku tak mau ya jangan paksa dong." "Terserah!" balas Saga singkat namun tegas. "Aku akan teriak nih kalau kau orang jahat." "Silakan saja, aku akan bilang kalau aku suamimu dan kau adalah istri yang nakal." Sebelum sempat mengejek, tiba-tiba kepala Lizzy dibuat menunduk oleh Saga dan mendorongnya ke dalam mobil. Tak berapa lama setelah Saga masuk juga, mobil itu pun pergi. Lisa yang tak jauh mereka, melihat segalanya. Bingung melanda pikirannya kala melihat interaksi antara Saga dan Lizzy. Dia pikir mereka akan saling menyayangi dan mengucapkan beberapa kata yang akan menyakiti hatinya (seperti mengucapkan cinta) tapi benar-benar berbeda sebab Lizzy sangatlah angkuh juga dingin pada Saga. Jika bukan Saga yang menjadi incaran saudari kembarnya lalu untuk apa dia menikah dengan mantan tunangannya itu? Mustahil kalau kekayaan atau pun kekuasaan. Lizzy bukanlah orang serakah. Telepon berdering membuat Lisa sadar. Dia pun segera mengangkat telepon tersebut. "Halo," "Halo Lisa, kau ada di mana? Ayo datanglah direktur ingin melihat hasil kerjamu," "Baik aku akan ke sana." Lisa dengan segera memesan taksi untuk menuju perusahaan tempatnya bekerja. Benar juga, Lisa seharusnya tak memusingkan apa yang terjadi antara sang saudari kembar dan suaminya. Dia cukup fokus pada dirinya saja untuk memulai kehidupan baru sama seperti yang dia harapkan saat pernikahannya kacau balau. Lisa harus bekerja keras sampai di puncak lalu bisa melebihi Lizzy. Ia harus membuktikan pada saudaranya itu bahwa dia lebih baik kendati masih ada perasaan sedih jika mengingat hal tersebut. Untuk siapa pun yang membuat dirinya masuk ke dalam perusahaan AM, Lisa sangat berterima kasih. Lisa akan membuktikan jika kesempatan yang diberikan olehnya digunakan dengan baik. Sedang itu Lizzy diam karena lebih tertuju pada pikirannya sekarang. Dia senang melihat Lisa baik-baik saja dan tampaknya sangat senang karena mendapatkan posisi di perusahaan AM. Setidaknya Lizzy sudah melakukan hal yang benar. Entah apa yang akan terjadi kalau pernikahan itu terjadi. Jujur, mulanya Lizzy merasa Saga adalah pria yang berbahaya tapi dia itu tak lebih dari seorang pria m***m sekaligus playboy. Untuk berbuat kasar sepertinya tidak. Namun kehadiran Crystal dan kekasih lainnya membuat Lizzy merasa curiga. Sifat mereka sama, memuja kekayaan dan ketampanan Saga. Ukh, entah kenapa Lizzy mendadak merinding. "Kau kenapa memandangku terus?" Lizzy terperanjat dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Saga dan bersungut saat suaminya itu melanjutkan perkataannya. "Apa kau sadar kalau aku itu tampan?" "Saga, kau salah makan ya? Kenapa tiba-tiba penuh percaya diri begitu." Saga membalas dengan tawa yang dibuat-buat. "Sesekali harus percaya diri dong." Mendengar itu Lizzy menggeleng lalu mengalihkan pandangan ke arah jendela.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN