Dua hari kemudian. Keadaan Lizzy membaik secara perlahan dan sudah bisa beraktivitas sehari-hari. "Aku senang kau sudah sehat kembali jadi nanti malam kita ke pesta bersama-sama ya?"
Lizzy mengangguk dalam diam seraya mengunyah sarapannya secara pelan. "Pesta apa? Kenapa kau datang dengan Lizzy? Aku juga mau ikut."
Nada manja yang dipakai oleh Jennifer membuat Lizzy menyeringit ada perasaan muak mendengar itu. "Wah maaf ya Jennie, Crystal. Ayah ingin aku datang bersamanya sebagai seorang suami istri lagi pula acara yang akan kami datangi itu resmi."
Jennie mengembungkan kedua pipinya kecewa sama halnya dengan Crystal yang terlihat ngambek. "Ayolah jangan marah, nanti kalau pesta ini kita pergi jalan-jalan bagaimana?"
"Denganku sendiri saja?" tanya Jennie. Senyuman manis ditorehkan begitu melihat Saga mengangguk.
"Lalu bagaimana dengan aku?"
"Iya nanti aku juga akan jalan-jalan bersamamu juga." Lizzy yang sedari tadi hanya diam tampak memegang erat sendok miliknya.
"Aku akan ambil tas kerjamu." Wanita itu bingkas berdiri sedang Saga menyelesaikan sarapan langsung berjalan dan menunggu Lizzy di teras.
Begitu Lizzy menghampiri bersama tas kerjanya, Saga mengulurkan tangan untuk mengambil namun langsung ditepis oleh istrinya. Tatapan wanita itu begitu tak ramah.
"Sekarang ada apa lagi?"
"Aku tak suka kalau kamu masih baik sama kedua wanita itu. Pernah tidak sekali dalam hidupmu kau tegas pada seorang wanita? Sekarang mereka masih meminta yang mudah tapi di lain hari mereka pasti akan meminta lebih sulit." Saga termangu.
"Apa maksudmu?" Bukannya menjawab Lizzy hanya membuang napas. Percuma mau bilang panjang lebar, pada akhirnya Saga tak akan mengerti.
"Tidak. Pergilah sekarang!" ujar Lizzy seraya memberikan tas kerja milik Saga yang menerimanya ragu.
"Terima kasih." Saga hendak memutar tubuhnya namun Lizzy kembali bersuara menyita perhatian dari pria itu.
"Oh iya aku lupa mengatakannya padamu. Aku akan mencari seorang kekasih jadi aku harap kali ini kau tak akan merusaknya."
"Kau serius?"
"Apa aku pernah bercanda padamu? Tidak bukan? Kau memiliki dua kekasih kenapa aku tidak? Permainan tetaplah permainan begitu juga dengan peraturan." Lizzy lalu masuk meninggalkan Saga yang menahan kekesalannya.
Saga berpikir setelah beberapa hari ini Lizzy mulai melupakan peraturan atau permainan bodoh itu tapi mana mungkin Lizzy adalah wanita yang cerdas. "Hhhahh ... aku terpaksa menuruti kemauannya." gumamnya lesu.
❤❤❤❤
Sementara itu Lisa dan Angel-- Ibunya tengah berada di rumah sakit guna mengecek kesehatan yang rutin dilakukan minimal seminggu sekali. Lisa telah membuat izin untuk ikut bersama Ibunya dan disinilah dia sekarang.
"Syukurlah Ibu sehat-sehat saja." Angel memberikan senyuman namun kemudian tak lama Angel memasang wajah muram.
"Ada apa Ibu?" Angel membuang napas berat.
"Ibu rindu sama Lizzy. Biasanya kalian berdua yang mengantar Ibu tapi sekarang ... rasanya sangat berbeda. Ya, Ibu tahu dia membuat kesalahan ... tapi Ibu tetaplah seorang Ibu yang akan selalu sayang sama anak-anaknya. Sudah lama sekali Ibu tak melihat dia ... bagaimana keadaannya?" Lisa ikut juga merasakan hal yang sama dengan Angel.
Dia sangat merindukan masa-masa di mana mereka berdua bersama. "Kalau begitu kalau ada waktu kita pergi ke rumahnya Saga ya untuk mengunjungi Lizzy."
Angel terkejut, menatap Lisa dengan mata yang membulat. "Tapi Lisa bukankah--"
"Setelah aku pikir cepat atau lambat aku harus menerima kenyataan kalau Lizzy adalah istri Saga jadi dari pada menunggu lama kita akan ke sana." Wanita paruh baya itu tertegun dan kemudian membelai rambut bob milik Lisa sambil memamerkan senyum hangat.
"Kau benar-benar dewasa Lisa, Ibu bangga punya putri sepertimu." Lisa ikut juga tersenyum. Ya, sudah seharusnya Lisa mengambil keputusan tersebut. Kenapa tidak terpikir beberapa hari yang lalu?
Dari arah yang lain, tampaklah Jeff sambil melihat catatan seorang pasien. Rencananya dia akan memeriksa pasien tersebut. Setelah memastikan bahwa catatannya benar, Jeff mengangkat kepalanya dan melihat sosok Lisa yang dia pikir adalah Lizzy.
Jeff hendak membuka suara namun Lisa dengan cepat melewati pria itu membuat Jeff agak tersinggung. "Permisi Nona!" ucap Jeff selagi dirinya memutar tubuh.
"Nona Lizzy!" Lisa menghentikan langkah begitu mendengar nama saudara kandung dipanggil dan menoleh.
"Nona Lizzy, apa anda tak mengenal saya?" Wanita muda itu kontan menggeleng.
"Saya Jeff, dokter yang merawat Anda. Beberapa hari yang lalu anda terkena demam sampai membuat suami anda panik dan memanggil saya."
"Apa? Lizzy demam?" pertanyaan itu keluar dari mulut Angel. Kening Jeff tertaut.
"Anda siapanya Lizzy ya?"
"Saya Ibunya. Bagaimana keadaanya? Apa dia baik-baik saja?"
"Loh ini bukannya Lizzy ya? Istri sahabat saya?" Lisa tersenyum.
"Saya bukan Lizzy tapi Lisa. Kami saudara kembar." Mata Jeff membulat. Jadi selama ini dia salah orang. Semburat merah muncul mendadak di pipi pria yang berprofesi dokter itu.
"Maafkan aku, aku pikir kau adalah Lizzy."
"Tidak apa-apa, bukan hanya kau yang salah mengenal kami." balas Lisa masih dengan senyuman ramah.
❤❤❤❤
Sore hari, setelah memberikan lipstick di bibir Lizzy keluar dari kamar untuk menghampiri Saga yang terlihat gusar. "Saga!"
Pria itu menoleh. Dia sangat terkejut dengan penampilan Lizzy dengan gaun merah yang mencolok. Bukan terlihat norak malah Lizzy makin cantik dan elegan.
"Saga!" ucap Lizzy seraya melambaikan tangan di wajah Saga namun pria itu tak bergeming membuat Lizzy sedikit jengkel.
Lizzy tersenyum nakal. Dia pun mencubit hidung Saga yang mancung agar pria itu tak bisa bernapas. Benar saja Saga langsung tersadar.
"Lizzy, lepaskan hidungku aku tak bisa bernapas." Lizzy malah tertawa sebab suara Saga berubah pada akhirnya Saga yang berusaha melepaskan tangan Lizzy dari hidungnya.
"Kenapa sih kamu selalu menjahiliku?"
"Kamu itu yang termenung terus ya aku menjahilimu saja!" Lizzy bergerak masuk duluan ke dalam mobil barulah Saga.
"Aku tak mau Ayah tahu dengan sikap kita jadi bisakah kita berpura-pura menjadi pasangan harmonis?" tanya Saga selagi dirinya masih berkonsentrasi dalam menyetir.
"Tak masalah." jawab Lizzy lugas.
"Baguslah. Kalau begitu ....." Saga pun menjangkau tangan Lizzy dan menggenggamnya erat.
"Kau sedang apa?"
"Kita latihan." Lizzy mengerjapkan mata lalu mengerucutkan bibirnya.
"Kau pasti bohong. Pasti kau modus." Meski berkata demikian Lizzy tak melepaskan tangan milik Saga hingga sampai ke tempat acara.
Baru saja Lizzy keluar dari dalam mobil tangannya langsung ditarik oleh Saga. Kemudian lengan Lizzy dia tempatkan pada lengan miliknya. "Ayo masuk dan ingat apa yang kita bicarakan dari tadi."
"Iya, iya aku bukan anak kecil tahu!" Saga kemudian berjalan beriringan bersama Lizzy mendekati orang-orang berbadan besar yang adalah petugas keamanan acara perusahaan.