Desas-desus kembali terdengar tapi bukan Lizzy melainkan hubungan Crystal dan Saga bahkan Jennifer ikut-ikutan dibicarakan. "Tapi sama saja bukan kau berhubungan dengan pria lain?"
"Maksudmu dengan Fauzan? Bukannya dia sudah bilang ya kalau kami baru gebetan jadi tak masalah, kan kalau masih PKDT. Benar tidak Fauzan?" Pria yang ditanya agak terperanjat kaget.
"Ah iya." Lizzy tersenyum pada Saga yang memandangnya dengan tatapan tajam sekarang. Lelaki itu menahan amarah saat melihat Lizzy merangkul lengan milik Fauzan sedang Fauzan tertegun.
Dia tersenyum lebar ketika bertemu pandang dengan Lizzy dan mendekat pada teman-temannya. "Tunggu apa lagi, ayo kita mulai permainannya."
Saat itu juga, Saga menyuruh kedua temannya agar menyingkir. "Kenapa Saga? Masih banyak tempat duduk di sini."
"Fauzan itu adalah tuan dari pesta ini dia harus duduk di tempat yang sempurna." Tatapan Saga sekaligus senyuman palsu Fauzan merasa tak nyaman.
"Lizzy ayo kita duduk di tempat lain saja,"
"Tidak apa-apa Fauzan, Saga mau menggertak kita. Apa kau mau terlihat pengecut di matanya?"
"Tidak!" jawab Fauzan cepat. Dia tak mau terlihat lemah di depan Lizzy.
"Kalau begitu ayo duduk di sampingnya." Ucapan Lizzy menciptakan rasa keberanian Fauzan. Dia pun duduk bersama Lizzy sebagai dinding pemisahnya dengan Saga.
"Tunggu apa lagi ayo kita bermain."
"Seperti yang dulu kita akan memainkan Truth or Dare kalian tahu bukan peraturannya. Ini adalah permainan tradisi saat di antara kami tengah berulang tahun jadi ayo kita putar botolnya." Seorang perempuan segera memutar botol dengan cepat sementara mata semua orang memandang botol tersebut sampai botol berhenti berputar.
Karena permainan terasa menyenangkan mereka jadi lupa waktu hingga satu jam terlewat. Kali ini botol berhenti di depan Lizzy membuat semua orang tertuju pada wanita itu. "Pilih truth or dare?"
"Truth."
"Kalau begitu biar aku yang bertanya," kata Fauzan mendadak.
"Tentu silakan."
"Lizzy, jawab yang sebenarnya siapa yang mengambil ciuman pertamamu? Bukan dari keluargamu ya maksudku seorang pria." Otomatis Lizzy melirik pada Saga yang terlihat gelisah.
Dia memberikan senyuman dan langsung menjawab. "Suamiku." Mata Saga tiba-tiba melebar. Ada ekspresi senang karena tahu bahwa dia adalah orang yang mengambil ciuman pertama Lizzy.
"Suamimu? Kalian pasti lama pacaran ya?" Lizzy menggeleng.
"Kami bertemu pas acara tunangan saudaraku dan kami menikah tak lama kemudian."
"Itu artinya kau tidak pernah pacaran?"
"Tidak. Saat aku remaja, aku terlalu memikirkan masa depan yang di mana aku akan bekerja di sebuah perusahaan terkenal maka aku belajar keras meski banyak lelaki yang menyukaiku aku menolak mereka cukup lucu juga karena pada akhirnya aku menikah lebih cepat."
"Oh begitu tapi aku salut loh kamu bisa menjaga harga dirimu dengan baik dan juga tak pernah merasakan galau."
"Aku sih menganggapmu kau bad girl sekali. Melihat penampilanmu sekarang pasti banyak pria yang kau tolak." Lizzy membalas tawa getir.
"Begitulah."
"Nah ayo putar lagi." Crystal lantas memutar botol dan berhenti tepat di depan Saga.
"Saga, truth or dare?"
"Dare." jawab Saga santai.
"Ciumlah salah seorang wanita yang ada di sini." Saga pun mengedarkan pandangan melihat pada beberapa teman wanitanya yang menggeleng. Dia lalu menatap pada Crystal dan Jennifer. Kedua wanita itu berusaha menggodnya tapi Saga tak ingin berciuman dengan mereka.
'Aku butuh bibir yang manis.' Lantas Saga menoleh ke arah Lizzy yang memandangnya dengan tatapan datar. Meski ekspresi kosong, Lizzy entah kenapa terlihat manis sekali. Saga segera menarik dagu Lizzy dan mencium bibirnya sementara waktu.
Mereka yang berada di tempat tersebut tampak terkejut. Buru-buru Fauzan membuat mereka berpisah sembari memasang muka marah. "Apa-apaan kau?! Kenapa kau mencium gebetanku?!"
"Tenang Fauzan, Saga hanya melakukan tantangan ciuman itu saja." Napas Fauzan yang memburu kembali tenang begitu Lizzy menenangkannya.
Sekali lagi botol di putar dan berhenti tepat pada Fauzan. Kebetulan sekali. "Fauzan, truth or dare?"
"Truth."
"Ayo katakan cinta pada Lizzy." Jantung Fauzan mendadak bergetar hebat. Diambilnya sepasang tangan Lizzy dan menggenggamnya dengan hangat.
Saga tak suka akan sikap Fauzan bersama Lizzy. Dia pun bangkit pura-pura menerima telepon untuk keluar. Sedang Fauzan melempar tatapan hangat pada Lizzy yang beradu pandang dengannya.
"Lizzy, ak--aku cin-cin ...."
Dering ponsel Lizzy mendadak berbunyi menimbulkan kekecewaan bagi yang menonton. "Maaf aku harus menerima telepon."
Lizzy pun beranjak dari tempat itu dan begitu dia membuka pintu, Saga langsung menariknya keluar. Menyeretnya untuk keluar dari tempat pesta tersebut menuju balkon. "Saga apa yang kau lakukan?" Wanita itu kaget kala punggungnya membentur dinding meski tak keras.
"Saga?!" Lizzy terdiam saat melihat sepasang mata milik Saga sangat dekat darinya. Sontak Lizzy membuang muka ke arah lain sebelum akhirnya dagunya kembali disentuh oleh Saga agar saling berpandangan.
"Apa yang dari tadi?"
"Maksudmu?"
"Jangan pura-pura tak tahu. Kau sengaja memperalat Fauzan untuk membuatku cemburu." Mulanya kening Lizzy mengerut kemudian tawa sinis keluar dari bibirnya.
"Astaga kau cemburu? Apa itu artinya kau punya perasaan padaku? Jadi aku menang?"
"Tidak sama sekali. Cemburu bukan berarti punya perasaan sama kamu."
"Jadi karena apa?"
"Karena kau milikku!" Lizzy memicingkan mata. Pasti itu hanyalah sebuah alasan karena menjunjung harga dirinya yang tinggi itu.
"Omong kosong."
"Terserah kau mau percaya atau tidak tapi ingatlah apa yang menjadi kepunyaan Saga tak akan bisa disentuh termasuk temanku sendiri dan sebagai seorang suami aku tak mau kau dekat dengan Fauzan."
"Kenapa aku harus menurutimu?"
"Tentu saja karena aku suamimu."
"Kita sedang bermain ingat,"
"Ya tapi kau bilang bisa melakukan suatu kecuragan. Kau telah melakukan kecurangan maka aku pun melakukan kecurangan dengan memanfaatkan hubungan kita atau apa kau mau lagi ciumanku?" Lizzy mendecak kesal dan mendorong tubuh Saga menjauh.
"Kau bukan pencium yang handal menurutku tapi aku heran kenapa orang sepertimu populer ya?" Saga mendengus. Dia kembali menarik tangan Lizzy membuat wanita itu memandangnya.
"Ayo pulang."
"Kenapa aku kau bisa bukan dengan salah satu kekasihmu?"
"Tapi aku maunya sama kamu." Suara derapan langkah kaki menyita perhatian kedua orang itu dan pada akhirnya Saga bersembunyi dan dari persembunyiannya dia melihat sosok Fauzan.
"Bagaimana kau sudah selesai mengangkat teleponnya?" Lizzy mengangguk.
"Mm ... Lizzy aku mau mengatakan sesuatu ... tentang yang dari tadi ka-kalau aku mencintai--"
"Maafkan aku." ucap Lizzy secara mendadak. Pandangan Fauzan yang menunduk memandang pada Lizzy.
"Aku tak bisa membalas cintamu. Dari tadi aku ditelepon suamiku, dia tak mau aku mendekati pria lain ... dia cemburu jadi maaf ya." Di tempat persembunyian Saga terpaku. Ternyata Lizzy menuruti permintaannya.