Terkuaknya kebenaran

1127 Kata
Charles termenung. Dia memikirkan kembali mimpi aneh yang baru saja di alami olehnya. Tiba-tiba saja setelah beberapa jam terlelap, dia bermimpi tentang sesosok wanita tua yang tiba-tiba memarahi dirinya dan juga perempuan yang saat ini tengah terlihat gelisah di depan sana. Charles melihat Indira yang kali ini kebetulan membuka mata dan duduk meringkuk di seberangnya. Dia menangkap kekhawatiran yang perempuan itu ciptakan di wajahnya dengan cukup jelas. Tanpa ingin lagi di bantah. Kakinya sudah meluncur menghampiri perempuan tersebut yang beberapa hari ini terlihat menghindari dan mengabaikan kehadirannya. "Indira." Sapa Charles, mengalihkan lamunannya. Dia duduk berjongkok di samping sang wanita, Sementara Indira terlihat terkejut mengetahui Charles yang sudah duduk termenung menatapnya. "Ada apa ?" Lanjutnya lagi, Sambil membersihkan sisa daun kering yang menempel di tanah dan menghalangi duduknya. Charles duduk di samping Indira dan memperjelas ucapannya. "Apa kau sedang memikirkan sesuatu ? Aku tebak ada sesuatu yang sedang kau sembunyikan saat ini. Jangan sembunyikan apapun lagi dari pandanganku Indira. Matamu tidak bisa menutupi itu semua dari mataku. Katakan ! Apa yang sebenarnya saat ini sedang mengganggu pikiranmu ? Beberapa hari aku tidak mendekatimu, bukan berarti aku tidak memperhatikan setiap gerak gerik mu. Ada yang janggal dari sikapmu selama ini. Jika kau tidak keberatan bisakah kita bicara sebentar di sebelah sana ? Aku tidak ingin membangunkan sari dengan obrolan kita nanti." Pintanya langsung menggamit jari tangan Indira. Charles membangunkan paksa sang wanita sementara Indira hanya berjengit bingung, ingin berontak pun dia tidak kuasa karena takut membangunkan yang lainnya. "Jangan terlalu jauh Charles, di sini saja !" Pintanya setelah tiba di depan bara api unggun yang masih menyala dengan besar di depan sana. Charles mengangguki permintaan Indira dan mulai duduk menghadap ke arahnya. "Apa yang sedang kau rasakan malam ini ? Apa kau sedang merasa gelisah karena sudah memimpikan seorang nenek tua yang sedang memarahi mu dan juga Bima di sungai sana ? Tidak usah berbohong lagi Indira. Lebih baik kau mengatakan semuanya jujur padaku karena aku pun mengalami hal yang sama dengan mu." Tuturnya memilih to the point' daripada menunggu Indira yang sampai kapanpun tidak akan membuka mulutnya untuk buka suara. Indira dapat di pastikan terkejut mendengar todongan Charles yang sepenuhnya benar mengenai mimpinya. "Apa ?" Refleksnya menutup mulut saking dia bingungnya mengapa Charles bisa memimpikan hal yang sama dengan dirinya. "Kenapa kau berkata seperti itu ? Aku mana mungkin memimpikan hal seperti itu mengingat di dunia ini aku adalah orang yang paling tidak mempercayai yang namanya takhayul." "Kau sebaiknya jangan membohongiku lagi dengan lelucon mu itu Charles ! Karena aku tidak akan tertipu lagi kali ini." Keluhnya langsung menyembur saat Charles mengemukakan isi yang ada di pikirannya. Charles memicingkan matanya. Benar saja jika ternyata ada sesuatu yang sudah terjadi selama ini antara Indira dan juga Bima. "Aku tidak mengatakan hal-hal yang berupa takhayul. Aku hanya bilang aku memimpikan seorang nenek tua yang sedang memarahi mu dan juga Bima. kenapa kau malah membeberkan segalanya ?" Tanya-nya balik. Saat perkataan Indira justru membuka tabir dari semua kegundahannya selama ini. Charles menarik lutut wanita yang ada di depannya. Dia mendekatkan Indira dengan lututnya hingga jarak mereka hanya terbentang beberapa Centi saja. "Kau ?" Pelotot Indira saat melihat Charles semakin berani terhadapnya. Indira ingin berkata, Namun Charles buru-buru untuk mencegahnya. "Jangan menyangkalnya lagi ! Ada sesuatu yang terjadi padamu dan juga Bima kemarin ? Katakan segalanya Indira ! Apa yang sebenarnya kalian lakukan di sungai sana ? Apa kalian melakukan hal yang bertentangan dengan agama ? Atau kau dan Bima ? Astaga. Jangan sampai fikiran ku ini benar Indira. Jika seandainya yang aku bayangkan itu benar ? mungkin saja tersesatnya kita itu ada hubungannya dengan perbuatan kalian berdua." "Apa kau melakukannya dengan Bima ?" Tanya Charles lagi, Yang kini mulai mencengkram kuat pahanya. Indira sempat mendesis. Dia ingin mengatakan segalanya namun Charles malah lebih dulu mendakwanya. "Lepaskan bodoh, Sakit. Kau menyakitiku. Aku tidak melakukan itu dengan tuan Bima. Aku memang sempat b******u liar dengannya di sungai sana, Tapi bukan berarti aku b********h dengan dia. Kau menyakitiku. Bukan hanya pahaku yang kau remas, hatiku juga sakit saat kau mengatakan tuduhan itu dengan mulut pedas mu, Hiks." Ringisnya, Sambil mulai terisak dan menyeka air matanya dengan menggunakan siku. Indira melengos kan kepalanya. Dia melepaskan remasan Charles lalu menekuk lututnya sendiri sambil terisak di sana. "Hiks. Hiks. Aku tahu aku bukan perempuan yang baik. Tapi itu semua bukan sepenuhnya kesalahanku. Tuan Bima sendiri yang datang menghampiriku. Aku mana berani menggoda suami orang jika dia memang tidak terus-terusan mendekatiku." "Waktu itu aku sudah berusaha berteriak. Tapi tuan Bima malah menyumpal mulutku dengan tangannya. Aku ketakutan saat itu, Aku juga bingung harus melakukan apa ? Satu sisi aku sudah bertekad untuk menjauhinya, tapi di sisi lainnya hatiku juga sakit saat Tuan Bima malah mendekatiku dan mengatakan permintaan maafnya dengan tulus sambil mencium ku." "Aku tahu Charles, Aku memang bukan perempuan yang baik. Aku terima itu, tapi aku juga bingung harus apa sekarang ? Kau benar, Jika beberapa menit yang lalu aku memang memimpikan sosok tersebut sedang memarahiku dan juga tuan Bima. Tapi memangnya aku bisa apa ? Aku tidak punya kekuatan apapun sejak dulu jika sudah berhubungan dengan mereka." "Status Tuan Bima dan juga Nyonya Resti yang merupakan majikan ku saat aku di Jakarta. Fakta itu bahkan kadang sering melemahkan ku dan membuat aku tidak berkutik saat berhadapan dengan mereka." Ratapnya sambil menangis sesenggukan memeluk erat lututnya. Charles yang mendengar semua pengakuan Indira untuk pertama kalinya, mendadak bungkam. Dia tidak mengatakan apa-apa selain duduk terbengong sambil menatap tidak percaya lawan bicaranya. Indira pun mendongakkan kepalanya. Dia menatap ke arah Charles yang saat ini terlihat sangat syok. Indira mengelap ingusnya. Dia mendekati Charles dan menggoyang pelan lututnya. "Charles. Charles kenapa kau malah diam saja sekarang ? apa kau marah saat aku mengatakan segalanya ? Katakan sesuatu Charles ! kenapa kau malah diam saja seperti ini ? Bukankah tadi kau yang memintaku untuk bicara ? Beri tahu aku, apa yang harus aku lakukan untuk menebusnya ? Apakah aku harus mendekati nyonya Resti dan mengatakan segalanya pada beliau ? Lalu bagaimana jika dia marah nanti ? Aku takut dia akan menghukum ku lagi seperti yang sering dia lakukan dulu bersama teman-temannya saat kami di Jakarta." "Aku bingung Charles, Apa yang sebenarnya harus aku lakukan sekarang ? Aku tidak ingin selamanya terjebak di hutan ini dan mencelakakan mereka semua yang tidak berdosa. Charles." Rengeknya terus menggoyang Bahu dan juga lutut rival di depannya. Charles masih tetap terbengong. Dia bingung antara harus terkejut atau senang mengetahui kenyataan yang selama ini mengganjal di pikirannya soal hubungan Bima dan juga Indira. "Charles." Panggilnya lagi dengan nada yang cukup keras. Charles mengerjapkan matanya. Dia menatap balik Indira yang saat ini sedang menangis sambil mengelap habis ingusnya dengan lengan baju yang dia pakai. "Apa yang harus aku lakukan ?" Lanjut perempuan tersebut mengulang pertanyaan yang sama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN