Tersesat

1212 Kata
Mereka langsung melangkahkan kakinya keluar dari dalam dermaga setelah selesai melepaskan rindu satu dengan yang lainnya. Bima yang enggan untuk melepaskan Indira dari hadapannya, Kerap kali menahan pergerakan gadis tersebut untuk kembali ke dalam rombongan mereka. Mereka terus merengkuh satu sama lainnya, Saling mencecap namun tidak berani untuk melakukan lebih. Indira bahkan sampai melupakan kehadiran temannya Sari. Gadis itu sibuk dalam gerakan tangannya untuk merengkuh punggung Bima saat lidah pria tersebut mencecap setiap inci tubuhnya. Dia baru sadar, setelah pandangannya melihat lurus cahaya api unggun yang ada di depan sana. Indira yang saat itu mengingat keberadaan Sari langsung melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan lagi teriakan Bima yang saat itu terus menerus mencoba menghentikan langkahnya. Dia terus melangkah, Sampai kakinya benar-benar menemukan sahabat terbaiknya. Sungguh Indira sangat merasa berdosa ketika di lihatnya Sari tengah meringkuk meratapi kehadirannya yang tak kunjung datang. Gadis itu bahkan memeluk erat kakinya sambil bersenandung riang menunggunya di atas sana. Indira merasa berdosa bukan hanya pada sari dan juga istri Bima. Dia yang acap kali lemah saat sudah bertatap muka dengan kekasihnya. Jadilah kini perempuan itu di landa kebingungan usai percumbuan panas mereka sore tadi di atas sungai. Hatinya bimbang. Indira bahkan tidak mengatakan satu patah katapun saat dia menemui temannya Sari. Selain memberikan penjelasan atas keteledorannya dan arah pulang Indira yang berbeda dari arah datang sebelumnya. Gadis itu hanya duduk diam sambil memandangi arah api unggun tanpa ingin sedikitpun berbicara dengan rekannya. Dia bahkan mengabaikan keberadaan Charles yang sejak tadi menegur dirinya untuk ikut makan malam bersama. Wanita itu layaknya seperti mayat kosong yang entah pikirannya sedang tidak tahu ada dimana ? "Indira." Seru Charles saat perasaannya sudah tidak bisa lagi mentolerir sikap aneh perempuan di seberangnya. "Coba kemari sebentar !" Perintahnya Lagi sambil menatap lurus mata wanita yang saat ini sedang mengerutkan keningnya ke arah Charles. Satu tangannya terus mengayun ke arah Indira. Sementara yang di tatap hanya terlihat menengokkan kepalanya ke sembarang arah, bingung ingin menghampiri Charles atau tidak ?. "Aku,, " Ragu Indira saat matanya tidak sengaja beradu pandang dengan kekasihnya Bima. Indira menggigit bibirnya pelan, Dia masih ragu ingin melupakan Bima atau tidak. "Maafkan aku Charles tapi sepertinya aku akan istirahat saja. Badanku tiba-tiba merasa kurang nyaman. Mungkin itu efek dari udara malam di hutan ini. Besok saat aku sudah merasa lebih baik mungkin aku baru bisa menemui mu. Apakah tidak apa-apa ?" Tanya-nya. Terukir senyuman bangga di bibir kekasih gelapnya saat Indira dengan tegas menolak tawaran rekannya. Dia melanjutkan kembali aktifitas berbaring nya. Sementara Indira sibuk mengigit bibir. Takut jika Charles tersinggung ataupun marah dengan penolakannya. Pria itu pun terlihat mengerutkan kening saat Indira dengan sikap canggungnya untuk pertama kali menolak permintaanya. Dia hanya bisa menganggukkan patuh kepalanya. Satu hal yang Charles tangkap jika Indira saat ini sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya. *** Mereka berenam melanjutkan kembali perjalanan mereka seperti sebelumnya. Ada satu hal yang janggal, Entah mengapa sudah dua hari ini sejak kejadian Indira mendiamkannya, mereka seperti tersesat kehilangan arah dan berputar-putar di tempat yang sama. Charles bahkan sudah memberikan tanda di setiap jalan yang mereka lewati. Namun tetap saja. Dugaannya benar, Jika mereka hanya berputar-putar di tempat yang sama. "Ini aneh." Gumamnya memecah hening di antara ributnya suara burung dan hewan hutan yang memekik telinga mereka semua. Charles menurunkan Ranselnya. Dia menghampiri segerombolan kelompoknya untuk memastikan kecurigaan dan alasannya tersesat seperti ini. "Kita terus-menerus berputar di tempat yang sama. Aku sudah mencoba mengambil semua sisi yang ada di hutan ini namun hasilnya tetap saja sama. Tetap kembali ke tempat kita sebelumnya tiba." "Ini benar-benar di luar perkiraan ku. Seumur perjalanan hidupku. Baru kali ini aku menemukan hutan serumit ini. Kita seperti di butakan mata batinnya sehingga tidak menemukan arah yang benar." Monolognya mencoba mengajak berdiskusi rekan satu rombongannya. Bima yang sejak awal sudah tidak menyukai tingkahnya, tiba-tiba saja menyela ucapan Charles dan membalasnya dengan argumen yang tidak terduga. "Hutan ini memang masih sama seperti sebelumnya, tidak ada yang berubah selain daya pikir mu saja yang lambat Charles. Sejak awal aku memang sudah meragukan kapasitas mu dalam memimpin rombongan ini. Aku membiarkanmu memimpin dan lihat hasilnya sekarang ? Kita tersesat dan tidak tahu kemana arah pulang. Ingin kembali pun mustahil, karena perjalanan kita yang sudah terlalu jauh. Jarak pantai dan tempat kita saat ini saja aku pastikan sudah sangat tidak mungkin untuk bertolak kembali ke sana." "Kau memang sejak awal hanya bermulut besar. Menyesal rasanya aku mempercayaimu untuk memimpin rombongan ini. Coba saja jika sejak awal kau mau mendengarkan perkataan ku dan mengikuti insting berjalan ku ? Mungkin saat ini kita sudah bertemu penduduk setempat dan keluar dari hutan terkutuk ini." Lanjutnya tiba-tiba menjawab sengit pertanyaan Charles yang sejak awal sudah berniat ingin berdiskusi dengan rekannya. Bima berdecih sedangkan Charles yang mendengar perkataan sengit dari rekannya hanya tersenyum sinis sambil menatap balik lawan bicaranya. "Kau ingin memimpin perjalanan ini ?" Ulangnya sebelum masuk pada inti pembicaraan mereka. "Anjing yang menggonggong memang selalu terlihat bodoh apalagi saat mereka mengeluarkan liurnya." "Jika kau memang mempunyai kapasitas untuk memimpin rombongan kita keluar dari hutan ini, lalu mengapa kemarin kau malah mengulangi kesalahan yang sama ? Kau bahkan hampir membawa rombongan kita berada dalam bahaya." "Jika kemarin tidak ada Indira yang mengingatkanmu tentang keberadaan macan kumbang di depan sana, Mungkin entah sudah jadi apa kita di hadapan mereka ?" Tuturnya kembali membalas sengit pernyataan Bima yang terkesan merendahkan dirinya dalam memimpin rombongannya. Bima mendesis tak suka, Dia akan menjawab ejekan Charles jika saja Resti tidak menghentikan pertikaian mereka dan melerai suasana tegang yang ada di sana. "Sudahlah Bima ! Sekarang bukan waktunya untuk kita berdebat, Keselamatan kita menjadi yang utama untuk saat ini. Bahan makanan kita juga semakin hari sudah semakin menipis. Meskipun di sini banyak buah-buahan yang bisa di petik, namun tidak selamanya kita akan kuat hanya dengan mengandalkan mereka semua. Kita butuh kehidupan yang mungkin saja ada di depan sana. Satu-satunya jalan agar kita bisa bertahan hidup adalah dengan menemukan penduduk sekitar dan meminta bantuan pada mereka semua." "Aku harap kau mau mengerti ucapan ku kali ini ! Tolong kesampingkan dulu ego mu ! Kau juga sudah berusaha bukan kemarin menunjukan kebolehan mu itu ? Tapi apa yang kau dapat ? Kau malah membawa kami ke dalam bahaya yang lebih besar dari yang tuan Charles lakukan." "Jika tidak ada beliau mungkin aku juga sekarang sudah di telan habis oleh ular besar penunggu hutan tersebut tempat kemarin kau memimpin jalan. Tidak mungkin kau lupa, Kau pasti ingat dengan baik semuanya, Jika penunjuk kakimu itu malah membawa kita ke dalam sarang mereka." Kesal Resti yang kali ini malah balik memarahi suaminya. Bagaimanapun dia cukup trauma dengan kejadian tersebut, mengingat ular yang akan menelannya bukanlah ular dengan ukuran biasa dan bisa di bilang raksasa. "Aku benar-benar muak dengan semua tingkahmu itu. Hal itu jugalah yang membuatku kesal dulu sehingga mampu menduakan mu dengan karyawan mu sendiri. Kau terlalu egois dengan keinginanmu sendiri Bima. Kau tidak pernah mementingkan kepentingan orang lain yang mungkin saja akan terluka dengan sikap keras kepalamu itu." Sementara Resti terus mengeluarkan keluh kesahnya, Di situlah Indira menggigit bibir nya risau antara ingin membela atau ikut melerai pertengkaran mereka. Mereka hanya terus berdebat sepanjang perjalan mereka. Hingga tiba waktunya mereka di tempat bermalam sebelumnya. Charles yang memutuskan jika malam ini mereka akan kembali menginap di sana, dan memikirkan kembali langkah apa yang akan mereka ambil selanjutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN