Kekesalan Bima

1328 Kata
Bima berjalan mondar mandir. Perasaannya kesal bercampur gelisah. Indira ternyata tidak datang seperti dugaannya. Sudah hampir setengah jam dia menunggu namun wanita itu sama sekali tidak sedikitpun menunjukkan batang hidungnya. "Astaga. Sialan." Tuturnya menyabet geram rumput panjang yang ada di sekitarnya. Bima semakin meremas frustasi rambut yang menempel di kulit kepalanya. Dia takut Indira akan berubah dan berpaling darinya. "Indira tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Apa maksud semua ini ? Apa dia melihatku saat aku b********h dengan Resti ?." Pikirannya kembali melayang, Dia takut jika Indira memang benar-benar mengetahui kelakuannya di belakang sana. "Lalu bagaimana jika dia tahu ? Sialan aku harus menemuinya sesegera mungkin. Setidaknya jika dia memang melihatku tadi ? aku harus menjelaskan semuanya." Gumam Bima lagi semakin gelisah di tempatnya berdiri saat ini. Bima berjalan mondar-mandir. Dia akan menunggu selama lima menit lagi siapa tahu Indira banyak halangan, dan seperti biasa dia akan datang dan menemui dirinya. "Ayolah Indira sayang cepatlah ! Aku akan menunggumu di sini. Kumohon jangan membuatku takut !" Lirihnya. Melirik gelisah kearah jalanan yang tadi sudah di lewati olehnya. Sayang sekali hal itu ternyata tidak sesuai dugaan dan harapan dirinya. Indira tidak datang menemuinya. Bima pun semakin kalap. Dia menggeram marah sambil menggenggam erat ilalang yang tumbuh di depannya. "Sialan. Indirraaaa." Teriaknya kencang membuat semua orang yang ada di sekitar hutan menjadi menoleh seketika. Posisi Bima yang memang tidak terlalu jauh dengan lokasi Indira saat itu. Indira langsung menolehkan kepalanya seketika saat Bima berteriak seperti itu memanggil namanya. "Tuan Bima sepertinya sangat marah padaku ? Bagaimana ini Sari ? Aku takut. Apakah aku sebaiknya menemui dia atau bagaimana ? Aku takut dia malah akan berbuat nekat jika aku terlalu keras padanya." Tuturnya segera berjalan mendekat ke arah Sari. Sari yang melihat raut khawatir di wajah Indira langsung meremas pundaknya, dengan maksud ingin menyalurkan kekuatan untuk temannya. "Tenang Indira ! Jangan merasa terprovokasi seperti itu ! Justru ini kesempatan kita mumpung Tuan Bima dan nyonya Resti jauh dari keluarga dan kekuasan mereka." "Jika kau lemah seperti ini ? Lalu mau sampai kapan kau akan terus bergelut menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga mereka ? Kau pasti juga sudah melihat bukan apa yang mereka lakukan pagi tadi di dalam dermaga ?" Tutur Sari yang ternyata juga mengetahui kelakuan Bima dan juga Resti. "Kau mengetahui semua itu dari mana Sari ? Apakah mereka melakukannya sudah sejak pagi tadi ?" Tanya Indira malah balik bertanya begitu dia paham apa yang di maksud oleh temannya Sari. Sari yang tidak ingin berbohong menggelengkan kepalanya namun dia juga tidak ingin menyembunyikan apapun dari Indira. "Setelah aku mandi, Aku kembali lagi ke dermaga itu untuk mencuci baju. Tapi begitu aku kembali aku melihat mereka sedang berciuman di tepi dermaga." "Maafkan aku Indira. Sebenarnya aku sengaja menyuruhmu untuk pergi ke sana. Aku ingin kau menyaksikan sendiri kelakuan tuan Bima di belakang mu dengan istrinya." "Aku melakukan itu semua pun demi kebaikan mu sendiri. Aku tidak ingin kau selamanya terjebak di dalam situasi ini." "Kau harus berubah Indira ! Jangan pernah takut atau terintimidasi lagi oleh mereka ! Mumpung kau di sini. mumpung mereka berdua lemah. Kau bebas melakukan apapun yang kau mau. Lepaskan tuan Bima ! Lagipula jikapun nanti dia berani berbuat apa-apa ? Kau tinggal berbalik saja pada Charles ! Minta dia untuk melindungi mu seperti biasanya. Selama ini aku juga melihat dia peduli dengan keselamatanmu. Bukan hal yang sulit jika kau ingin meminta perlindungan Charles. yang perlu kau lakukan adalah meneguhkan hatimu untuk tuan Bima. Tinggalkan dia ! Dan mulailah hidup baru dengan baik." Tutur Sari. Ada perasaan kesal saat dia mengatakan itu. Sari yang entah sejak kapan sering memperhatikan Charles tiba-tiba saja menjadi tersulut sendiri saat dia menggumamkan kata itu pada Indira. Dan Indira pun mulai berfikir mengenai ucapan temannya sari. "Iya. Yang kau katakan memang benar Sari. Aku memang tidak boleh lemah. Baiklah terima kasih banyak untuk nasehatnya. Kau tenang saja aku pasti bisa menjaga diriku dengan baik setelah ini. Aku juga tidak akan melibatkan Charles atau siapapun dalam masalahku. Aku akan menyelesaikan segalanya sendiri." Tekad Indira membulatkan tekadnya untuk menjauhi Bima. Mereka semua mulai kembali mengemasi barang mereka karena siang ini Charles bilang mereka akan melanjutkan kembali perjalanannya. "Baiklah, Semuanya sudah siap ?" Saat Sang pemimpin bertanya pada kelompoknya. Semua orang menghentikan aktifitas mereka dan menganggukkan kepalanya penuh semangat. Bima melirik Indira yang ada di belakang Sari sambil memeluk erat ranselnya. "Bagus. Jika sudah siap semua. maka aku ingin para pria berjalan di samping kiri dan kananku ! sedangkan para wanita berjalan di belakangnya ! Kita harus bisa bersama. Kesampingkan dulu urusan pribadi kalian ! baru setelah keluar dari sini, kalian bebas ingin melakukan apapun juga aku tidak akan pernah melarang kalian." Ultimatum Charles yang mengetahui betul kemana arah tatapan Bima saat ini. Charles bahkan sengaja tidak mengijinkan kontak fisik antara mereka berdua. Dia khawatir dengan Indira apalagi tadi Bima sempat terdengar berteriak histeris menyebutkan namanya begitu Indira tidak pergi menuruti permintaannya pagi tadi. "Mari ! Kita bisa memulai perjalanannya dari sekarang !" Seiring dengan keluarnya ucapan yang di keluarkan dari Charles. Maka sejak saat itulah kaki mereka berjalan. menjajaki setiap tanjakan dan lembah hutan yang semakin kesini semakin rimbun. "Kita harus mempercepat perjalanan kita ! Pasang telinga dan mata dengan baik ! siapa yang tahu jika di hutang ini terdapat hewan buas atau sesuatu yang lain yang dapat mencelakai nyawa kita." Tutur Charles sambil menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kiri. Dia menatap sekeliling hutan yang semakin terlihat rindang. Seperti kemarin. Charles memilih untuk mengikuti aliran air daripada mengikuti jejak jalan yang tidak jelas arahnya. "Aku akan naik terlebih dahulu. Bima kau awasi di sebelah situ ! Lihat apakah di sana ada sesuatu yang dapat kita jadikan petunjuk atau tidak ?" Tuturnya menunjuk tanjakan yang ada di sebelah kanannya. sedangkan Charles sudah naik di sebelah kiri dan melihat ke arah sekeliling yang ada di bawahnya. "Sepertinya mata air yang di sebelah ini mengarah pada air terjun. aku dapat melihat sebuah air terjun samar-samar dari atas sini. Ya tingginya sih tidak terlalu seberapa. Hanya saja jika air ini mengarah pada air terjun bukankan itu artinya buntu ?" Tanya Bima bersikap profesional dan menjelaskan apa saja yang di temukan olehnya di atas sana. Cloe yang ikut naik dan menyaksikan sendiri apa yang di bilang Bima menganggukkan kepalanya dan membenarkan perkataan yang keluar dari mulutnya. "Benar tuan. Yang di katakan tuan Bima memang benar. Saya juga berfikir sebaiknya kita tidak melewati jalan itu." Lanjut Cloe yang di balas anggukan oleh Charles. Charles memastikan terlebih dahulu pandangannya. Di depannya memang hanya ada aliran sungai yang ujungnya belum Charles ketahui akan mengarah kemana. "Kalian benar. Dan jika aku perhatikan aliran sungai ini mengarah pada dataran yang lebih rendah. Mungkin saja jika kita mengikuti aliran sungai ini kita dapat menemukan rumah penduduk atau sesuatu yang lain yang dapat mengarahkan kita pada kehidupan." Tuturnya sambil mengulurkan tangannya merasa yakin dengan pilihan mereka. Charles menaikan satu persatu perempuan yang ada di bawah kakinya. Khusus untuk Indira dia menjitak kepala nya terlebih dahulu baru setelahnya dia menaikan dirinya. "Jangan melamun sembarangan ! kita semua sedang berada di hutan saat ini. Bagaimana jika ada sesuatu yang lewat dan merasukimu tiba-tiba ?" Bisik Charles membuat Indira memelototkan matanya seketika. Indria mencubit kencang otot perut Charles yang sudah berhasil menakut-nakuti dirinya. "Kau pikir aku anak kecil hah ? Aku tidak percaya bodoh." Desis Indira sambil mendelikan matanya ke arah Charles. Indira hanya bergidik ngeri, kemudian memepetkan tubuhnya pada Sari. "Ada apa ?" Tanya Sari saat Indira memepetkan tubuhnya pada dia. "Katanya ada setan di sini. Aku takut sari. bagaimana kalau mereka merasuki kita tiba-tiba dan membawa kita jauh dari sini ?" Bisik nya membuat Sari tertawa sambil menoyor gemas dahi mulus Indira. Sari tersenyum, dia menggelengkan kepalanya frustasi kemudian menatap Cloe dan juga Charles yang ikut menggelengkan kepalanya juga melihat tingkah konyol indira. "Bukannya tadi kau bilang tidak takut ?" Toyor Charles, ikut menoyor dahi mulus Indira. Charles terkekeh kecil kemudian melanjutkan kembali perjalanannya. Berdiri di barisan paling depan dan menjadi satu-satunya pemandu jalan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN