Perasaan sesak (18+)

1265 Kata
Bima terus saja membayangkan lekukan tubuh Indira yang di lihatnya tadi. Sudah hatinya panas karena melihat Indira tertidur pulas di pelukan Charles pagi tadi. Sekarang dia malah harus melihat Indira bertelanjang bulat di depannya dan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang memang sudah lama Bima gilai. "Sialan" Tutur Bima mencipratkan genangan air yang ada di atas dermaga. Dia memandang Resti yang masih menatap sayu menunggu permainan selanjutnya. Jika bukan karena dia cemburu dengan perilaku Indira dengan pemimpin rombongannya pagi tadi, mungkin Bima juga tidak akan berakhir di tempat ini. Dia sudah sangat lama sekali tidak menjamah Resti. Sejak Bima memergoki aksi perselingkuhan istrinya itu dengan karyawannya sendiri maka sejak itulah Bima berhenti mencumbu Resti dan beralih hati pada Indira. Resti pun menatap Bima yang tiba-tiba menghentikan kegiatan panas mereka. "Kenapa ? ada apa ? Kenapa berhenti sayang ? Ayolah kita sudah hampir berada di puncak. Tunggu apa lagi ? Ayo Teruskan sayang ! Aku sudah tidak tahan." Goda Resti mencium binal d**a bidang suaminya. Resti mencoba menggerakkan kembali pinggulnya, ingin merayu Bima agar melanjutkan kembali percintaan panas mereka. "Sayang, Bima." Panggilnya dengan suara pelan, lebih tepatnya suara desahan. Bima pun yang terus menerus di goda oleh Resti lama-lama tidak kuat sendiri. Dia memejamkan matanya mencoba membayangkan jika yang berada di dalam pelukannya adalah Indira. Bima sangat mencintai Indira. Dia pun mendesah dengan sangat hebatnya, melebihi desahannya tadi. Resti pun merasakan hal yang sama. Melihat permainan suaminya yang semakin bringas dan brutal. Dia mencoba untuk semakin mendekatkan dirinya agar Bima semakin dalam masuk kedalam intinya. "Lebih dalam sayang ! Kau hebat." Puji Resti memberikan semangat agar Bima terus berpacu di dalam geloranya. Bima yang memang sejak tadi membayangkan Indira yang di setubuhi olehnya hanya menggumamkan nama itu di dalam hatinya. "Ya. Sayang Faster ! Kau sangat cantik sayang." Puji Bima mendaratkan ciuman lembut di bibir istrinya. Resti yang baru pertama kali ini di perlakukan sebaik itu oleh suaminya, Menjadi terharu dan semakin menggebu memperebutkan puncak gelora di masing-masing dirinya. "Aku mencintaimu Bima." Tuturnya melumat habis bibir tebal suaminya. Bima juga membalas ungkapan cintanya namun bukan untuk Resti ungkapan cinta tersebut Bima berikan. Bima mengungkapkan perasaan cintanya itu untuk kekasih gelapnya Indira. Wanita yang selama ini mengisi penuh relung batinnya. Wanita yang memiliki akses penuh dalam dirinya. Apapun yang Indira lakukan, Apapun yang Indira inginkan, Maka semua itu tidak akan lepas dari pengamatan dirinya sebagai kekasihnya. "Sangat Indira. Aku sangat mencintaimu. Jadilah milikku selamanya." Tuturnya hanya bisa menggumamkan kata itu di dalam hatinya. Keduanya terjebak sangat lama di dalam dermaga. Bima yang tidak bisa sebentar saja menghilangkan bayangan Indira dari pelupuk matanya terus meminta Resti untuk melayani napsu birahinya. "Lagi sayang ! Aku belum puas." Tutur Bima kembali menginginkan lagi penyatuannya. Resti yang memang sama begitu menggilai permainan panas mereka tentu saja menyambut baik ajakan Bima, Mereka b******a hingga berjam-jam lamanya. Sampai tubuh keduanya baru merasakan hawa dingin dari air dermaga. Barulah Bima berhenti dan menatap Resti yang mulai membiru akibat dinginnya air dan tebalnya kabut di daerah hutan tersebut. Mata Bima pun perlahan-lahan mulai sadar, jika selama ini yang ada di depannya adalah Resti, bukannya wanita pujaan hatinya Indira. Tangannya bahkan sudah meremas kasar pundak istrinya saking kecewanya Bima dengan khayalan liarnya. "Ternyata benar kau." Linglung Bima saat membuka matanya melihat jelas rona wajah Resti yang masih terengah dengan mata sayu dan napas tersenggal nya. "Aku pikir," Kelima jemarinya mengusak kasar surai hitam di rambutnya. Resti menatap Bima bingung. Memicingkan matanya mendengar gumaman suaminya itu. "Aku pikir apa sayang ? apa kau menginginkannya lagi ? aku juga ingin, Tapi sayangnya kita harus segera pergi." "Kita sudah terlalu lama b******u di sini. takutnya jika kita kembali melakukannya lagi, mereka malah akan curiga dan menemui kita di sini." Tutur Resti membelai lembut pipi Suaminya. Namun hal itu malah semakin membuat Bima menjauhkan dirinya dari Resti. Bima meremas kasar rambutnya sekali lagi. Dia menatap kembali sekelilingnya yang sudah mulai sepi. Jika tadi Indira mandi di sana ? Itu berarti dia melihat aksi persetubuhannya dengan Resti ?. "Sial." Umpat Bima kembali mencipratkan air tersebut bahkan sampai mengenai Resti. Bima yang kalut segera berenang ke arah tepi. Dia meninggalkan Resti dan membasuh kembali badannya dengan air bersih baru setelah itu Bima naik keatas dan memakai bajunya kembali. "Aku harus pergi Resti. Kau segera lah pakai bajumu setelah ini !" Tutur Bima sebelum benar-benar melangkahkan kakinya pergi. Dia menemui Indira tanpa sedikitpun menolehkan wajahnya pada Resti. Lagi dan lagi pemandangan yang tidak di inginkan Bima. Dimana di depannya perempuan itu ternyata sedang berdebat sengit dengan lawan bicaranya. Tangan Charles bahkan terlihat menjewer pelan telinga Indira dengan bibir gemas menahan kesal. "Indira" Panggil Bima dengan suara lantangnya. Jelas sekali nada tidak suka di wajah pria tersebut. Charles dan Indira pun menolehkan kepalanya menatap Bima. Dia juga menurunkan jeweran di telinga Indira. Begitu melihat wajah Bima yang merah padam seperti menahan marah pada dia dan juga Indira. "Ada yang ingin aku bicarakan. Tolong kau ikut aku sebentar !" Pintanya segera beranjak dan pergi. Bima sengaja melakukan hal itu, Dia tahu karakter Indira yang sejak dulu tidak pernah bisa menolak perintahnya. Indira pun menolehkan wajahnya menatap Sari bermaksud ingin bertanya pendapatnya. Sari menggelengkan kepalanya. Dan Indira pun mengangguki perintahnya. "Aku memang sudah memutuskan untuk melepaskannya. Terlebih setelah kejadian panas tadi. aku semakin yakin jika aku tidak boleh menjadi duri diantara rumah tangga mereka." Tutur Indira dalam hatinya. Alih-alih mengikuti perintah selingkuhannya. Indira malah melanjutkan kembali kegiatan berdebatnya dengan Charles tadi dan balas menjewer telinganya kali ini. "Apa ? Aku bilang aku akan makan ini terus kau mau apa ?" Tantangnya sembari menjewer telinga Charles dengan setengah berdiri. Indira memasukan roti yang dia temukan tempo hari di dalam pesawat. Charles tentu saja melotot, Tidak suka saat Indira memasukan makanan tersebut kedalam mulutnya. "Muntah kan !" Teriaknya dengan murka. "Makanan itu sudah bercampur dengan bangkai. Kau tidak boleh memakan itu Indira. Muntah kan !" Sambil menepuk keras pundak bagian belakang sang wanita. Indira yang di bungkukkan secara paksa serta di pukul keras di bagian pundak belakangnya langsung terbatuk dengan cukup kerasnya. Dia kesulitan untuk menelan habis makanan di mulutnya. "Charles. Uhuk, Uhuk." Protes Indira sudah berhasil memuntahkan roti yang ada di tenggorokannya. Charles yang puas langsung mengambil air kelapa sisa miliknya kemudian meminumkannya pada Indira. "Minum !" Teriaknya lagi menyodorkan paksa botol minum tersebut di bibir Indira. Indira yang seperti anak kecil yang sedang di paksa minum oleh ayahnya, mau tidak mau meminum habis air kelapa yang di sodorkan Charles tersebut. "Awas kalau kau berani memakan barang-barang ini lagi !" Ancamnya menumpahkan seluruh isi yang ada di kantong ransel Indira. Ternyata gadis jorok itu membawa banyak makanan sisa kecelakaan di dalam tasnya. Charles pun membuang seluruh makanan tersebut dan memasukannya ke dalam sisa api unggun yang ada di depan mereka. Dia memastikan tidak ada makanan sisa kecelakaan di kantong Indira. Setelah semua isi di kantong Indira kosong, Barulah Charles memasukan beberapa buah hasil petiknya kedalam sana untuk menggantikan bahan makanan Indira yang saat ini sudah dia bakar di depan sana. "Makan ini ! Aku sudah mengisi ransel mu dengan penuh, Jangan makan apapun lagi selain makanan yang aku berikan tadi !" Tuturnya menjitak kepala Indira dengan kesalnya. Sari dan juga Cloe yang memperhatikan pertengkaran kecil mereka hanya menggelengkan kepalanya tidak berdaya. Mereka sudah sering menyaksikan semua ini meskipun kadang terselip iri di hati sari karena Indira bisa sedekat itu dengan Charles. Namun mau bagaimanapun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Charles yang memang sejak awal sudah menemukan Indira terlebih dahulu sebelum dirinya, maka wajar saja jika kali ini dia begitu menjaga wanita itu mengingat bagaimana selama ini perjuangan Charles yang mempertahankan hidup Indira meskipun mereka tidak saling mengenal sebelumnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN