Hati yang melunak

1218 Kata
5 hari kemudian, Seperti yang Charles duga. Bima sudah mempunyai istri dan tidak lagi sendiri. Istrinya sekarang bahkan sudah sadar dan berkumpul bersama Bima dan juga kedua orang lainnya yaitu Sari teman satu kantor Indira dan juga Cloe. Cloe sudah sadar sejak 3 hari kemarin. Tinggal tersisa Indira. Perempuan tersebut masih saja betah dengan alamnya sendiri. Indira seolah-olah tidak ingin bangun dan tetap betah untuk memejamkan mata indahnya. Dia hanya terlihat sesekali bergerak, itupun saat Charles memeluknya saat dia tidur. Saat matahari berada di atas kepala. Charles baru pulang dari kegiatan memancingnya. Seperti biasa. Hal pertama yang akan dia lakukan adalah mendekati Indira. Charles mengecek kondisi tubuh Indira yang sudah lebih baik dari hari sebelumnya. membersihkan sedikit debu yang mengenai wajahnya. Barulah Charles memangku Indira dan meminumkannya air kelapa. Indira terlihat tidak merespon seperti biasa. Charles juga tidak yakin, air yang selama ini dia berikan akan masuk atau tidak pada tenggorokannya ? Yang Charles harapkan hanyalah perempuan tersebut dapat segera bangun. Dia ingin Indira bangun dan membawa gadis tersebut keluar dari pantai ini bersama. Seorang wanita berperawakan mungil menghampiri Charles sambil membawa kain dan kotak obat di kedua tangannya. Dia adalah Sari, Orang yang paling Charles percayai untuk menjaga Indira selama dia tidak ada. Sari tersenyum mengangguk begitu dia sampai di depan Charles. "Tuan Charles mohon maaf. Saya ingin membersihkan luka di kening Indira. Bisakah anda membaringkannya di atas sana ?" Sopan. Sari selalu bertutur kata sopan itulah mengapa Charles menyukai dirinya dan mempercayakan Indira pada dia. Sari pun terlihat menunjuk kearah pasir bersih yang ada di samping tempat duduknya. Charles yang melihat sari membawa peralatan kotak obat, hanya mengerutkan keningnya bingung sebelum menuruti permintaan sari. "Kau dapat kotak obat itu dari mana sari ? Bukankah di sekitar sini tidak ada toko obat ? Jangankan toko obat, orang yang selain kita saja tidak pernah aku temui selama aku tinggal di sini." Tanya Charles bingung, Charles terus menatap Sari dan kotak obat yang ada ditangannya secara bergantian. Sementara Sari tanpa canggung sudah duduk lesehan di samping Charles. Bibirnya terlihat tersenyum sebelum Sari menjawab pertanyaan orang di sampingnya. "Iya tuan. Memang tidak ada orang lain lagi selain kita berlima di sini." Indira tidak dia hitung. Karena menurut Sari perempuan tersebut belum sadar dan sedikitpun belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan. "Saya mendapatkan ini dari sana." Tunjuk Sari lagi, tepat pada sebuah bangkai pesawat yang letaknya tidak terlalu jauh dari mereka. Charles pun semakin mengerutkan keningnya tidak suka. Dia memang tidak pernah mengunjungi lagi tempat tersebut karena banyaknya mayat yang bergelantungan dan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap ketika dia baru saja memasuki pintu pesawatnya. "Kau masuk ke sana lagi ? bukankah aku sudah melarang mu tempo hari." Tanya Charles yang memang tidak suka melihat Sari membawa sesuatu yang ada hubungannya dengan pesawat. Sari menganggukkan kepalanya sembari menuangkan larutan Iodine ke atas kapas. "Maafkan saya Tuan, Saya tidak memiliki pilihan lain lagi soalnya." Tutur Sari yang membuat Charles tidak suka mendengar jawaban berupa keputusasaan dari bibirnya. Charles menatap Sari dan melanjutkan kembali ucapannya. "Tidak ada yang namanya tidak ada pilihan sari. Semua orang mempunyai pilihan jika mereka memang mau berusaha." Tutur Charles memandang lekat wajah Sari. Seketika itu Sari langsung meneguk ludahnya kasar ketika Charles memandangnya dengan pandangan yang lekat. "Kedepannya aku ingin kau lebih berhati-hati lagi ! Lain kali jangan berikan apapun yang datangnya dari dalam sana ! aku takut hawa buruk mereka malah nantinya akan mempengaruhi kesehatan Indira." Tutur Charles memegang tangan sari sebelum menyentuh luka di tubuh Indira. Sari yang merasa tubuhnya di pegang seketika oleh Charles mendadak gugup dan salah tingkah sendiri. "Oh. Maaf. Maafkan aku sari. Aku hanya refleks tadi. Silahkan di lanjutkan kembali ! Aku akan menyimpan Indira di atas pasir agar kau dapat lebih leluasa untuk mengobati dia." Tutur Charles secepatnya sadar dari gerakan canggungnya. Sari yang tadinya gugup. hanya mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya dalam tidak ingin menatap ke arah Charles. "Baik tuan. Sementara saya membersihkan luka di tubuh Indira. Mungkin Tuan bisa membersihkan hasil tangkapan tuan jika mau ! Saya akan menyusul anda nanti jika saya sudah selesai di sini." Tutur Sari masih enggan mengangkat dagunya sendiri. Charles yang merasa bingung dengan sikap dan perkataan sari pun mengangguk mengerti dan segera pergi untuk membersihkan hasil tangkapannya. "Baiklah, aku pergi sari. Jika ada apa-apa ? segera panggil aku atau Cloe ! Di berdiri tidak jauh di seberang sana." Tunjuk Charles pada asistennya Cloe. Cloe di sana terlihat sedang mengobrak-abrik isi pesawat, Mungkin dia sedang mencari sesuatu seperti barang penting yang mungkin dapat mereka gunakan nanti. Sekali lagi Sari pun hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Dia beralih menatap Indira yang sudah tidur terlentang di hadapannya. Sari mulai membersihkan luka Indira. Dan Charles segara pergi untuk meninggalkan mereka. Charles mencuci semua hasil tangkapannya dengan air laut. dia membedah semua kotoran yang ada di dalamnya. Dari arah jarak satu meter terlihat Bima yang juga membawa 3 ekor ikan dan juga kelapa di masing-masing tangannya. Dia berjalan bersama Resti istri sahnya. Bima tersenyum licik sementara Charles terkekeh sinis menatap senyum culas di bibirnya. "Lihat Charles ! Aku mendapatkan ikan lebih banyak darimu hari ini." "Aku juga mendapatkan buah. Istriku tadi tidak sengaja menemukan hutan dimana banyak terdapat buah-buahan segar di sana." Bima yang sombong menceritakan pengalamannya pada Charles sementara Resti yang berdiri tidak jauh darinya hanya mengangguk sopan menatap segan kearahnya. "Benar Tuan. Kita bisa memakannya bersama nanti. Apakah anda butuh bantuan ? Saya mungkin bisa membersihkan ikan itu jika tuan mau ?" Tutur Resti lagi. Baru saja satu langkah kaki Resti bergerak menghampiri Charles namun laki-laki tersebut sudah menolak itikat baik Resti karena sudah ada Sari yang datang menghampiri dirinya. "Ah. Sepertinya sudah ada sari yang datang kemari. Tidak perlu repot-repot nyonya Resti, biar Sari saja yang membantu saya membersihkan semua tangkapan saya hari ini. Nyonya Resti juga pasti lelah sudah seharian mencari buah hari ini bukan ? Bagaimana jika nyonya istirahat saja sebentar ! Sekalian saya juga ingin menitipkan Indira selama saya ada di sini. Jika ada apa-apa dengan dia sementara saya pergi ? Tolong teriak saja dengan kencang ! nanti saya pasti datang setelah mendengar teriakan nyonya Resti." Tutur Charles menolehkan wajahnya pada Resti. Resti yang melihat sikap sopan Charles saat meminta tolong padanya. Terpaksa mengangguk mengerti. Dia pamit undur diri dan segera menghampiri Indira yang ada di seberang sana. Dia melihat kembali wajah pucat pasi Indira. Wajah yang selalu saja membuat hatinya panas luar biasa. Kini terbaring lemah di sisinya. Satu uluran tangan pun Resti ulurkan ke wajah sang wanita. Dia mengusap lembut wajahnya. Pantas saja Bima waktu itu begitu tergila-gila padanya. Wajah Indira begitu cantik meskipun tanpa polesan make up sedikitpun di wajahnya. Mendadak hati Resti pun terenyuh melihat wajah polos Indira. Dia mengingat kembali perlakuannya dulu pada Indira. Gadis itu bahkan selalu diam saja saat Resti dengan terang-terangan menjahati dirinya. Dengan meng-atas namakan jabatannya sebagai wakil direktur di kantor suaminya. Tak jarang Resti sering berbuat usil, mengerjai Indira meskipun perempuan tersebut hanya diam saja. Menerima apapun perlakuan Resti tanpa Sedikitpun mengadu pada Suaminya. Kadang Resti juga sering melihat Bima bertengkar dan memarahi Indira. Dulu dia sangat senang ketika melihat semuanya, Namun entah kenapa hari ini hatinya tiba-tiba bersikap sebaliknya. Resti yang biasanya keras dan selalu menyimpan dendam pada Indira mendadak merasakan prihatin pada wanita itu. Dia tiba-tiba bersikap lunak pada hatinya. Melihat Indira yang terbaring lemas di sampingnya hati kecil Resti jadi tidak tega.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN