Teman di kala sulit

1102 Kata
Esok paginya, Semua orang sudah berkumpul mengelilingi Indira. Saat gadis itu sudah terlihat sadar dan membuka lebar matanya. Semua orang termasuk Bima berbondong-bondong menghampiri dirinya dan menanyakan keadaannya. Ada raut bahagia di wajah Bima ketika melihat Indira siuman meskipun bukan di dalam dekapan dadanya. Dia melihat ke arah Resti. Resti yang memang masih kesal dan juga risih melihat raut bahagia yang terpancar jelas di wajah suaminya, langsung saja mengurungkan niatnya dan segera pergi. Dan Indira pun menyaksikan kepergian Resti. Ada sedikit perasaan bersalah saat dia melihat Resti pergi. Indira bahkan sempat memanggil segan nama majikan sekaligus istri sang selingkuhannya. Namun Resti tetap saja berlalu dan tidak menghiraukan panggilan Indira. Indira pun sadar betul mengapa sikap Resti seperti itu. Dia mencoba menolehkan wajahnya pada Bima. Pria itu tetap saja tidak peka meskipun Indira mencoba menjauhi dirinya. "Maaf Tuan Bima. Biar saya sendiri saja. Tuan silahkan jika ingin menyusul nyonya Resti." Suaranya tenang namun cukup tegas di telinga siapapun yang mendengarnya. Charles yang berada di seberangnya pun bahkan sampai menolehkan kepalanya sebelum beranjak pergi. Dia memandang sebentar ke arah Indira dan juga Bima. Ada sedikit perasaan janggal memang jika Charles memperhatikan hubungan keduanya. Sedangkan Bima yang sudah di tolak halus oleh Indira, Malah mengerutkan keningnya tidak suka mendengar penolak Indira terhadapnya. "Apa maksudmu dengan menyuruhku menyusul Resti ? Apa kau tidak senang saat aku berada di sini ?" Tanya Bima bahkan mulai berani untuk menyentuh tangan selingkuhannya. Indira yang merasa tidak enak pun langsung menepis uluran tangan tersebut meskipun dengan segan. "Tidak bukan seperti itu tuan. Saya hanya tidak enak saja melihat nyonya Resti pergi seperti itu. Maafkan saya namun sejak saya tidak siuman beberapa hari ini. Banyak hal yang saya renungkan tentang kehidupan kita selama ini." "Meskipun kita memang selama ini tidak pernah melewati batasan. Namun saya pikir saya tidak pantas jika harus menjalin hubungan dengan anda di belakang nyonya Resti. Saya ingin kita berjalan seperti layaknya atasan dan bawahan normal pada umumnya. Saya tidak ingin terus-terusan menjadi orang ketiga." "Sekarang saya juga sudah tidak takut lagi di celakai atau di gunjing oleh orang. Mumpung saya masih di berikan kesempatan untuk hidup kedua kali, saya ingin memperbaiki hidup saya dan," "Cukup Indira, tolong jangan di teruskan lagi ! Aku tahu apa yang ingin kau katakan setelah ini. Mungkin kau hanya sedang sedikit terbawa perasaan setelah kau selamat dari kecelakaan maut yang menimpa kita semua di sini." "Aku juga tidak ingin membebani mu dengan banyaknya pikiran-pikiran aneh di kepalamu." "Sebaiknya kau istirahat Terlebih dahulu ! Charles bilang setelah ini kita akan menyusuri hutan yang ada di seberang sana. Kau sebaiknya istirahat dan jangan ucapkan hal seperti itu lagi !" Belum sempat Indira menyelesaikan ucapannya seperti biasa Bima sudah lebih dulu memotong ucapannya. Pria itu bahkan segera berbalik. Bima pergi meskipun Indira sudah memanggilnya beberapa kali. "Sudahlah Indira, Biarkan saja tuan Bima pergi ! mungkin dia memang membutuhkan waktu untuk menerima semua ini." "Yang kau lakukan memang sudahlah yang paling benar. Aku pun mengetahui hubungan mu dengan tuan Bima selama ini. Meskipun aku sempat ragu dengan hubungan yang kalian jalani itu seperti apa ? Namun satu yang aku lihat, Kau sebenarnya bukanlah perempuan yang seperti itu." "Kau sebenarnya perempuan yang baik Indira. Kau hanya terlalu lemah dan terlalu penakut selama ini. Jika kau ingin sedikit saja bersikap tegas pada Tuan Bima dan berani untuk menolaknya secara terang-terangan, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi." "Mumpung kita di sini, mumpung keluarga dan Antek-anteknya Nyonya Resti juga tidak ada di sini, Sebaiknya kau pergunakan dengan baik kesempatan ini ! Segera perbaiki hubungan buruk mu dengan nyonya Resti ! Jauhi Tuan Bima dan bicaralah secara jujur pada Istrinya ! Jika kau sudah berkata jujur pada istrinya maka kau tidak perlu khawatir lagi ! Biarkan nyonya Resti yang mengurus suaminya. Kau hanya perlu menghindarinya saja !" Tutur Sari mencoba memberi wejangan pada temannya. Sari sebenarnya adalah orang yang cukup tahu mengenai hubungan buruk mereka bertiga. Awal mula hubungan mereka yang berawal dari kesalahpahaman semata, Hingga Bima yang akhirnya memanfaatkan ketakutan Indira dan berkedok sebagi pahlawan untuk melindungi dirinya dari gangguan keluarga dan istri sahnya akhirnya menawarkan diri untuk menjadi selingkuhannya. Memang tidak banyak yang terjadi diantara mereka selama ini. Selain Indira yang sesekali di peluk oleh Bima ketika mereka berdua sedang pergi, selain itu tidak pernah ada lagi kontak fisik lainnya yang Bima lakukan pada Indria. Karena Indira memang selalu menolak sentuhan darinya. Pernah suatu ketika Bima ingin menciumnya pun Indira sampai mendorong kasar pria tersebut membuat Bima marah dan membentak kasar dirinya. Semua itu pun tidak sekalipun luput dari pengawasan Sari. Sari seolah-olah menjadi saksi hidup, bagaiman Bima dan Indira bertengkar setiap saatnya. Namun yang membuat Sari heran ialah meskipun Indira sudah terang-terangan menolak sentuhannya, Meskipun Indira yang memang tidak jarang selalu berdebat dengannya entah kenapa Bima malah justru semakin ingin mempertahankan dirinya. Dulu pun Sari sudah beberapa kali melihat Indira mengutarakan perasaannya untuk menjauh dari Bima. Namun karena Bima yang selalu saja mempunyai alasan untuk menolaknya, Di tambah gangguan dari keluarga Resti dan juga karyawan andalan lainnya yang dia sewa. Mungkin sebab itulah yang membuat Indira mau tidak mau mempertahankan hubungan terlarangnya dengan Bima. Indira pun mulai terlihat menarik napasnya mendengar ceramah dari Sari. "Bukannya aku tidak ingin sari. Kau juga sudah lihat sendiri bagaimana aku mengutarakan keinginanku pada Tuan Bima selama ini." "Seperti yang kau lihat tadi ?! Tuan Bima selalu mengatakan hal yang sama saat aku mengatakan kegelisahan ku. Tidak ada yang berubah, aku pun juga bingung bagaimana cara menyelesaikan semuanya." "Mungkin yang dapat aku lakukan sementara ini ialah dengan menjauhi tuan Bima dan juga kontak fisik dengan istrinya. Mudah-mudah dengan seperti itu tuan Bima juga akan mengakui perasaannya pelan-pelan pada Nyonya Resti dan melupakan cinta semu nya padaku." Tutur Indira menjawab pelan nasehat dari Sari. Sari yang juga tidak mempunyai jalan keluar lain dari permasalahan temannya hanya bisa menganggukkan kepalanya pasrah menatap lawan bicaranya. "Iya. Mungkin memang itu jalan yang terbaik untuk saat ini. Yang perlu kau lakukan saat ini hanyalah tetap konsisten dengan pendirian mu ! Jangan mau lagi di gertak oleh tuan Bima maupun istrinya ! Jauhi mereka ! Aku akan membantumu sebisaku." Tutur Sari mencoba memberi Motivasi pada teman satu Divisinya itu. Indira mengucapkan terima kasih, dan Sari pun balas memeluknya dengan hangat. "Kita ini berteman Indira, jangan pernah merasa sungkan." Tutur Sari yang langsung di balas senyum penuh syukur oleh lawan Bicaranya. Indira bersyukur setidaknya kali ini dia tidak lagi sendiri karena sudah ada Sari yang mau membantunya untuk keluar dari permasalahannya selama ini. "Terima kasih sari. Terima kasih banyak " Tutur Indira yang di balas anggukkan kembali oleh Sari. Keduanya kembali mengobrol sambil menunggu para rombongan lainnya mencari makanan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN