“Kondisinya normal cuman kamu jangan terlalu memaksakan diri untuk mendengarkan suara keras itu nantinya berpengaruh dengan sensor pendengaran kamu jangan sampai kamu nantinya tidak bisa mendengar apapun lagi” Ucap seorang dokter pada Altar setelah beberapa saat lalu Altar selesai memeriksa kondisinya.
“Terima kasih pak dokter saya pamit dulu” Ucap Altar berpamitan lalu dokter itu mempersilahkan.
Altar melangkah keparkiran sebelum meninggalkan area itu untuk menuju kerumahnya karena Altar tidak memiliki tujuan untuk pergi jalan-jalan padahal usia 18 tahun adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan masa remaja dengan baik tapi tetap saja meskipun ingin tapi Altar tidak bisa melakukannya.
Setibanya Altar dirumah nya ia melihat Kevin berdiri didepan rumah Altar seperti sengaja menunggu Altar pulang, motor Altar berhenti kemudian melepaskan helmnya “Loh Vin sejak kapan kamu sampai disini?” Tanya Altar begitu dia turun dari kendaraannya.
“Baru sekitar sepuluh menit yang lalu” Jawab Kevin.
Altar menyugar rambutnya “Ayo masuk rumah lagian kamu mau datang kenapa gak bilang-bilang” Altar mengajak Kevin masuk kerumahnya meminta Kevin duduk di sofa ruang tamu “Tumben Vin kamu datang oh ya kamu tau alamat rumahku dari mana?” Tanya Altar ikut duduk disofa satunya lagi.
Kevin melepaskan tas ranselnya kemudian mengeluarkan beberapa lembar kertas dari sana “Beberapa minggu lagi ada pekan olah raga kamu diminta guru untuk mewakili kelas sebagai panitia” Jawab Kevin memberikan kertas pada Altar.
“Aku gak bisa Vin maaf banget ya” tolak Altar dengan halus, Kevin menggeleng “Kalau kamu nolak kamu bisa bilang langsung sama wali kelas soalnya aku cuman menyampaikan amanah” jawab Kevin. Altar menerima kertas pemberian Kevin.
“Oh ya Al, kita ini kan hampir lulus SMA dan selama hampir tiga tahun ini juga kita sekelas terus tapi kenapa kamu sekalipun gak pernah ikut berbaur ketika sekolah mengadakan kegiatan. Rugi loh Al karena kita ini kan jadi anak SMA gak selamanya” kata Kevin, Altar menoleh melihat Kevin.
“Aku punya alasan yang gak bisa dijelaskan” jawab Altar “Tapi ini nanti biar aku yang urus langsung ke guru kalau aku gak bisa berpartisipasi dalam pekan olah raga” lanjut Altar.
Kevin memggaruk kepalanya “Oke deh suka-suka kamu aja tapi Al kamu beneran gak mau cerita apa masalahmu padahal kita teman loh siapa tau aku bisa bantu” tawa kevin.
Altar menggeleng sambil tersenyum karena ia tau meskipun Kevin ingin membantunya cowok itu juga tidak bisa melakukan apa-apa, Altar tidak bisa mengatakan pada siapapun mengenai penyakitnya selain kedua orang tuanya, Altar tidak ingin kekurangannya menjadi sesuatu yang akan menjatuhkannya.
Selain bersikap biasa Altar akan berusaha menolak apapun yang dapat mempengaruhi kesehatan dirinya bagaimanapun juga kesehatan tubuhnya yang paling utama.
“Terima kasih sudah berbaik hati mau datang kerumah tapi aku benar-benar gak bisa mungkin suatu saat kamu akan tau alasanku menolak untuk mengikuti apapun yang berhubungan dengan keramaian” jawab Altar dengan tenang.
“Baiklah kalau memang itu yang kamu pilih oh ya besok kalau pemilihan kelompok kamu milih aku ya” Sahut Kevin. Altar terkekeh geli “Nanti ada yang cemburu gimana?” balas Altar.
Kevin berdecih pelan “Kita kan gak pacaran ngapain mereka harus cemburu coba” ujar kevin, Altar mangguk-mangguk “Emang cemburu itu mesti sama orang pacaran? Kemarin aja Windy protes siapa tau yang lain ikutan protes”
“Halah abaikan saja mereka palingan mereka cuman pengen ambil kesempatan doang” Kevin ikut tertawa geli sambil memakai tasnya kembali “Kalau gitu aku pulang duluan ya ah iya mending sebelum ditolak kamu pikir-pikir dulu ya lumayan loh jadi panitia pekan olah raga bisa liat cewek-cewek seksi” Canda Kevin yang tentunya membuat kedua cowok itu tertawa lagi.
Altar membaca kertas yang kevin berikan setelah cowok tadi pamit pulang, seberapa pun inginnya Altar ikut dalam pekan olahraga dia tidak bisa melakukannya yang bisa Altar lakukan ialah menghindari segala macam bentuk keramaian.
____
Dilain itu tepatnya dikamar karin, cewek pemilik kamar yang penuh dengan poster itu berteriak melihat idolnya muncul dilayar laptop pada konser streaming yang digelar oleh grub boy BTS.
“V!” seru Karin girang sambil mengigit telinga bonekanya.
“Mah! Libur semester nanti Karin mau ke Korea lagi!” teriak Karin sembari tak mengalihkan matanya dari layar laptop untuk menatap ketujuh pria ganteng itu, Karin tak Sabar menunggu libur semester tiba sampai ia dibolehkan pergi kekorea untuk menemui bias nya.
“Ya ampun ya ampun ABS nya keliatan!” teriak Karin lagi sembari mengigit kuping bonekanya semakin erat dan mencengkeram kepala boneka yang tidak bersalah itu.
Kedua kaki Karin mencak-mencak gemas rasanya gadis itu ingin melopat kedalam layar biar bisa langsung bertemu para member BTS secara langsung tanpa harus melihat mereka dengan cara seperti ini lewat layar laptop.
Tapi sayangnya laptop bukanlah pintu ajaib doraemon yang bisa membawanya ke tempat manapun yang Karin inginkan. Sehingga yang Karin dapat lakukan hanya meneriaki para member itu lewat laptop yang pastinya tidak akan pernah didengar oleh ketujuh pria yang menjadi anggota BTS tersebut.
Pintu kamar Karin terbuka disusul sebuah bantal kecil melayang mengenai tepat dikepala Karin “Berisik banget sih Rin!” seru Kevin kesal.
“Kak Kevin jangan ganggu karin mending kakak keluar aja sana” Jawab Karin tak sekalipun menoleh kearah kevin meskipun sudah ditimpuk oleh bantal sofa.
Kevin hanya mampu menggelengkan kepalanya dengan adik yang ia punya itu, punya adik satu tapi ramenya kayak punya adik seratus. Kevin menyumpal telinganya dengan jari berharap tidak mendengar suara teriakan karin.
“Adik kamu kumat lagi Vin” kata Sandra mama Kevin dan Karin, wanita dua anak itu ikut duduk didekat putranya yang berbaring diatas sofa sambil memainkan ponsel.
“Tau itu mah salah minum obat apa sampe kayak gitu” jawab Kevin.
Sandra hanya menggeleng pelan melihat arah kamar Karin, tak lama si empunya kamar keluar berlari menuju lemari makanan dan mengeluarkan beberapa snack dari sana setelah itu berlari lagi kekamarnya dengan membawa bungkusan didekapannya.
Setelah itu terdengar suara teriakan karin lagi dan Sandra menghembuskan nafas pasrah dengan sifat salah satu anaknya. “Kamu ajarin adik kamu belajar sana jangan sampai adik kamu kebablasan jadi gila nanti” ucapnya pada Kevin.
“Udah mah Kevin udah coba bujuk Karin tapi tuh anak gak bisa dibilangin kalau pas ada streamingnya konser grub boy favoritnya. Jadi tiap kali Kevin ngomong sama Karin berasa kayak lagi ngomong sama tembok” Jawab Kevin nyerah.
“Mama takut adik kamu nanti gak bisa diobatin karena fangirl akut kayak gini atau kamu cariin pacar sana buat karin siapa tau adik kamu itu bisa berubah”
“Siapa yang mau sama cewek gila kayak gitu” Sahut Kevin spontan yang langsung dapat cubitan dari mama nya “Aw aw kenapa aku yang dicubit sih” protes kevin sembari bergerak duduk.
Mamanya menatap Kevin “Emang kamu gak kasian sama adik kamu kalau jadi gila? Sekarang aja denger tuh teriakan dari kamarnya kenceng banget gimana kalau tetangga sampe denger kan bikin malu Vin”
Kevin mengacak rambutnya frustasi “gini nih kalo punya adik gak ada akhlak” Gerutu Kevin lalu bergerak kearah kamar Karin tapi sialnya cewek itu menguncinya dari dalam. Kevin menendang pintu kamar Karin dari luar berharap cewek itu berhenti bikin ulah tapi peringatan Kevin sama sekali tidak berguna mendengar teriakan Karin semakin menggila dari dalam sana.
______
Bersambung....