Bab 22. Kesepian

1367 Kata
Matahari bersinar dari arah barat memantulkan cahaya kejinggaan tanda sebentar lagi hari akan gelap, Karin berdiri dibalkon yang menghadap ke kolam renang sembari menikmati secangkir coklat hangat memperhatikan Kevin sedang berenang di kolam. Karena sebentar lagi ada turnamen renang jadi kakaknya itu terlihat bersemangat untuk latihan padahal tugas lain yang sedang kevin kerjakan masih banyak hampir menumpuk untuk segera dibereskan. Berkat hobinya suka renang kevin memiliki tinggi badan jauh dari Karin membuat karin merasa iri dengan tinggi badan Kevin andai saja tinggi badan Kevin bisa dibagikan untuknya pasti Karin tidak mentok di angka 160cm. Kevin naik ketepian kolam hanya mengenakan celana renang sehingga memamerkan bentuk badan Kevin yang bisa dibilang adalah dambaan banyak pria. Kevin mendongak melihat keberadaan Karin sembari mengusap wajahnya dengan handuk. “Kak! Latihannya emang gak bisa akhir pekan aja ya!” seru Karin. “Kalau ada waktu kenapa enggak” Jawab kevin mengambil handuk lain untuk melingkari pinggangnya setelah itu Kevin berjalan pergi menuju kamarnya dengan memegang handuk kecil untuk mengusap rambut basahnya. Karin berbalik menghampiri kevin dimana kakaknya sudah memakai sebagian pakaiannya ketika Karin tiba dikamar kakaknya “Pacar Kak Kevin apa kabarnya” tanya Karin. kevin berbalik mendekati Karin tapi setelah dekat kevin hanya melewati Karin untuk mengambil jam tangannya diatas meja. “Ya gitu-gitu aja” jawab kevin. “Kak Kevin bosan sama dia?” Karin duduk ditepi tempat tidur Kevin disaat kakaknya itu memakai baju kaosnya dilapisi dengan jaket hitam berhodie putih terlihat sederhana tidak ada yang tau jika Kevin adalah anak orang kaya dengan gaya berpakaian yang selalu sederhana. “Kakak gak bosan kok kita masih sering ketemuan cuman saat kelas tiga ini kakak punya kesempatan sedikit untuk ketemuan jadi cuman kontekan pake hp doang” Kevin meraih ponsel dan dompetnya. “Sekarang kak kevin mau kemana oh ya kak mau sampai kapan kakak pura-pura jadi miskin untuk ketemuan sama pacar kakak?” Tanya Karin. Kevin menoleh “Sampai kakak memastikan sendiri apakah pacar kakak yang ini benar-benar tulus mencintai kakak atau hanya memanfaatkan kakak karena kita dari keluarga berada” kevin mengusap kepala karin. “Kamu kalau pacaran nanti harus hati-hati jaga diri dan jaga martabat keluarga karena mama dan papa tidak akan menerima orang dengan kriteria yang tidak sesuai seperti yang mereka inginkan” pesan Kevin. “Kakak mau keluar dulu sebentar kamu dirumah jangan lupa belajar nanti sekitar jam sembilan kakak baru pulang. Jangan jadi anak yang nakal” Kevin mengecup kening Karin sebelum keluar, Karin mengikut dibelakang sampai tiba didepan rumah. Kevin berbicara pada pak yadi “Pak kevin pinjam motor pak yadi ya” ucap Kevin. Pak yadi yang sedang membersihkan kaca mobil menoleh “Loh den bukannya motor aden gak kenapa-napa?” jawab pak yadi. Kevin tertawa pelan “Kalau pak Yadi mau pake motor kevin gak papa kok yang penting kevin pinjam motor pak yadi ya” ucap kevin meminta ijin, pak yadi mengeluarkan kunci motornya dan diberikan untuk kevin. “Hati-hati ya den soalnya motor pak yadi sudah tua sering mogok juga, aden sih ada-ada saja punya motor bagus malah pinjam motor pak yadi yang jelek” Pak Yadi terkekeh pelan. “Motor pak yadi gak jadi jelek kok kalau yang make kevin” jawab kevin ikut tertawa sambil memutar motor tua milik pak yadi. “Hati-hati den” pesan pak yadi khawatir, kevin memakai helm milik pak yadi dimana stiker dan catnya sudah mengelupas sebelum cowok tinggi itu pergi. Pak yadi menggelengkan kepalanya ia tak pernah bisa menduga apa yang nona dan tuan mudanya lakukan tapi melihat kedua anak itu senang membuat pak yadi ikut senang, baginya Kevin dan karin sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Pak yadi menoleh “HAH!” pekiknya karena terkejut tiba-tiba Karin sudah berdiri tanpa pak yadi sadari. Karin menoleh “Kak kevin mau kemana sih pak kok malah minjem motor pak yadi kayak gak punya motor aja” ucap karin. “Gak tau non, aden gak bilang mau kemana soalnya” jawab pak yadi apa adanya. Karin menghela nafas sembari menyilangkan tangan didepan perut “Aku penasaran kemana perginya kak kevin” gumam Karin, ia menoleh kearah pak Yadi “Karin masuk duluan ya pak” pamitnya. “Iya non silahkan” Karin mengambil beberapa buku untuk belajar seperti apa yang kevin pesankan tadi sebelum bik Inah memanggil “Non, makan malam sudah siap” katanya. Kari meletakkan kembali alat tulisnya “Iya Bik” jawab karin menghampiri. Kini Karin duduk kursi meja makan ditemani makanan kesukaannya tapi Karin hanya menikmati makan malamnya sendirian, ayahnya ada kalimantan dan ibunya sedang berada dijakarta yang pulang seminggu dua kali. Meja yang cukup panjang dengan beberapa kursi terasa hambar bagi karin ia ingin lebih sering keluarganya berkumpul dan menikmati makan malam bersama. Karin memaksakan seulas senyum memunculkan imajinasinya seakan akan ia melihat kursi yang kosong itu di duduki oleh ketujuh member BTS. Hal itu Karin lakukan agar ia tidak merasa kesepian alhasil dia memanfaatkan imajinasinya untuk membuatnya merasa bahagia. Karin menuangkan makanan kepiringnya dan menyantap makanan itu dengan nyaman karena ditemani oleh ketujuh pria tampan meskipun itu hanya ilusi yang sengaja Karin ciptakan sendiri. Selesai makan malam karin kembali kekamar dan belajar sesuai kemampuannya sampai akhirnya menyudahi pembelajaran itu untuk bermain ponsel membalas chat teman-teman bucinnya digrup fangirl. Dalam sekejap karin larut dalam keseriusan membalas chat dari grup apa lagi ada yang sudah berada dikorea untuk liburan bukti yang dikirim adalah sebuah foto jalanan yang ada di Gangnam dan seorang cewek berpose melompat. “Ih enaknya sudah sampai ke korea nah aku masih nunggu sebulan lagi sampai akhir semester baru bisa liburan” gumam karin jadi semakin tidak sabar untuk pergi ke korea. Karin meletakan ponsel disampingnya melihat poster besar kim taehyung yang sedang bepose sexy yang selalu berhasil membuat karin tersenyum sumringah. “Emang ya semangat terbaik fangirl itu adalah biasnya” ucap karin. Karin menutup matanya ketika dirasa mulai berat sampai akhirnya terlelap dalam tidur yang biasanya dia baru akan tidur saat larut malam ketika selesai menonton Drama. Karin tersentak dari tidurnya saat dua jam ia menutup mata, keringat membasahi kening Karin, karin tidak ingat jelas apa yang baru saja ia impikan yang jelas sekarang ia butuh air putih untuk menormalkan keterkejutan dari mimpi buruk yang masuk dalam alam bawah sadarnya, untungnya persediaan air minum ada dikamarnya sehingga tak perlu susah payah turun ke dapur untuk mengambil. Helaan nafas lega setelah meminum air putih namun sekarang Karin terjaga dia tidak bisa tidur lagi setelah tebangun seperti tadi. Jam digital dimejanya menunjukkan pukul 11 lewat 15 menit. Karin mengusap rambutnya yang dibasahi oleh keringat sembari menunduk dan wajahnya terlihat tidak sedang baik-baik saja. Karin menoleh ketika pintu terbuka melihat kevin yang ingin memastikannya sudah tidur namun malah melihat karin dengan wajah kacau seperti itu. “Ada apa Rin?” Kevin mendekat lalu duduk didepan Karin. Karin memeluk Kevin erat ketika sekilas bayangan buruk yang masuk dalam mimpinya teringat “Karin habis mimpi buruk kak, karin takut” ucap karin menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Kevin. Tangan Kevin mengusap rambut karin “Udah gak papa Kakak disini kok kamu istirahat lagi ya” katanya menenangkan. “Kakak gak akan pergi ninggalin karin kan?” ucap Karin mendongak menatap wajah kevin. Kevin mengangguk “Iya kakak janji gak bakalan ninggalin kamu sekarang kamu istirahat lagi ya, besok harus bangun pagi buat pergi kesekolah lagi” jawab kevin. Karin berbaring lagi, kevin membantu menarik selimut untuk menyelimuti karin agar tidak kedinginan. “Apa papa akan pulang bulan ini?” tanya Karin. “Kakak gak tau tapi kamu gak usah pikirkan hal itu biar kakak yang telfon papa besok kalau kamu memang kangen” katanya, Karin mengangguk setuju sebelum matanya mulai kembali terasa berat dan akhirnya ia pun tertidur. Kevin sendiri memejamkan matanya sebentar, kedua orang tuanya memang sudah tidak bersama, mereka memilih jalan masing-masing untuk kehidupan mereka dan sampai saat ini Kevin belum bisa menceritakan hal itu pada Karin bahkan ketika ayah mereka sudah menikah dengan wanita lain. Yang Karin tau kedua orang tuanya masih baik-baik saja dengan hubungan tanpa masalah tapi tidak ada hidup tanpa masalah. Sekarang ini Kevin hanya bisa berusaha menggantikan sosok ayah yang jarang Karin terima sejak kecil. Tangan Kevin mengusap rambut karin dengan sayang, Kevin tidak akan membiarkan sesuatu melukai adiknya termasuk mengetahui jika ayah mereka sudah menikah lagi hal itu nanti akan membuat Karin tersakiti. Tanpa sadar air mata Kevin hampir menetes namun segera diusap oleh kevin, Orang tua mereka sudah tidak lagi bersama sejak usia Karin baru 7 tahun tapi sampai sekarang karin tidak tau akan hal itu. Kevin berdiri “Kamu masih punya kakak yang bisa kamu andalkan Rin” gumamnya sebelum keluar dari kamar Karin. _____ Bersambung... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN