Bab 6: Bukan Meminta Izin

1034 Kata
Di sore hari, Harum mendapat sejumlah uang dari Jeki, sepertinya pria itu berhasil bertemu dengan Juragan Abi, jadi Harum bisa membayar biaya rumah sakit bapaknya dan sore itu juga Harum bisa membawa bapaknya pulang. "Dari mana kamu punya uang untuk membayar biaya rumah sakit, Nak?" Gerakan Harum yang tengah merapikan pakaian ke dalam tas terhenti. "Dari Juragan Abi," cicitnya. Bapak Harum terkejut "Harum kamu ..." "Gak ada cara lain pak." "Tapi, bukannya kamu gak mau?" Harum diam. "Lalu bagaimana dengan Firman?" "Kami sudah putus," jawab Harum. "Hah?" "Mas Firman yang putusin aku, dan gak ada hubungannya dengan Juragan Abi." "Kenapa dia putusin kamu? Kamu buat salah?" Harum menggeleng "Kita sudah tidak sepaham." bapak Harum tak lagi bicara, sebab ini menyangkut perasaan Harum, sudah cukup dia mendengar alasannya, dia tahu Harum juga pasti sakit hatinya. Hanya saja saat ini bapak Harum merasa bersalah, sebab karena untuk biaya pengobatannya Harum jadi terpaksa menikahi Juragan Abi. *** Abimanyu Sartaji pria berusia 40 tahun itu memiliki dua istri di rumahnya, hidup rukun dan saling berdampingan di bawah atap yang sama. Istri pertamanya Kartika 32 tahun, dia nikahi karena cinta dan keinginan sendiri. Sedangkan Istri keduanya Ratih 35 tahun, dia nikahi karena janjinya pada sang kakak yang meninggal saat Ratih hamil muda. Khawatir tentang orang- orang yang berniat merebut harta warisan yang dia tinggalkan untuk istri dan anaknya, Kakak Abi, Abas meminta Abi untuk menikahi Ratih, agar bisa melindunginya. Dengan kata lain Abi terpaksa menikah dengan Ratih. Tapi, meski begitu Abi tak pernah membedakan antara Kartika dan Ratih, dia selalu bersikap adil dalam hal nafkah, perhatian, bahkan jadwal tidur bersama telah dia bagi secara adil. Dan saat ini Abi mengajak kedua istrinya duduk bersama untuk mengungkapkan tentang niatnya untuk menikah lagi. "Ada yang ingin aku katakan pada kalian," ucapnya membuka pembicaraan dengan tenang, seolah ucapannya selanjutnya bukanlah badai bagi kedua istrinya. "Apa mas?" istri pertamanya Kartika bertanya dengan penasaran. Wajah kedua istrinya cerah menunjukan cinta yang mendalam pada Abi sang suami. "Aku akan menikah lagi." dan detik berikutnya wajah Kartika dan Ratih berubah pucat. "Tidakkah kami berdua cukup untukmu, Mas?" tanya Kartika memberanikan diri bertanya setelah mereka diam beberapa saat karena terkejut. Mereka menunggu kalau- kalau Abi hanya bercanda, tapi raut wajah Abi justru menunjukan jika pria itu begitu serius dengan ucapannya. Kartika dan Ratih menunjukan kalau mereka begitu terluka dengan keputusan Abi. Mereka tahu Abi mengatakan itu bukan untuk meminta izin melainkan hanya memberi tahu dan itu artinya Kartika dan Ratih tak berhak melarang. Abi menyeringai "Bagaimana lagi, aku jatuh cinta padanya." hati Kartika terasa tersayat, bagaimana mungkin kata cinta begitu mudah terucap dari mulut Abi. Dulu pria itu begitu lembut dan menunjukkan jika Kartika lah cintanya satu- satunya. Tapi setelah menikah lagi, Abi jadi gila perempuan. Bukannya sudah puas dengan dengan dua istri saja, Kartika kerap melihat Abi diam- diam memperhatikan wanita lain. Apa karena menikah lagi Abi jadi ketagihan? "Aku harap kalian menerimanya nanti dan rukun bersama," kata Abi tanpa perasaan. "Kamu tahu saat dulu kamu meminta izin untuk menikahi mbak Ratih hatiku sangat hancur, tapi saat itu aku mengalah karena kamu menjalankan amanah dari Bang Abas." di sebelah Kartika, Ratih menunduk. Dia sendiri menerima dirinya adalah duri dalam rumah tangga Abi dan Kartika. Hanya karena amanah dari suaminya Ratih menikahi Abi, meski lambat laun perasaan tumbuh dihatinya untuk Abi, Ratih selalu menerima dan menyadari posisinya sebagai istri kedua dan akan selalu mengalah dari Kartika. "Lalu sekarang, dengan tanpa perasaan, kamu bilang akan menikah lagi?" Kartika mengusap air matanya. "Kartika bener, Mas." kali ini Ratih bicara, dia merasa kasihan pada Kartika. Dan lagi sudah cukup dia di madu. Ratih pun tak mau memiliki madu lain, sebab Ratih pun merasakan sakit hati saat Abi mengutarakan niatnya. "Aku selama ini selalu berlaku adil terhadap kalian." "Tapi kamu menyakiti kami, mas." Abi terkekeh "Kalau begitu kalian boleh pergi." Kartika dan Ratih tercengang. "Apa maksudmu, Mas?" "Jelas kalian tahu maksudku." "Kamu tega menceraikan kami demi wanita lain yang baru kamu kenal, Mas." Kartika menggeleng tak percaya. "Bukan Aku, Tika. Tapi, kalian yang gak mau dimadu lagi kan?" Kartika diam. Abi tersenyum lembut "Aku akan tetap adil pada kalian." lalu pria itu beranjak setelah mengusap pucuk rambut kedua istrinya. Setelah kepergian Abi, Kartika kembali menangis hatinya benar- benar tak kuasa untuk menahan rasa sakit yang lagi- lagi di torehkan suaminya. "Sabar Tika." Ratih mengusap tangan Kartika. "Kamu bisa bersabar karena tak memiliki perasaan sama Mas Abi, jadi gak peduli Mas Abi punya berapapun istri, kamu gak akan terluka," ucap Kartika dengan terisak. Kartika salah Ratih juga terluka, karena bagaimana pun pernikahan mereka yang selama ini di jalani membuat Ratih jatuh hati pada Abi yang memperlakukan Ratih dengan lembut, sama seperti dia memperlakukan Kartika. Tapi, Ratih seperti tak memiliki hak untuk merasa cemburu karena dia pun hanya yang kedua dan duri di rumah tangga Kartika dan Abi. Jadi dia akan selalu mengalah apapun yang terjadi. "Aneh gak sih, Mas Abi tiba- tiba bilang mau nikah lagi, padahal pernikahan kita baik- baik saja," kata Kartika lagi. "Mungkin seperti yang di katakan Mas Abi, dia jatuh cinta dengan wanita itu." Ratih meringis merasa perkataanya menyakiti dirinya sendiri. Kartika menghapus air matanya "Aku jadi penasaran seperti apa wanita yang akan di nikahi Mas Abi." wanita itu menghela nafasnya. Tak ada pilihan lain selain menerima pernikahan ketiga Abi, sebab Kartika juga tak ingin di ceraikan. Apalagi Ratih yang memiliki anak dia tidak akan bisa tanpa Abi sebagai suaminya. Apalagi anaknya yang begitu menyayangi Abi, meskipun Abi hanya ayah sambungnya, tapi pria itu begitu menyayanginya seperti anaknya sendiri. "Ya sudah Tika, aku ke dalam dulu." baru saja Ratih bangkit Kartika menahannya. "Sebentar, Mbak Ratih," panggilnya. Ratih mengerutkan keningnya "Ada apa?" "Kalau Mas Abi serius ingin menikah lagi, kita gak bisa berbuat apa- apa, tapi, ada satu cara agar dia tetap menjadi milik kita." Ratih mengerutkan keningnya dalam. "Apa?" "Pertama, buat wanita itu tidak betah sebagai istri ketiga, atau kita bisa buat Mas Abi menceraikannya." "Caranya?" Kartika melambaikan tangannya lalu membisikkan idenya pada Ratih. "Aku gak ngerti, Tik." katanya dengan raut wajah takut saat mendengar ide dari Kartika. "Mbak tenang aja, kita main bersih. Bagaimana pun Mas Abi adalah suami kita Mbak, gak boleh ada lagi yang masuk. Kalau pun terlanjur masuk kita bisa buat dia pergi lagi."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN