Bab 1: Awal Mula
Abimanyu Sartaji, Juragan empang yang memiliki ratusan hektar empang yang tersebar di berbagai kota.
Hari itu Abi sedang mengecek empang miliknya yang berada di Kelurahan Desa Suka Jaya, tepatnya di kampung Suka asih.
Kampung yang jarang dia kunjungi padahal jarak dengan rumahnya hanya terpisah kampung alias masih satu kelurahan, hanya saja Abi yang sibuk malah tak sempat datang dan hanya datang beberapa kali saja.
"Berapa ton ikan yang di peroleh hari ini, Jeki?"
Jeki adalah orang kepercayaannya yang mengurus empangnya di desa Suka Jaya.
"Hari ini kita panen 20 ton ikan Juragan, dan akan segera kita kirim ke luar pulau dan Malaysia."
Abi mengangguk puas.
"Pastikan air terus memadai, dan jangan lupa beri warga desa ikan setiap minggu." Abi jarang muncul, dan hanya datang beberapa kali, untuk mengecek. Namun, namanya cukup terkenal di setiap desa yang terdapat empang miliknya, sebab setiap minggu di hari Jumat, Abi selalu bersedekah ikan untuk seluruh warga, bayangkan berapa ton ikan yang dia keluarkan dalam satu minggu untuk dia berikan pada seluruh warga desa dalam satu minggu untuk dia berikan secara cuma- cuma. Tapi hebatnya bukannya berkurang kekayaan Abi justru semakin bertambah.
"Baik Juragan."
"Hm, kamu boleh lanjutkan pekerjaan kamu, aku ingin melihat yang lainnya."
Jeki mengangguk lalu pergi ke arah pekerja yang sedang mengangkut ikan untuk segera di kirimkan.
Abi sendiri masih menyusuri empangnya yang tengah di kuras airnya, sebab ikan baru saja di panen, da akan di ganti dengan bibit baru, hingga seorang anak kecil berlari ke arahnya sambil berteriak. "Minggir Paman!"
Dan Abi yang tak siap, tak bisa menghindar, hingga tubuh tinggi tegapnya oleng dan jatuh ke dalam empang.
Byur ...
"Soleh, awas kamu!" terdengar teriakan seorang gadis yang sepertinya mengejar anak laki- laki yang berlari tadi.
"Ya, ampun, Bapak gak papa?"
Byur ...
Abi melihat gadis itu melompat ke empang lalu menariknya yang masih terpaku melihat adegan tersebut.
"Ayo, Pak. Saya bantu."
Empang itu tidak dalam dan Abi bisa bangun dengan mudah, tapi gadis itu melompat dengan segera untuk menolongnya, lalu membantunya naik dengan susah payah."
"Aduh, Pak, Bapak baik- baik aja kan?"
Gadis itu terlihat khawatir dan mengusap lumpur di wajah Abi. Empang yang sedang di kuras memang menyisakan lumpur, hingga Abi yang jatuh tersungkur wajahnya di penuhi lumpur. "Maafin adik saya, Pak," katanya lagi.
Beberapa pekerja empang datang menghampiri dengan panik, termasuk Jeki yang wajahnya mendadak tegang melihat tubuh juragannya basah dan di penuhi lumpur.
"Juragan, gak papa?" tanyanya dengan panik.
"Aku tidak apa- apa." terlihat gadis itu menarik nafas lega, namun, saat mendengar Jeki memanggilnya Juragan, wajahnya menjadi pucat.
"Juragan," cicitnya pelan.
"Apa yang kamu lakukan Harum?" Jeki menatap Harum dengan tajam.
Abi mendongak ke arah Jeki, lalu ke arah gadis bernama Harum yang kini menunduk dalam.
"A- aku mengejar adikku, Mas Jeki. Si Soleh tadi lari kesini," katanya dengan gugup, pasalnya pria yang jatuh akibat Soleh mendorongnya adalah Juragan pemilik empang.
Bagaimana kalau dia tak dapat jatah ikan mingguan dari Juragan empang itu.
"Astagfirullah!" desis Jeki dengan kesal, Soleh adik Harum memang nakal.
"Aku tidak apa- apa Jeki," kata Abi. Jeki mengangguk dan memberi isyarat agar Harum segera pergi.
"Sekali lagi, maaf Pak, Eh, Juragan," ucap Harum, lalu pergi secepat yang dia bisa, melihat itu Abi terkekeh lucu.
"Siapa nama gadis itu Jeki?" tanya Abimanyu. Pandangannya masih tertuju pada punggung seorang gadis yang berjalan menjauh.
"Harum, Juragan."
"Hm, katakan pada Ayahnya aku ingin menikahinya."
"Apa?!"Jeki memekik terkejut.
"Kamu tidak dengar?" Tidak! Jeki mendengar dengan jelas apa yang Abi ucapkan. Tapi, Jeki hanya tak percaya dengan ucapan juragannya itu, Juragannya ingin menjadikan Harum istrinya, sedangkan dia sudah memiliki dua istri di rumahnya.
Kedua istri Juragannya bahkan hidup rukun di bawah atap yang sama.
"Katakan pada mereka berapa pun mas kawin yang dia minta akan aku berikan." Abi kembali bicara seolah meyakinkan Jeki jika perkataannya benar- benar serius.
Jeki mengangguk kaku, bukan itu masalahnya, tapi, apakah Harum mau menjadi istri ketiga dari Juragan Abi, sedangkan Harum memiliki pacar bernama Firman, pemuda tampan putra dari kepala desa. Meski hubungan mereka tidak di restui Bapak Si Firman, tapi, dari yang Jeki tahu Firman cukup kukuh mempertahankan Harum selama ini.
"Mari Juragan." Jeki membawa Abi untuk membersihkan diri di Wc di dekat gudang ikan. Tiba di depan Wc, Jeki menghela nafasnya, lalu dengan was- was mendongak menatap tubuh tinggi besar Juragannya.
Juragan Abi bertubuh tinggi besar dengan tinggi 190 cm, jadi Jeki yang hanya memiliki tinggi 160 Cm, merasa sangat pendek.
"Begini, Juragan. Sebenarnya Harum sudah memiliki pacar." Jeki berkata dengan pelan.
Abi menyeringai "Hanya pacar, kan?" Jeki tertegun, bibir Abi tersenyum, namun senyumnya sangat mengerikan seolah dia akan menelannya hidup- hidup.
"Yang menikah saja bisa bercerai, apalagi hanya pacar."
Jeki semakin terperangah, apa maksud Juragannya dia harus membuat Harum dan Firman putus?
"Begini saja, kalau kamu bisa membuat gadis itu setuju, aku akan berikan setengah empangku dia desa ini untukmu."
Jeki membelalak, setengah empang di desa ini bukan apa- apa untuk Abi, tapi baginya itu dangat banyak, sebab dari setengah empang saja mereka biasa menghasilkan lebih dari 10 ton ikan.
Jadi saat ini Jeki penasaran apa yang sudah di lakukan Harum pada Juragannya, hingga Juragannya itu rela memberikan apa saja demi menjadikan Harum istrinya. Meski menjadi istri ketiga, Jeki yakin jika Harum bersedia, dia tidak akan menyesal, sebab Juragan Abi punya kekayaan yang katanya tidak akan habis tujuh turunan dan tujuh tanjakan. Jadi meski membatin menjadi yang ketiga, Jeki yakin Harum akan tumbuh subur karena uang nafkah yang di berikan Juragan Abi.
Sekarang bagaimana caranya dia meyakinkan Harum agar mau menikah dengan Juragan Abi.
Pertama- tama dia harus pergi ke rumah Pak Heri Bapak Harum, lalu mengatakan maksud kedatangannya, setelah itu dia akan menunggu keputusan Harum.
Jika Harum setuju menikah dengan Juragan Abi, dia akan kaya mendadak dan bisa cepat cari istri karena pastinya dia sudah mapan.
"Hebat sekali si Harum, bisa membuat Juragan jatuh cinta pada pandangan pertama." meski Jeki mengakui Harum memang cantik, dengan wajah polos dan alami. Tapi, bukankah masih banyak yang lebih cantik dan tentunya sekelas dengan Juragan Abi.
Yang Jeki tidak tahu adalah, ini bukan kali pertama Abi bertemu Harum, dan jatuh cinta. Tapi, ada cerita di baliknya hingga Abi menaruh ketertarikan pada Harum, lalu saat ini, saat dia kembali bertemu dengan Harum, Abi menjadi yakin kalau Harum memang gadis yang baik dan cocok menjadi istri ketiganya.