Dalton menghela napas ketika mendengar jawaban ayahnya mengenai penyihir, mengenai sesuatu yang begitu mengerikan yang pernah terjadi di kampung halamannya tersebut.
"Jelaskan lagi padaku." Dalton menuntut sang ayah untuk menjelaskan lebih banyak kepadanya mengenai semua hal tentang penyihir ini. Mengenai black hills forest ini, mengenai Beatrix Esseme.
"Kami pernah membunuhnya sekali, dengan memisahkan tubuh juga kepalanya. Kami membuatnya hancur dengan membakar jasadnya dan mengubur kepalanya di sebuah pohon di dalam black hills," jelas Gail lagi, "kami semua, leluhurku dan beberapa leluhur orang lain yang dulu pernah tinggal di desa ini terus bertarung dengan ketidakmasukakalan pikiran kami mengenai black hills dan penyihir yang mendiami hutan itu. Namun, ketika anak-anak kami perlahan menghilang dengan semua orang yang melupakan anggota keluarganya, membuat beberapa dari kami yakin bahwa memang tidak pernah ada yang mengingat anak-anak yang pernah hilangg itu."
"Jika kalian tidak ingat, lantas bagaimana kalian bisa menuduh Beatrix Esseme sebagai seorang penyihir?" Dalton mulai bertanya dengan nada yang terdengar sangat sinis.
Tentu saja, dirinya merasa bahwa apa yang dikatakan oleh ayahnya saat ini cukup tidak masuk akal, mengenai bagaimana mereka mengetahui alasan kenapa Beatrix essme bisa dituduh sebagai seorang penyihir jika tidak pernah ada yang mengingat mengenai orang-orang yang menghilang itu?
"Awalnya, itu juga yang aku tanyakan pada kakekku. Persis seperti apa yang kau tanyakan sekarang dan apa kau tahu jawabannya? Dia menjawab bahwa dia 'melihat wanita cantik itu berkeliaran'."
"Wanita cantik?"
Gail mengangguk. "Bener. Wanita cantik berambut merah yang tidak pernah terlihat tapi tiba-tiba saja terlihat." Jawab Gail, menanggapi pertanyaan anak sulungnya.
"Wanita cantik seperti apa?"
"Mereka menggambarkannya sebagai wanita tinggi dan sangat cantik dengan rambut keriting yang terlihat sangat menawan. Tidak memiliki celah bahkan sikap dan gerak-geriknya sangat sempurna untuk seorang wanita yang sangat asing."
Dalton sejenak terdiam. Wanita cantik berambut merah bergelombang, seorang wanita yang seperti cukup Dalton kenal. pemuda ini menatap wajah ayahnya, menatap penuh ketakutan dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat tidak bisa disebutkan. Karena apa yang ayahnya katakan mengenai ciri-ciri wanita yang dirinya sebutkan terasa mirip dengan seseorang yang saat ini dirinya kenal. Alicia Cana.
"Wanita itu memang tidak pernah menunjukan hal yang berbeda, semuanya terasa sangat normal dengan tingkahnya yang gemulai dan tutur bahasanya yang indah. Semuanya sangat normal dan kecantikannya yang menawan."
"Si— siapa yang sedang mau maksud?" Tanya Dalton penasaran tentu dengan ketakutan yang terlihat jelas di wajahnya.
Melihat anak sulungnya terlihat seperti mengetahui sesuatu, Gail tersenyum kecil kemudian mengangguk ringan untuk menegaskan bahwa dirinya sangat paham dengan apa yang ingin dikatakan oleh anak sulungnya tersebut.
"Dia wanita yang tidak pernah terlihat selama ratusan tahun tapi, jika dia terlihat, dia akan langsung membuat semua orang berpikir bahwa dia tidak berbahaya dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, kenyataannya tidaklah seperti itu. Dia akan terus terlihat dan dan mengganggu, dia memang sangat cantik tapi dia berbahaya. Dia tidak akan melepaskan seseorang yang sudah dia tandai, dan dia akan terus bersamanya, menganggu pikirannya hingga membuat semua orang lupa kepadanya, membuat mereka berdiam dengan apa yang tidak dirinya inginkan."
Dalton hanya bisa diam mendengar bagaimana ayahnya bercerita. Sebuah kisah yang terdengar sangat tidak masuk akal tapi apa yang dikatakan ayahnya saat ini sungguh adalah sesuatu yang menjelaskan mengenai Alicia.
"Dia memiliki banyak nama. Mulai dari Arabela Louise, Charlotte Cloe, Alicia Boumey, Agnes Rowand, dan yang terakhir, nama yang sudah dia gunakan selama lima kali berturut-turut, Alicia Cana."
Lagi. Dalton tersentak dengan nama yang disebutkan oleh sang ayah, nama yang baru saja dia sebutkan, sebuah nama yang dirinya kenal cukup baik selama beberapa waktu ini, Alicia Cana, wanita yang tadi mengajaknya memancing dan bersenang-senang di danau. Wanita yang tidak pernah dia pikirkan adalah orang jahat tapi mendengar ayahnya mengatakan hal itu.
"A— apa?"
"Alicia Cana ... adalah nama yang diberikan oleh Beatrix Essme kepada anaknya, Arcana." Gail melanjutkan kalimatnya.
"Ar— Cana ....?"
"Arcana, adalah anak kandung Beatrix Essme, anak yang pernah hampir dikorbankan oleh ibunya sendiri tapi tidak pernah terjadi karena Beatrix Essme lebih memilih untuk mengorbankan anak-anak dari desa ini dan memilih untuk menyelematkan anak kandungnya sendiri."
"Untuk apa?!" Pekik Dalton, setengah membentak kepada sang ayah, hanya saja Gail sama sekali tidak menanggapi hal tersebut dan memilih untuk mengangguk-angguk, seperti menerima bentakan sang anak yang ditujukan kepadanya.
"Dia adalah penyihir. Penyihir yang selalu melakukan ritual untuk keabadian dirinya sendiri." Gail mulai bercerita.
"Keabadian?"
"Keabadian yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain dilakukan oleh Beatrix. Dia menculik anak-anak kemudian membuat orang-orang yang berada di sekitar anak-anak itu lupa, lupa ketika orang tuanya pernah memiliki anak, lupa ketika mereka pernah memiliki anggota keluarga yang tidak pernah mereka ingat." Jelas Gail.
"Kenapa mereka lupa dengan anggota keluarganya sendiri?"
"Karena Beatrix Essme menggunakan sihir yang dia miliki untuk membuat semua orang lupa mengenai anak-anak yang dia culik, membuat mereka tidak ingat mengenai apa yang pernah mereka lakukan dengan anggota keluarga mereka, begitu juga dengan semua kenangan yang pernah mereka ukir, semuanya menghilang. Sama seperti aku kehilangan anak sebelum kau lahir." Ucap Gail.
Sekali lagi, Dalton terlihat sangat terkejut. Karena ini adalah kali pertama dirinya mendengar bahwa orang tuanya pernah memiliki seorang anak sebelum dirinya yang pernah lahir. Tapi, dirinya tidak pernah mengetahui hal tersebut.
"Ba— bagaimana bisa kau bisa-bisanya tidak memberitahuku mengenai hal ini?"
"Karena kami juga memang tidak mengingat mengenai semua hal itu setelah beberapa tahun terakhir ini." Jawab Gail. "Kami tidak mengetahui apa yang seharusnya kami ingat selama ini, hingga setelah beberapa tahun ini kami mulai mengingat semuanya secara perlahan. Mengingat semua hal yang menyangkut anak kami. Kami baru mengingat mengenai anak pertama kami, Arsila. Arsila yang diculik oleh Arcana ketika kami sedang tidur nyenyak. Di malam pertama, anak kami masih berada bersama kami, tapi ketika pagi menjelang, tidak ada siapa pun di sana dan kami bahkan lupa mengenai anak kami, kami melakukan semua kegiatan kami seperti biasa, seperti tidak pernah ada yang terjadi hingga ketika kami memilikimu, kami baru mengingat mengenai Arsila yang pernah hilang. Tapi, kami tidak bisa menemukannya setelah kami tahu bahwa semua itu adalah perbuatan Arcana."
"Kenapa kau tidak pernah mencari dia?!"
"Kami mencari. Tapi, jarak ketika kami kehilangan Arsila dengan kelahiranmu, bukanlah waktu yang singkat ...."