Dalton melemparkan alat pancing yang sudah dia isi dengan seekor cacing. Melemparkannya ke tengah danau dan berharap agar ada seekor ikan yang memakan umpannya. Semetnara Alicia masih terlihat sibuk mengaitkan seekor cacing ke dalam kail. Sambil berjongkok, Alicia masih terlihat sibuk dengan seekor cacing dari ember yang tadi mereka gunakan untuk menampung cacing juga ikan-ikan yang mungkin mereka dapatkan nanti.
Dalton melihat ke arah Alicia yang berjongkok di depan ember dengan tanah yang sedikit berlumpur membuat ujung gaun yang dikenakan oleh wanita itu kotor terkena lumpur akan tetapi, Alicia seolah tidak peduli sama sekali dengan apa yang terjadi pada pakaiannya. Bahkan, Alicia menggulung sedikit lengan bajunya yang sudah basah dan kotor karena lumpur agar tidak semakin basah dan kotor ketika dirinya mengambil cacing dari ember yang sedikit berisi air di dalamnya.
“Butuh bantuan?” tanya Dalton pada Alicia yang memunggungi dirinya.
Satu pertanyaan Dalton terabaikan. Mungkin Alicia seperti sedang fokus melakukan apa yang saat ini dirinya lakukan dengan cacing-cacing dalam ember itu akan tetapi, ketika Dalton kembali bertanya, Alicia hanya terdiam tanpa merespon sedikit pun pertanyaannya, hingga ketika kali ketiga dirinya memanggil dan Alicia masih terdiam, suasana hening, hanya terdengar beriak air yang dihempas oleh angin dari tengah danau.
“Alicia …?” panggilan kedua Dalton sama sekali tidak mendapatkan respon seperti panggilan pertama. Namun, Dalton mendengar suara decak dari bibir wanita itu seperti sedang mengunyah sesuatu bahkan dari gerakannya pun terlihat seolah Alicia sedang memasukan sesuatu ke dalam mulutnya.
Karena penasaran dan tidak ada jawaban dari Alicia. Dalton mencoba mendekat ke arah Alicia, setelah menancapkan ujung pancingannya ke tanah berlumpur, kemudian berjalan mendekat ke arah wanita itu hanya saja ketika sudah berada di depan wanita itu, Dalton terkejut karena wajah Alicia sedikit tercoreng oleh lumpur terutama di sela bibir hingga ke pipi, terlihat tidak biasa tapi ketika wanita itu mengangkat wajahnya, Alicia terlihat tersenyum ke arah Dalton sambil mengacungkan kail pancingnya yang sama sekali tidak bisa ditancapkan seekor cacing pun.
"A—apa itu?" Tanya Dalton keheranan karena di dalam ember, Dalton melihat beberapa cacing bahkan sudah tidak berbentuk dengan tubuh yang terpotong-potong, tidak karuan.
"Sepertinya kail yang kupakai sudah tumpul. Jadi, aku tidak bisa dengan benar mengaitkannya." Dalih Alicia, membuat Dalton sedikit terkekeh karena melihat bagaimana wajah Alicia yang berantakan karena lumpur.
"Apa kau bisa mengaitkan cacing di pancinganku?" Alicia meminta tolong dan membuat Dalton akhirnya berjongkok tepat di samping wanita berparas cantik itu.
"Kenapa tidak mengatakannya sejak tadi, lihat, wajah dan pakaianmu basah juga kotor oleh lumpur." Ujar Dalton sambil terkekeh, diikuti oleh Alicia yang tanpa sadar gigi wanita itu pun terlihat ada sedikit lumpur yang juga tertinggal.
"Aku sepertinya terlalu berlebihan jadi, beberapa ekor cacing yang coba kukaitkan pada ujun kail malah terpental ke mulutku, aku jadi seperti sedang makan lumpur. Apa ada lumpur juga di mulutku?" Tanya Alicia sambil membuka mulutnya tepat ke wajah Dalton juga memperlihatkan giginya kepada lelaki itu untuk diperiksa.
Dalton kembali tersenyum saat dirinya melihat ada sedikit lumpur di gigi Alicia hanya saja, karena tidak bisa membantu membersihkannya dengan tangan kotor seperti saat ini dirinya memegang cacing, Dalton hanya mengangguk kemudian meminta Alicia untuk membersihkan sendiri di pinggir danau.
"Apa ikan-ikannya tidak akan lari jika aku pergi ke danau?"
"Tidak akan. Sebaiknya bersihkan saja daripada lumpurnya tertelan." Ucap Dalton.
Mengiyakan perintah Dalton, Alicia memutuskan untuk pergi ke sisi danau dan mencuci mukanya di sana, membersihkan sisa noda lumpur yang ada d wajah dan mulutnya. Hanya saja, yang Dalton tidak ketahui adalah mengenai bagaimana Alicia mengeluarkan isi mulutnya yang ternyata adalah beberapa cacing yang sudah nyaris hancur dikunyah ke dalam air danau hingga membuat beberapa ikan kecil bermunculan dari dalam air kemudian memakan sisa-sisa isi mulut yang dikeluarkan oleh Alicia.
Tidak hanya mengeluarkan cacing-cacing yang berada di dalam mulutnya, Alicia juga terlihat tersenyum menyeringai sambil melirik ke arah Dalton yang masih sibuk meletakkan umpan pada kail pancing, sebelum kembali pada air dan mulai membersihkan sisa-sisa cacing tadi dirinya kunyah menggunakan air danau yang berada di bawahnya. Sementara ikan-ikan kecil yang sejak tadi bertebaran memakan sisa-sisa muntahan yang dikeluarkan oleh Alicia pun dia biarkan begitu saja, berenang menjauh setelah sisa-sisa cacing itu selesai mereka makan.
"Kau sudah selesai?" Tanya Dalton yang membuat Alicia kembali berbalik dan mulai melihat bagaimana peuda itu selesai memasangkan umpan pada kail pancing yang dirinya miliki.
Usai memberihkan wajah dan mulutnya yang penuh dengan lumpur, Alicia kembali pada Dalton dan mulai melemparkan pancingan miliknya ke danau, berharap bahwa dirinya bisa mendapatkan ikan besar di danau tersebut.
Sambil menunggu umpan pada pancingan mereka mendapatkan ikan, Dalton juga Alicia memutuskan utnuk duduk di tepi danau dan kembali mengobrol mengenai beberapa macam hal, hingga ketika kali pertama pancingan yang dilemparkan oleh Alicia mendapatkan ikan, mereka berdua terlihat sangat heboh, menarik pancingan itu bersama-sama kemudian cukup berbangga saat mereka mendapatkan seekor ikan seukuran telapak tangan.
Dengan cepat Dalton memasukkan ikan itu ke dalam ember dan kembali memasangkan umpan pada kail pancing milik Alicia lagi hingga setelah itu melemparkannya kembali agar mendapatkan ikan yang lain. Mungkin sekitar dua puluh menit menunggu, kali ini giliran kail pancing Dalton yang umpannya dimakan ikan dan terus seperti itu hingga hari sudah sedikit sore dan mereka mendapatkan sekitar lima ekor ikan dengan ukuran yang cukup besar.
"Apa ini sudah cukup?" tanya Dalton setelah melihat ember yang tadinya berisi cacing hidup, sekarang berganti dengan lima ekor ikan yang masih terlihat menggelepar di dalam sana.
Alicia tersenyum melihat tangkapan mereka hari ini sangat banyak. "Biasanya aku hanya bisa menangkap seekor ikan saja tapi, berkat dirimu, aku bisa mendapatkan lima ekor ikan yang cukup besar. ibuku pasti akan sangat suka jika aku membuatkan sup ikan untuknya." ujar Alicia yang tentu saja membuat Dalton merasa bangga kepada dirinya sendiri.
Bagaimana tidak. Berhasil membuat seorang wanita cantik bangga kepadanya kemudian menangkapkan lima ekor ikan dengan ukuran cukup besar, tentu saja Dalton merasa besar kepala untuk sesaat apalagi, dirinya memang sudah menyukai Alicia sejak pertama kali mereka bertemu di toko pupuk milik si tua Linstown.
"Sebaiknya kita kembali, kalau kau ingin memasak ikan-ikan itu untuk ibumu dan sepertinya aku juga harus kembali sebelum ibuku mencariku dan tidak menemukanku di mana pun." jelas Dalton, mengingat bahwa ibunya yang memperingati dirinya untuk tidak masuk ke dalam hutan akan tetapi, hari ini dirinya bermain di danau yang sangat jauh dari rumah dalam waktu yang cukup lama.
"Terima kasih karena sudah membantuku."
"Tidak masalah. sebaiknya kita kembali sekarang." ajak Dalton sambil membawa kedua alat pancing yang mereka pakai kemudian kembali berjalan menuju ke arah rumah Alicia.
Tiba di depan rumah, Dalton yang memang sudah harus kembali, hanya meletakkan kedua alat pancingan itu di dekat pagar karena Alicia mengatakan bahwa dirinya akan membenahi kedua alat pancingan itu sendiri. Setelah berpanitan, Dalton pun pergi meninggalkan halaman rumah diiringi oleh lambaian tangan Alicia yang mengantarkannya pergi dari rumahnya.
Setelah Dalton cukup jauh, Alicia menurunkan senyumnya, begitu juga dengan tangannya sebelum kemudian meraih kedua alat pancing itu dan masuk ke dalam rumah. Dari pijakan pertama, terlihat sekali bahwa lantai kayu yang menjadi dasar rumah itu sangat koror, penuh lumpur kering dan akar-akar pohon yang tidak terawat, akan tetapi tidak ada sedikitpun daun yang tertinggal di sana. Tidak ada satu bagian pun dari rumah itu yang bisa dikatakan terawat, bahkan tidak ada lampu penerangan apa pun di sana, semuanya gelap dan tidak terlihat apa pun, bahkan jika Alicia tidak ingat menaruh benda di tengah jalan, mungkin dirinya akan tersandung kemudian terjatuh dengan posisi tengkurap dan itu akan terasa sangat sakit.
Hanya saja, tidak. Wanita itu berjalan dengan sangat baik di tengah kegelapan.
Alicia menaruh kedua alat pancingan itu begitu saja di lantai penuh dengan akar tanaman tersebut sementara seember ikan yang dirinya pegang, dia bawa masuk ke dalam sebuah ruangan di mana ada sebuah tempat tidur dalam kondisi yang benar-benar gelap tanpa penerangan sedikit pun, terdengar suara engahan seorang wanita tua, suara yang benar-benar seperti tercekik tapi terus mencoba untuk bernapas.
"Hai, bu. Apa kau kelaparan? Bagaimana kalau kita makan? Aku baru saja mendpatkan seekor ikan segar, lihat ... mereka masih menggelepar, sama sepertimu."