Chapter 25

1514 Kata
Pagi itu, Dalton diajak oleh Alicia pergi ke rumahnya yang berjarak sekitar satu kilometer dari jembatan yang saat ini mereka pijak. Meski awalnya Dalton ingin mengambil alat pancing miliknya tapi Alicia yang merasa bahwa rumahnya jauh lebih dekat daripada rumah milik Dalton yang sudah sangat jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Mungkin sudah setengahnya dari jarak mereka berdiri. Sesekali Dalton melirik ke arah Alicia yang tertunduk dan berjalan di sampingnya. Wanita itu terlihat sangat anggun meskihanya mengenakan pakaian sederhana.tapi terlihat sangat manis di tubuh wanita itu. Bahkan, cara berjalan Alicia pun terlihat sangat anggun, sangat indah, berbeda dari Reese yang meskipun mereka berdua sama-sama wanita, tapi Reesemalah terlihat seperti laki-laki dalam bersikap daripada seorang perempuan anggun. “Kenapa?” tanya Alicia yang tidak sengaja melihat Dalton yang sedang curi-curi pandang kepadanya. “A—tidak. Aku hanya, berpikir bahwa kau benar-benar wanita yang luar biasa karena bisa terus berjuang sambil merawat ibumu.” Jelas Dalton yang sama sekali tidak kembali berusaha melihat wajah Alicia karena malu dan lebih memilih untuk tertunduk. “Tidak juga. Aku malah lebih tertarik padamu yang selalu mau membantu orang tuamu dan membantu berternak daripada pergi ke kota seperti orang-orang lain.” Ucap Alicia yang nyaris membuat langkah Dalton terhenti. Namun, karena pemuda itu mampu mengendalikan dirinya, akhirnya Dalton tetap berjalan tepat di sebelah Alicia Setelah percakapan itu, mereka sedikit terlibat percakapan bahkan ketika tiba di rumah Alicia yang berada tak jauh dari danau, wanita berparas cantik dengan rambut kemerahan dan bergelombang itu masuk, meninggalkan Dalton sendirian di luar. Awalnya tidak ada yang terasa tidak nyaman di antara dirinya dan tempat itu, semuanya terasa baik-baik saja bahkan ketika dirinya melihat ke seluruh penjuru arah terutama saat pandangannya tertuju pada kebun sayuran yang berada di pinggir rumah, Dalton sedikit tersenyum karena ini pertama kalinya dirinya menemukan sebuah kebun sayuran yang ditanam oleh seorang wanita, sendirian seperti Alicia. Hingga, tiba-tiba dirinya mendengar suara ringkihan dari arah sebuah ruangan yang jendelanya berada tepat di dekat kebun sayuran tersbeut. Suara ringkihan itu terdengar sangat pilu dengan napas yang seperti mau putus. Panik, penasaran dan penuh ketakutan, Dalton mencoba untuk mendekat ke arah sumber suara, mencoba memastikan bahwa Alicia yang berada di dalam rumah baik-baik saja. Karena, semakin pemuda ini mencoba mendengarkan, semakin jelas terdengar bahwa ringkihan itu adalah suara seorang wanita, dari suaranya jelas sekali terdengar bahwa wanita itu sangat kesakitan dan berkali-kali, seolah sedang sekarat dan meminta untuk diselamatkan. Ketika Dalton sudah berada sangat dekat dengan kaca jendela, menyentuh daun jendela dan berusaha mengintip ke dalam kamar itu, dia berhasil dibuat terkejut karena ruangan itu sangat gelap dari yang dirinya bayangkan. Ketika hari semakin siang dan matahari semakin tinggi dan kaca jendela yang tidak tertutup sepenuhnya, seharusnya ada cahaya yang bisa masuk ke dalam sana dan membuat bagian dalam kamar itu terlihat dengan jelas, mampu memperlihatkan bagaimana situasi dan kondisi kamar tersebut. Akan tetapi, tidak apa pun yang bisa Dalton lihat dari dalam sana kecuali suasana gelap dengan sedikit kabut yang membuat pemuda ini tidak berhenti mengucek kedua matanya. Ya, di dalam ruangan itu terlihat seperti ada sebuah gumpalan asap seperti kabut yang mengelilingi ruangan tersebut. Namun, Dalton sama sekali tidak tahu ada apa sebenarnya di dalam ruangan itu meski semakin dirinya mendekat, suara ringkihan itu terdengar semakin jelas terdengar di telinga Dalton. Semakin penasaran, Dalton mencoba melihat semakin dalam ke dalam ruangan tersebut, hanya saja, baru semakin dekat dengan jendela, tiba-tiba saja bahunya ditepuk oleh seseorang dan itu adalah Alicia. “Hei, apa yang kau lakukan?” tanya Alicia sambil tersenyum ke arah Dalton. Membuat pemuda itu lantas berbalik dan ikut tersenyum akan tetapi, ketika dirinya akan menunjukkan ruangan dan suara yang berada di dalam ruangan yang berada di balik jendela. “Ruangan apa?” tanya Alicia keheranan. “Rua—“ suara Dalton terhenti ketika dirinya berbalik untuk menunjukan ruangan kamar yang tadi tapi tidak ada apa pun di sana kecuali dinding tebal yang tidak ada kaca jendela satupun. “A—itu, aku ….” Suara Dalton terhenti dengan apa yang dirinya lihat. Karena tidak habis pikir dengan apa yang dirinya lihat, Dalton yang sudah mampu mengendalikan dirinya akhirnya menggeleng dan mengatakan bahwa mungkin dirinya berhalusinasi. “Tidak, aku mungkin hanya sedang melamun.” Jawab Dalton gugup. Meski sebenarnya dia masih tidak percaya bahwa ruangan yang dirinya lihat, tiba-tiba saja menghilang begitu saja tanpa bekas dan malah berubah menjadi sebuah dinding kosong tanpa ada apa pun. “Ah, kebunmu bagus. Kau harus lebih sering menyiramnya agar mereka bisa tumbuh dan panen sebelum salju pertama turun dan membekukan tanah.” Jelas Dalton yang masih berusaha untuk menenangkan dirinya. Karena dilihat dari bagaimana pun, dirinya tidak sedang berhalusinasi atau bermimpi sambil berjalan mengenai apa yang dirinya lihat tadi juga suara yang dia dengar pun tiba-tiba menghilang tanpa bekas. “Ah, aku juga berpikir seperti itu. Semoga saja bisa panen sebelum salju pertama turun agar aku dan ibuku punya tambahan makanan yang cukup untuk musim dingin nanti.” Jawab Alicia sambil memandangi kebun kecilnya yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk dia tanami dengan beberapa bibit tanaman yang dia beli dari tokok di tempat si tua Linstown berdagang. Mendengar ucapan tulus dari Alicia, Dalton mengangguk sambil tersenyum. Wanita itu benar-benar terlihat sangat bersih dan tulus untuk semua hal yang dirinya katakan. Namun, semua yang dirinya lihat barusan, benar-benar mengganggunya. Mengganggu Dalton bahkan membuatnya seperti seseorang yang ketakutan. “Aku sudah membawa alat pancing, sebaiknya kita memancing di dekat sini saja, aku sering memancing di sekitar sini.” Ucap Alicia ang dibalas anggukan oleh Dalton. Pancingan yang dimiliki oleh Alicia terlihat seperti sudah sering digunakan, tidak seperti alat pancing baru kebanyakan, karena setahu dirinya Alicia yang terlihat sangat anggun dan menawan tidak mungkin duduk berlama-lama di pinggir sungai atau danau hanya untuk memancing ikan seperti itu, terlebih dengan kulit putih dan wajah cantik yang menawan, rasanya cukup mustahi untuk Alcia yang seperti seperti ini memiliki kegiatan memancing yang biasanya hanya dilakukan oleh para lelaki. “Baiklah, aku suka memancing jadi, mungkin kita akan mendapat ikan lebih banyak dari biasanya.” Ujar bangga Dalton sambil meraih alat pancing itu dari Alicia. Alicia tersenyum melihat bagaimana Dalton begitu antusias. Karenana, wanita ini meraih ember yang berada di sisi dekat dinding, ember berisi air itu dia tumpahkan dan membawanya bersama dengan Dalton yang juga terlihat sangat senang dengan apa yang akan mereka lakukan hari ini. Namun, sebelum benar-benar pergi, Dalton kembali melihat ke arah dinding di mana ada jendela seharusnya di sana. Rasa penasaran dan tidak percaya pada apa yang dirinya lihat, memaksa Dalton untuk terus berpikir hanya saja, semakin dirinya berusaha berpikir, semakin tidak tahu dirinya mengenai apa yang sedang terjadi jadi, Dalton memutuskan untuk terus mengikuti arah danau. "Dalton." panggil Alicia selama perjalanan mereka. "Hm?" jawab pemuda itu dengan deheman ringan. "Apa kau punya teman? Adik atau seseorang yang selalu kau ajak bicara sebelum bertemu denganku?" tanyanya lagi. "Itu ... aku punya seorang teman namanya Reese, dia seorang wanita, mungkin seusia dengan kita, denganmu. Tapi, Reese lebih sering mengenakan pakaian yang mirip seperti laki-laki, celana dan kaos yang sedikit longgar daripada gaun seperti yang kau pakai sepanjang hari, seperti ini." jelas Dalton, mendeskripsikan bagaimana Reese selama ini berpenampilan. Alicia hanya tersenyum mendengar bagaimana Dalton menceritakan mengenai Reese kepadanya. Langkah wanita itu pun terlihat sangat tegap dan benar-benar sangat hafal dengan medan di hadapannya, rerumputan tinggi menuju ke arah danau pun dia libas dengan mudah, dengan sepatu dengan sedikit hak yang dia gunakan, membuat wanita itu seharusnya sedikit kesulitan berjalan akan tetapi tidak sama sekali, Alicia malah sangat lancar dan terlihat benar-benar menikmati langkah demi langkah, meski pun tanah berlumpur yang mereka pijak seharusnya membuat wanita itu tergelincir pun tidak sama sekali. Alicia seolah benar-benar sudah hafal dengan medan yang saat ini sedang mereka lewati. "Reese pasti adalah orang yang sangat bersemangat." puji Alicia setelah dirinya mendengar mengenai Reese dari Dalton. "Yah, kau benar. Dia benar-benar adalah wanita yang sangat ceria dengan semua hal yang dirinya lakukan." Dalton sedikit tidak yakin dengan jawabannya. Karena, dirinya tahu bahwa Reese sudah berpenampian seperti itu dan berperilaku seperti laki-laki sejak mereka masih kecil dan tidak ada hal yang berubah sama sekali dari seorang Reese hingga saat ini. "Apa kalian sering masuk ke dalam hutan dan berburu?" tanya Alicia lagi. "Tidak juga," jawabnya lagi, "dulu, kami memang sering masuk ke dalam hutan untuk bermain bersama teman-teman lainnya tapi, karena mereka sudah tidak ada lagi di desa ini untuk bekerja maka kami sudah tidak lagi melakukan hal itu." tambah Dalton. "Apa kalian pernah bertemu lagi setelah dunia dewasa memisahkan kalian?" Pertanyaan Alicia membuat langkah Dalton terhenti. Pemuda ini menatap bagaimana wajah Alicia yang menatapnya dengan tatapan datar tapi dengan bibir yang menyunggingkan seulas senyum yang indah. Terlihat cantik,menawan tapi juga mengerikan di saat bersaman. Hanya saja, bukan itu yang membuat Dalton benar-benar menghentikan langkahnya, melainkan karena pertanyaan yang terdengar cukup janggal di telinganya. Mengenai semua teman-temannya yang sejak dulu pernah bermain bersama, sekarang pergi bekerja ke kota, ke rumah-rumah para bangsawan tapi tidak pernah dirinya lihat kembali pulang ke desa mereka. Tidak ada satu pun, kecuali Reese. 'Benar, pergi ke mana semua teman-temanku selama ini?' pikir Dalton di tengah lamunan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN