Chapter 20

1034 Kata
"Siapa itu ...?" Gumam Dalton saat dia melihat ada seseorang yang berjalan di tengah kegelapan. Mencoba melihat ke dalam, Dalton sudah tidak menemukan ayah dan ibunya, dia yakin bahwa orang tuanya juga sudah masuk ke dalam kamar dan tidak mungkin dirinya membangunkan kedua orang tuanya hanya karena sesuatu yang dirinya lihat saat ini. Karena penasaran dan tidak ingin membangunkan orang tuanya, Dalton memutuskan untuk pergi mencari tahu sendiri. Dan tanpa penerangan apa pun, pemuda ini langsung pergi menuju ke kandang ternak, melihat siapa yang berjalan di tengah kegelapan dan terlihat akan mencuri ternak-ternak miliknya. Dengan langkah perlahan, Dalton akhirnya mentup pintu dan berjalan mendekat ke arah kandang ternaknya, hanya saja dia tidak menemukan apa pun di sana, Dalton tidak menenuka orang yang tadi berjalan mengendap ke arah kandang ternak miliknya bahkan dia juga melihat bahwa ternak-ternak miliknya masih tertidur dengan sangat pulas hingga mungkin tidak akan terbangun hanya dengan sebuah gerakan kecil. Lagi pula, jika memang yang datsng itu orang dengan niat buruk, mungkin ternak-ternak nya sudsh bangun dan membuat gaduh, akan tetapi tidak. Semua ternaknya masih tenang dan tidak melakukan apa pun yang berpotensi membuat dirinya kewalahan. "Tidak ada apa pun ...." Gumam Dalton setelah mengitari seluruh kandang dan tidak menemukan apa pun. Karena tidak menemukan apa pun di kandang ternaknya, sesaat Dalton berpikir bahwa dirinya berhalusinasi. Hanya saja, saat Dalton bergerak untuk kembali ke rumahnya, dia mendengar suara rumput yang bergesekan, membuat pemuda ini semakin tidak karuan dan segera berlari menghampiri sumber suara tersebut hanya saja, ketika dirinya tiba di sumber suara, suara itu semakin menjauh, bergerak angat cepat dengan berlari melewati ladang milik keluarganya dan terus bergerak sangat cepat hingga Dalton sendiri kewalahan mengejar makhluk tersebut. “Tunggu!” “Daton, kembali!” teriakan ayahnya terdengar jauh lebih keras dari apa yang diteriakan oleh Dalton sendiri, membuat pemuda itu tidak bisa untuk terus berlari, hingga akhirnya membuat Dalton berhenti dan membiarkan makhluk yang entah apa itu pergi begitu saja, meninggalkan makhluk yang entah apa bergerak sangat cepat dan meninggalkan tempat tersebut. “Kembali kembari!” teriak Gail lagi yang membuat pemuda itu mau tidak mau untuk kembali berbalik dan menuruti perintah sang ayah untuk kembali, seperti keinginannya. Dengan langkah sedikit kesal, Dalton pun pergi meninggalkan pelataran kandng ternaknya dan memutuskan untuk menghampiri sang ayah yang masih berdiri di ambang pintu dapur, memelototinya dan masih tetap meminta pemuda itu untuk kembali ke rumah, meski sebenarnya dirinya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi yang padahal, jelas-jelas makhluk itu hendak mengambil ternak mereka dan membuat mereka rugi banyak karena hal tersebut. “Apa yang kau lakukan?” tanya Gail dengan nada yang terdengar sedikit marah. “Aku baru saja akan mendapatkan orang yang ingin mencuri ternak kita tapi kenapa kau malah membuatku seperti sedang melakukan tindakan bodoh seperti itu.” Keluh Dalton yang membuat pemuda ini seperti tidak memiliki pilihan selain bermain-main seperti sekarang. “Masuk dan abaikan saja dia. Kita masih bisa membeli ternak lain jika mereka hilang satu atau dua.” Jawab Gail yang membuat Dalton kembali merasa sangat marah. “Apa yang kau katakan dengan biarkan saja orang itu mencuri ternak kita?! Kau tahu bahwa kita tidak memiliki uang sebanyak itu hanya untuk membeli seekor kambing pun dan jika sampai kita benar-benar kehilangan satu atau dua ternak kita di musim ini, maka kita benar-benar sudah tidak akan memiliki apa pun lagi untuk dijual saat kondisi kita menjadi semakin buruk.” Jelas Dalton yang seperti tidak setuju dengan apa yang ayahnya pikirkan saat ini bahkan, dirinya juga tidak paham dengan apa yang diinginkan oleh ayahnya dengan membiarkan orang, makhluk atau entah apa pun itu, mengambil ternak mereka begitu saja. Akan tetapi, melihat wajah ayahnya yang benar-benar sangat marah saat ini, membuat Dalton tidak bisa berpikir jernih dan jika pun dirinya bertengkar dengan sang ayah pun, tidak akan ada gunanya. “Kita tetap masih bisa mendapatkan hewan ternak lain untuk kita pelihara jika pun kita kehlangan satu atau dua hewan ternak di dalam kandang.” Jelas Gail lagi yang semakin membuat Dalton tidak mengerti. Pemuda ini menggeleng. Dia benar-benar tidak bisa menerima apa yang dilakukan oleh ayahnya untuk apa yang saat ini terjadi, karena dalam situasi seperti ini, ayahnya benar-benar seperti orang yang sudah tidak waras. “Kau akan menyesal jika ternak-ternak kita habis dimakan oleh makhluk itu!” pekik Dalton yang langsng berjalan pergi meninggalkan Gail yang masih berdiri di ambang pintu dapur. Meninggalkan ayahnya yang masih menatap dingin ke arah luar, ke arah ladang gelap miliknya yang berbatasan dengan hutan. Terlihat sangat sunyi dan tidak membuat siapa pun berpikir bahwa ada kehidupan di sana kecual kondisi di mana mereka yang berdiri dengan membiarkan mereka menjadi satu-satunya keluarga yang berada di tanah itu, di ujugn desa yang menjadi ujung pemukiman di mana sudah tidak ada lagi rumah selain rumah mereka di sana. Setelah memastikan anak sulungnya masuk ke dalam rumah dan tidak berbuat hal yang tidak-tidak dengan mengejak makhluk itu ke dalam hutan, Gail hanya bisa menghela napas dan memilih untuk menutup pintu rapat-rapat, seolah tidak akan membiarkan sekelebat angin pun masuk ke dalam rumah mereka. Menguncinya dengan sangat rapat sebelum akhirnya pergi ke dalam kamarnya di mana Ella yang masih terjaga dengan raut wajah yang terlihat benar-benar khawatir karena apa yang baru saja terjadi. “Dia sudah masuk ke dalam kamarnya?” tanya Ella penasaran. Ditanya demikian oleh sang istri, Gail hanya menganggul. Lelaki yang adalah kepala keluarga Caldwell itu mendekat ke arah sang istri kemudian memeluknya sangat erat, menepuk punggung Ella beberaa kali hingga berusaha untuk membuatnya merasa tenang dengan apa yang saat ini terjadi di keluarga mereka. “Semuanya akan baik-baik saja, tidak akan ada apa pun selama kita membiarkannya.” Ucap Gail. Namun, ucapan Gail sama sekali tidak seperti apa yang dirinya rasakan. Jadi, Ella mendorong suaminya begitu saja tepat ketika Gail selesai mengatakan apa yang dirinya pikirkan. “Kau tidak bisa dengan santai mengatakan hal seperti itu saat setelah sangat lama makhluk itu berada di sekitar sini lagi dan membuat kita semua berada dalam ketakutan.” Bentak Ella yang langsung membuat Gail memenutup mulut sang istri karena suara Ella yang terlalu keras. “Pelankan suaramu! Anak-anak bisa mendengar apa yang baru saja kau katakan.” Ujar Gail yang sedikit kesal dengan apa yang dilakukan oleh sang istri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN