۝ Chapter 14 ۝

1102 Kata
Usai mengantarkan Reese pulang ke rumahnya, Dalton juga kembali pulang dengan penerangan yang hanya dari lampu minyak yang dirinya bawa, tidak berlebihan jika dirinya mengatakan bahwa dirinya sedikit takut dengan apa yang dirinya dengar tadi dari Reese mengenai cerita Clammie mengenai makhluk yang adiknya itu lihat masuk ke dalam tanahnya dan keluarganya. Di samping dirinya yang mengingat mengenai ceritanya mengenai penyihir, membuat Dalton semakin takut jika itu memang benar-benar penyihir yang daatang dari black hill. Hutan yang berada tak jauh dari hutan yang menjadi wilayah berburunya bersama sang ayah. Yang jika penyihir itu memang benar-benar ada, maka dirinya harus membawa Clammie pergi dari sana, dengan semua legenda yang dirinya dengar, maka makhluk penyihir itu tidak akan benar-benar membiarkan siapa pun yang sudah melihatnya tetap hidup. Namun, jauh dari itu semua, mungkin dirinya harus memastikan lebih dulu apa yang dilihat oleh Clammie yang jika memang apa yang dilihat oleh Clammie memang adalah seorang penyihir, mungkin dongeng itu bukan hanya sekedar sebuah dongeng. Tiba di rumahnya, Dalton melihat Clammie yang sudah diajak naik oleh sang ibu untuk pergi tidur, karena selain itu sudah lewat dari jam tidur Clammie, ibunya pun seperti memiliki kebiasaan untuk menidurkan Clammie seperti bocah itu adalah bayi yang memang harus diperlakukan demikian. Namun, mungkin juga ada bagusnya Clammie ditidurkan seperti itu oleh sang ibu, karena jika tidak ditidurkan maka akan sulit bagi Clammie untuk pergi tidur sendiri dan mungkin malah akan berakhir mengerjai dirinya jika dirinya sudah naik ke lantai atas untuk pergi tidur nanti. Karena ibunya sudah membawa Clammie naik, Dalton memilih utnuk mendekati sang ayah yang sedang duduk di depan perapian dan meminum secangkir ar arak yang mereka buat dari fermentasi gandum juga beberapa buah berry yang mereka temukan dari hutan. Di depan perapian itu, jelas terlihat bahwa ayahnya sudah mulai mabuk walau perlahan. Karena ingin membicarakan sesuatu kepada ayahnya, Dalton memilih utnuk duduk di depan perapian seperti yang dilakukan oleh sang ayah walau pun tidak tidak minum arak seperti yang dilakukan oleh ayahnya, Gail. “Kau sudah mengantarkan Reese?” tanya Gail sesaat setelah Dalton duduk tepat di sampingnya, menghadap ke arah perapian. “Sudah. Tuan Wyne juga mengatakan kalau dia berterima kasih untuk dagingnya.” Jawab Dalton tanpa memandang sang ayah. Sepasang matanya terus melihat ke arah perapian dan tidak berkedip sedikit pun karena kehangatan yang disuguhkan oleh perapian di hadapan mereka di tengah cuaca yang cukup dingin malam itu. Dan harus Dalton akui bahwa ketika dirinya mengantarkan Reese, dirinya cukup menggigil dan sangat ingin kembali masuk ke dalam rumah tanpa terkecuali. Bahkan, sepanjang jalan pun pemuda ini tidak berhenti memegang kaca dari lampu yang menjadi penerangannya selama dirinya mengantarkan Reese. “Aku ingin bicara serius denganmu.” Ucap Dalton yang langsug membuat Gail melirik ke arah putra semata wayangnya. “Baik. Katakan, apa yang ingin kau katakan?” Gail akhirnya membiarkan anak sulungnya bicara serius dengannya. “Aku yakin kalau kau tahu tentang makhluk yang kita lihat tadi, bukan?” Dalton memulai percakapan mereka dari bagaimana ayahnya berekspresi ketika mereka menemukan makhluk yang memakan kepala rusa tadi di halaman belakang rumah mereka. Namun, alih-alih menjawab pertanyaan Dalton dengan cara normal, Gail hanya menghela napas kemudian menenggak arak yang masih tersisa banyak di dalam cangkirnya. Mungkin, arak itu memang baru saja dituangkan ke dalam cangkir dan sang ayah memang baru saja mencoba mulai minum. “Ayah, aku yakin kalau kau mengetahui sesuatu mengenai hal ini jadi, tolong jangan buat aku seperti orang bodoh dan menebak-nebak makhluk itu sendirian!” Dalton mulai meradang, dia tidak tahu bagaimana caranya memancing obrolan yang sederhana dengan sang ayah di tengah kepanikannya sendiri karena dia melihat makhluk mengerikan itu berkeliaran di sekitar rumah mereka dan adiknya, Clammie yang melihat makhluk itu juga berkelian tidak hanya sekali di sekitar rumah mereka. “Ayah. Jawab aku.” Dalton kembali memaksa. “Aku tidak tahu itu makhluk apa tapi yang jelas, aku yakin kalau dia bukanlah manusia atau pun hewan buas.” Jawab Gail yang terdengar terpaksa ketika dirinya mengatakan hal tersebut. “Jika bukan manusia atau pun hwan buas, lalu itu makhluk apa? Apa yang datang tadi ke tanah kita, ayah? Jelaskan padaku!” Dalton mulai meradang karena dia tidak bisa menunggu ayahnya untuk terus bicara basa-basi dan tidak langsung mengatakan apa yang menjadi pembicaraan utama mereka saat ini. Namun, tiba-tiba saja ayahnya langsung membentak Dalton. “Pelankan suaramu!” serunya. “Kalau ibumu mendengar ini, dia akan panik.” Tambah Gai yang semakin memperkuat perkiraan Dalton bahwa sang ayah memang mengatahui sesuatu mengenai makhluk itu. “Kalau begitu katakan padaku siapa makhluk itu?” pinta Dalton lagi. Gail menghela napas. Dia tidak tahu apa yang dirinya lakukan sekarang dan akan dirinya katakan pada sang anak adalah hal benar atau bodoh akan tetapi, karena Dalton sudah melihat makhluk itu, mau tidak mau dirinya harus mengatakan apa yang seharusnya dirinya katakan agar anaknya itu tidak bertindak gegabah dan bisa jauh lebih waspada pada apa yang berada di sekitarnya nanti setelah dirinya selesai berbicara. Gail menatap Dalton dengan sepasang mata yang terlihat tajam, diterangi oleh api dari perapian, membuat Gail terlihat sangat bengis untuk sesaat. “Namanya adalah Beatrix Essme. Dulu, di tahun seribu enam ratus satu, dia masih adalah manusia yang sama seperti kita. Dia makan, minum dan bergaul bersama dengan para orang-orang lainnya, memiliki suami dan sebuah rumah yang sejuk di tepi danau tak jauh dari Maryland. Sungguh sebuah kehidupan normal yang semua orang miliki di dunia ini. Beatrix memiliki rumah di dekat danau tak jauh dari kota di bagian selatan. Namun, beberapa anak menghilang dalam beberapa waktu berdekatan ketika mereka sedang bermain dan ada yang melihat bahwa anak-anak itu bermain di dekat rumah Beatrix, rumah yang jauh dari mana pun, tidak ada tetangga dan saudara, Beatrix bahkan hanya tinggal sendirian waktu itu dan semua orang menuduhnya melakukan penculikan pada anak-anak kemudian membunuh mereka demi sebuah ritual sesat." jelas Gail. Dalton yang tidak percaya menautkan sepasang alisnya dan berkata bahwa itu tidak mungkin. "Itu juga yang beberapa orang lain katakan. Pembelaan yang dilakukan oleh Beatrix bahkan mengatakan bahwa dirinya memang melihat anak-anak itu bermain dan berenang di danau dekat rumahnya tapi, setelah dirinya melihat anak-anak itu pergi ke danau, dirinya sama sekali tidak melihat anak-anak itu lagi." "Apa mereka tenggelam?" Tanya Dalton penasaran tapi, Gail hanya menggeleng. "Jika tenggelam, maka mayat anak-anak itu akan ditemukan tapi, pada kenyataannya tidak ada satu mayat pun yang ditemukan oleh warga, bahkan hingga beberapa hari pencarian pun, mereka tetap tidak menemukan mayat anak-anak itu di mana pun di sekitar danau setelah mengitarinya, begitu juga di dekat hutan yang tak jauh dari sana." jelas Gail yang semakin membuat Dalton tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh ayahnya tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN