Tidak Sadarkan Diri

857 Kata
"Kakak hanyalah teman sekaligus rekan kerja Kak Faisal. Berhubung Kak Faisal sudah tidak ada, jadi jangan datang ke sini lagi," jelas Shania. Kepalanya sudah terasa sangat berat. "Tidak, Shania. Aku tidak akan melakukannya." Reza menolak. "Apa Kakak ingin aku dianggap sebagai perempuan yang tidak baik?" Reza tidak mengerti. "Apa maksud kamu?" tanyanya. "Kak, kita bukan keluarga. Jadi kakak tidak pantas untuk datang ke rumah perempuan yang hidup sendiri." Reza mulai mengerti. "Siapa yang berbicara buruk tentang kamu? Aku akan langsung mendatanginya." "Sudahlah, Kak. Apa yang mereka katakan memang benar. Kakak laki-laki dewasa, akupun begitu. Hal seperti ini tidak baik sama sekali." Shania sudah sangat lelah sekali. "Aku ingin menjagamu, Shania." Reza menatap Shania dengan wajah penuh kefrustasian. "Aku sudah katakan berkali-kali. Kakak tidak perlu melakukannya." Kepala Shania bertambah berat. Penglihatannya juga mulai kabur. "Jangan menambah masalah hidupku lagi, jadi aku mohon agar Kakak tidak datang ke-" Belum sempat Shania melanjutkan perkataannya, dia hampir terjatuh ke lantai jika Reza tidak cepat menangkapnya. Reza menyentuh pipi Shania untuk pertama kalinya. Dia menepuknya dengan pelan. "Shania... Shania..." Tapi tidak ada respon. Reza tambah panik dan langsung menggendong Shania menuju mobilnya. Shania sudah tidak sadarkan diri dan rasa bersalah Reza bertambah. Harusnya Reza memantau Shania termasuk makanannya dan kebutuhannya yang lain. Reza benar-benar bodoh. Sepanjang jalan, Reza merutuki diri sendiri. Dia membawa mobil dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di rumah sakit terdekat. Kalau sampai Shania kenapa-kenapa, Reza tidak tahu akan menjalani hidup seperti apa lagi. Sesampainya dirumah sakit, Reza menggendong Shania dan meletakkan tubuhnya ke ranjang UGD. Dokter dengan cepat menangani Shania dan Reza menunggu di luar ruang UGD dengan perasaan kacau. Jam istirahat akan berakhir sebentar lagi. Reza tidak bisa meninggalkan Shania sendirian tapi dia juga harus kembali ke kantor. Reza benar-benar bingung. Mau tidak mau, Reza menghubungi adiknya. Dia meminta tolong untuk menjaga Shania sementara waktu sampai dia kembali lagi. "Aku kira kakak yang ditangani," ujar sang adik bernama Aran. Dia bahkan sudah terburu-buru datang ke rumah sakit. "Bukan, tapi seseorang." "Siapa?" Aran penasaran. Apalagi sampai kakaknya panik begini. "Namanya Shania. Tolong jaga sampai aku kembali." "Tapi-" "Aku tidak punya waktu lagi." Reza memberikan tas dan juga kartu debit miliknya. Aran sampai tidak percaya, apalagi kakaknya jarang memberikan kartu seperti ini. Aran seperti orang kebingungan. Entah siapa yang sedang dia jaga. Dia hanya tau namanya saja. Tidak lama kemudian, dokter datang keluar dan mencari wali dari pasien bernama Shania. Aran langsung mendekat dengan canggung. "Anda walinya?" Aran menangguk dengan ragu. Dokter langsung menjelaskan mengenai kondisi Shania. Dia sedang demam, kemudian sakit perut di masa datang bulan juga menyebabkan tubuhnya menjadi lemah. Shania akan dirawat selama satu atau dua hari tergantung perkembangannya nanti. Aran hanya mengangguk-angguk saja. Dokter menyuruhnya untuk mengurus administrasi terlebih dahulu. Aran masih bingung, tapi dia butuh identitas Shania. Kakaknya menyuruh mencari didalam tas. Aran langsung mencari dan benar saja ada kartu identitas Shania dia sana. Wajah yang tidak asing dan cantik. Aran terkejut. Bukankan perempuan ini yang sedang diincar temannya 1 bulan yang lalu? Kenapa bisa kenal dengan kakaknya? Banyak pertanyaan yang muncul. Namun Aran harus menyelesaikan proses administrasi sehingga Shania bisa dipindahkan ke ruang rawat inap. *** Aran menatap Shania yang terbaring di ranjang. Wajahnya benar-benar cantik. Pantas banyak anak kampus yang mengincarnya. Aran juga baru tahu kalau perempuan di depannya satu kampus dengannya. Hanya beda jurusan saja. Tidak lama, Reza datang. Wajahnya tampak kelelahan sekali. "Bagaimana keadaannya?" tanya Reza langsung. Padahal Aran sudah memberitahu lewat pesan WA. "Demam dan sakit perut datang bulan," jawab Aran singkat. Reza langsung melihat infus Shania, bahkan dia memperbaiki selimut Shania. Hal itu tidak luput dari penglihatan Aran. "Apa hubungan kakak dengan perempuan ini?" tanya Aran langsung. "Shania ini adik dari Faisal." Aran terkejut. Dia cukup mengenal Faisal. Tapi tindakan kakaknya ini terlalu berlebihan kepada adik dari teman seperjuangan. "Jadi kakak sedang menjaganya sebagai apa?" Reza mengerutkan kening. "Apa maksudmu?" "Tidak ada. Lupakan saja." Aran melihat jam di pergelangan tangan. Tampaknya dia harus segera pergi. Tentu saja Reza mengucapkan terima kasih karena Aran sudah menjaga Shania selama dia kembali ke kantor. Kondisi Shania yang sedang berada dirumah sakit diketahui oleh senior yang memang cukup dekat dengan Faisal. Bahkan baik Reza maupun Faisal sudah menganggapnya sebagai kakak laki-laki. Namanya Arjuna. Saat masuk ke ruangan rawat Shania, Reza menyambutnya dengan hormat. Seperti sudah menjadi kebiasaan dan Arjuna membalas hormat tersebut. "Apa yang terjadi dengannya?" tanya Arjuna. "Demam, Bang." Arjuna menghela nafas panjang. "Kalau begini sangat mengkhawatirkan kalau dia tinggal sendiri." Arjuna duduk di sofa dan Reza memberikan botol minuman. "Benar, Bang. Aku juga merasa begitu," balas Reza. "Apa dia tidak punya satupun saudara?" tanya Arjuna. "Setahuku tidak ada. Faisal dan adiknya hanya hidup berdua setelah kedua orang tuanya meninggal." Memikirkan tentang kondisi Shania, Arjuna merasa sangat kasihan sekali. Apalagi Shania masih muda tapi dia sudah melewati hal-hal yang berat. "Apa abang punya solusi?" tanya Reza. "Kamu hanya perlu memantaunya seperti biasa." "Dia tidak memperbolehkan aku untuk datang ke rumahnya lagi, Bang." Reza mulai menceritakan bagaimana Shania merasa terganggu dengan omongan tetangga atas kedatangannya. "Benar juga, apalagi kalian sama-sama dewasa dan tidak ada hubungan kekeluargaan." Arjuna tidak menyalahkan tindakan Shania. Pasti omongan orang-orang membuatnya juga tertekan. "Bagaimana kalau kamu menikahinya saja?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN