Menikah

860 Kata
Awalnya, Reza sama sekali tidak pernah membayangkan akan menikahi Shania. Bahkan ketika Arjuna terus-menerus mendorongnya dengan ide gila itu, Reza tetap bersikeras menolak. Pernikahan dengan Shania adalah hal terakhir yang pernah terpikirkan olehnya. Tapi hidup seringkali memberikan kejutan yang tidak terduga. Keputusan besar itu datang setelah Reza menemukan surat dari Faisal di tumpukan dokumen lama miliknya. Surat itu ditulis dengan tangan Faisal, penuh dengan rasa khawatir dan harapan terakhir untuk adik kesayangannya. "Reza, aku tahu ini permintaan yang berat. Tapi jika aku tidak ada lagi di dunia ini, aku memintamu menjaga Shania. Tidak ada laki-laki lain yang aku percayai selain dirimu. Jika dia belum memiliki pendamping hidup, aku ingin kamu yang melindunginya. Bahkan jika itu berarti menikahinya. Aku tahu kamu tidak akan pernah menyakitinya. Hanya kamu, Reza." Kata-kata dalam surat itu menghantam hati Reza seperti palu godam. Selama ini, dia telah menjaga Shania dengan caranya sendiri, memastikan adik mendiang rekannya itu tetap aman. Tapi surat ini membuka sisi lain dari tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Faisal tidak hanya meminta perlindungan fisik untuk Shania, tapi juga memastikan bahwa Shania tidak akan merasa sendirian. Reza berpikir keras selama beberapa hari. Hingga akhirnya, dengan hati yang penuh keraguan dan tekad yang bercampur aduk, ia memutuskan untuk mengikuti permintaan Faisal. Ketika Reza menyampaikan niatnya kepada Shania, reaksi Shania sudah bisa diduga. "Apa?!" Shania menatap Reza dengan mata terbelalak. "Kak Reza, apa kamu sudah gila?" Reza hanya bisa menunduk, merasa sedikit bersalah karena memberikan usulan yang pasti mengejutkan. "Dengar dulu, Shania. Aku tahu ini terdengar tidak masuk akal. Tapi ini adalah permintaan terakhir Faisal." "Permintaan terakhir?" Shania mengerutkan kening, bingung sekaligus kesal. "Kakakku tidak akan pernah meminta hal seperti itu!" Reza menarik napas panjang, mencoba mengendalikan emosi. Ia lalu mengeluarkan surat dari Faisal dan menyerahkannya kepada Shania. Gadis itu membacanya dengan gemetar, air matanya mulai mengalir ketika ia selesai membaca. "Ini benar tulisan kak Faisal..." bisik Shania dengan suara bergetar. "Aku tidak memintamu untuk menerima sekarang," ujar Reza dengan nada lembut. "Aku hanya ingin kamu tahu, ini adalah bentuk tanggung jawabku kepada Faisal. Tapi jika kamu tidak setuju, aku juga tidak akan memaksamu." Beberapa hari berlalu setelah percakapan itu. Shania awalnya menolak mentah-mentah, merasa bahwa ide menikahi Reza benar-benar gila. Bagaimana mungkin ia menikah dengan seseorang yang ia anggap seperti om-om? Pada akhirnya, Shania menerima lamaran Reza dengan syarat yang berat di hatinya. Pernikahan mereka digelar dengan sangat sederhana. Hanya keluarga inti Reza yang hadir, ditambah beberapa rekan kerja yang dekat dengan Faisal. Tidak ada pesta mewah, tidak ada kemewahan, hanya janji sederhana di hadapan penghulu dan saksi. Di hari itu, Reza membuat sumpah dalam hatinya: jika suatu saat Shania bertemu dengan laki-laki yang benar-benar ia cintai, maka ia akan melepaskannya. Karena bagi Reza, kebahagiaan Shania adalah prioritas utamanya. * Reza sudah menyiapkan satu kamar di dalam apartemen yang cocok dengan Shania. Dia berusaha memberikan tempat ternyaman dan teraman untuk Shania. Bahkan Reza sendiri yang menyiapkan tanpa bantuan siapapun. Semua perlengkapan telah disiapkan tempat tidur yang nyaman, meja belajar, dan beberapa hiasan sederhana yang ia pilih dengan hati-hati. Ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya, apalagi dengan Shania yang terlihat begitu hampa sejak kehilangan kakaknya. "Silahkan masuk," ujar Reza, suaranya terdengar agak canggung. Mereka akan tinggal di atap yang sama, menjalani hidup bersama meskipun tidak ada rasa cinta di antara mereka. Hanya tanggung jawab yang memaksa Reza untuk melakukan ini, menjaga Shania seperti amanah yang diberikan Faisal kepadanya. Shania melangkah pelan ke dalam kamar, matanya perlahan memindai setiap sudut ruangan. Semua terlihat nyaman dan tidak berlebihan. Sebuah ruangan yang cukup tenang dan aman untuknya. Namun, rasa canggung di antara mereka terasa begitu nyata. Seperti dua orang asing yang terpaksa berbagi ruang, namun tidak tahu bagaimana harus berinteraksi. Reza meletakkan sandal rumah di depan kaki Shania, memperhatikan gerak-geriknya yang agak ragu. "Terima kasih," ujar Shania dengan suara lirih, hampir tak terdengar. "Hm." Reza mengangguk singkat. "Semoga kamu nyaman tinggal di sini. Kalau ada yang kurang, katakan saja." Shania hanya mengangguk pelan, matanya tidak bisa menghindar dari pandangan Reza. Perasaan campur aduk mulai menghantui dirinya. Ia merasa berhutang budi kepada Reza, meskipun di dalam hati, ia merasa terjebak. Tidak ada perasaan cinta di antara mereka, hanya sebuah ikatan yang begitu rumit dan berat. Namun, satu hal yang tidak bisa disangkal adalah kenyamanan yang ia rasakan di dalam kamar itu. Reza berusaha keras memberikan tempat terbaik untuknya. Ia berusaha menciptakan ruang yang aman bagi Shania, meskipun kadang-kadang ia merasa kebingungan dengan peran barunya sebagai suami, meskipun tanpa cinta. "Aku akan tidur di ruang sebelah," lanjut Reza setelah hening sejenak. "Kalau butuh apa-apa, aku ada di sana." Shania hanya mengangguk lagi, meskipun ada perasaan tidak nyaman yang masih mengendap di dadanya. "Kak..." panggilnya. "Iya, Shania. Ada apa?" "Terima kasih." Shania mencoba untuk tersenyum walau terlihat palsu. Reza mengangguk, kemudian dia berbalik dan berjalan keluar, menutup pintu dengan pelan. Begitu pintu kamar Shania tertutup, sebuah keheningan yang asing melingkupi keduanya. Masing-masing terjebak dalam pikiran mereka sendiri. Shania menatap ruangannya lagi, merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Reza kembali ke ruang sebelah, mencoba menenangkan diri. Pikirannya terus berputar tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia sudah melakukan segalanya yang bisa ia pikirkan, namun perasaan bersalah dan canggung masih menghantuinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN