Maka kini buru-buru Barra rapihkan sajadahnya dan segera kembali ia hampiri sang Papa. Kembali Barra genggam satu tangan sang Papa juga menyalaminya takdzim. “Alhamdulillah, Papa sudah siuman. Barra benar-benar takut, Pa. Rasanya, Barra, gak akan sanggup jika harus kembali Barra melihat, Papa, dalam keadaan seperti itu. sebenarnya ada apa, Pa? Kenapa, Papa, sampai tidak tidur? Hal buruk apa yang sebenarnya saat ini sedang, Papa, Pikirkan sampai, Papa, kambuh hingga seperti itu? Apa, Papa, masih tidak percaya dengan setiap janji, Barra, kepada, Papa? Papa, itu masih ragu ya sama, Barra?” ucapnya dnegan begitu lembut namun masih dengan penuh kecemasan. Maka kini dengan segera, Papa, berusaha bangkit dari posisi tidurnya di bantu oleh Barra. Seraya kini Papa genggam kedua tangan putranya deng