Perempuan Berkerudung Merah

1762 Kata

Sepuluh menit menunggu di dekat pintu masuk, Ardan masih belum bisa menghubungi Ferril. Si bocah sableng itu sama sekali tak menghiraukan panggilan dan pesan darinya. Hal yang membuatnya frustasi. Hahahaaha. Ya iya lah. Wong orangnya sekarang sudah terbahak. "Nelpon kan?" Farras geleng-geleng kepala. "Dia nyariin lu tuh." "Bang Ardan tuh harus bisa mandiri. Masa ketemu cewek harus ditemenin sih?" Farras menghela nafas. Ya terserah sih. Hahaha. Walau mungkin benar juga. Ardan harus bisa sendiri dong. Masa iya ditemani terus? Hahaha. Belum tentu nikahnya barengan. Seperti kata-katanya sebelumnya, ia sih tak mau menunggu Ardan nikah duluan. Nanti lama. Hahahaha. "Abang mana?" Heran juga karena yang mau nikah gak kelihatan. "Galau kali. Emang orang nikah gitu ya? Lo dulu gimana?" "E

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN