Bukan Kesurupan

1033 Kata
Untung saja ia bertanggung jawab. Meski mobilnya ditahan. Para pengemudi dan orang-orang di sekitar sekolah tak mau ia membawa mobilnya. Takut kabur. Padahal ia sudah berjanji tak akan kabur. Tapi tentu saja mereka tak percaya. Alih-alih mengantar pulang bu guru Melati, ia malah dibawa menuju kantor polisi. Bahahaha. Sungguh akhir cerita yang menyedihkan. Mau tak mau, Ardan menelepon asisten papanya. Tentu saja meminta tolong mengurus mobil dan juga rumah sakit. Si pengendara motor yang dihantam pintu mobilnya tanpa sengaja. Padahal Allah baru saja menyelamatkan Ardan loh. Tadinya pengemudi motor itu hendak membacok jendela mobilnya. Tapi dengan izin Allah malah ia membuka pintu mobil lebih cepat dari yang diperkirakan. Alhasil ya si pengemudi malah terlempar ke jalanan dan hampir ditabrak kendaraan lain. Itu baru diketahui setelah satu jam pemeriksaan. Begitu pihak kepolisian mengecek CCTV. Tangan kiri si pengemudi motor yang hendak mengeluarkan celuritnya udah terlihat. Dan begitu tim kepolisian kembali memeriksa lokasj kejadian, ya meang ditemukan celurit yang jatuh ke saluran air seberang sekolah. Terlempar jauh ke sana. Sungguh kejadian yang hikmahnya benar-benar tak terduga. Ya benar. Meski Ardan keluar dari kantor polisi dengan apes. Setidaknya ia tidak jadi dipidana. Karena keluarga korban yang tadinya mau protes pun jadi malu sendiri. Ferril dan Adit yang menunggu di depan kantor polisi untuk menjemputnya, tak bisa berhenti tertawa. Tahu kenapa? Karena cerita Adel di grup keluarga besar mereka. Gadis kecil itu yang bilang kalau Ardan tak sengaja mencelakakan orang lain padahal hendak mendekat ibu gurunya. Hahaha. Sungguh-sungguh apes. Alih-alih berhasil berkenalan, ia malah diperiksa polisi hari ini. Baru malam keluar dari sana dan dinyatakan bebas. Sungguh hari yang panjang baginya. Lalu bagaimana dua adik sepupunya dan bu guru Melati tadi? Tentu saja pulang dengan taksi. Bu guru Melati yang mengantar keduanya ke rumah. Dari pada ikut Ardan ke kantor polisi. "Belum apa-apa udah firasat buruk, bro!" Adit mengoloknya. Ketiganya sudah masuk ke dalam mobil. Ardan hanya bisa mendengus. Ia sungguh apes. Sudah capek-capek menyiapkan diri untuk bertemu dengan bu guru Melati. Eeeeh nasib! "Bang, kayaknya emang harus ruqyah dulu deh. Takutnya lo diikuti setan jomblo yang naksir sama lo!" "HAHAAHAHAHA!" Kedua orang itu kompak sekali mengoloknya. Ya memang sudah biasa sih. Tapi meskipun kejadiannya malah begini, bukan berarti ia harus menyerah kan? Masih ada waktu untuk bertemu bu guru Melati. Kalian tadi pulang gimana? Ia mengirim pesan pada Adel. Adel segera membalas pesannya. Tenru saja pulang dengan selamat. Abang gak masuk penjara? Gak lah. Besok masih bisa ketemu bu guru kalian gak? Ia tentu saja tidak ingin kehilangan kesempatan. Kalau dilihat tadi, bu guru Melati memang secantik itu. Ia jadi suka. Namun yang menjadi masalah untuk ke sekian kalinya, apakah bu guru Melati akan mau padanya? Besok anterin kita aja, abang. Kalo mau, Adel bisa bilang sama abi! Adel mengusulkan ide. Kalau ide menjemput mereka pulang sekolah malah membawa bencana baru. Maka mari coba menyuruh Ardan untuk mengantar mereka ke sekolah. Apakah hasilnya akan sama? Nah perlu dibuktikan. Apakah kesialan ini benar-benar sudah mendarah daging atau hanya kebetulan? Ya udah. Besok abang anterin kalian sekolah! Tapi pagi-pagi loh, abang. Kalo telat nanti gak bisa ketemu bu guru! Ardan mengiyakan. Ia sungguh serius kali ini sampai tak mendengar olok-olok Ferril dan Adit sejak tadi. @@@ "Ada-ada aja." Aisha tak berhenti tertawa begitu tahu kisah anaknya hari ini. Ia bahkan baru saja tiba di rumah. Yeah tadi ada operasi dadakan di runah sakit. Suaminya sudah tiba sejak sore tadi bahkan membeli makanan untuk makan malam mereka. "Tapi aman kan?" "Tadi katanya gak sengaja itu menghantam orang yang justru mau ngerampok kayaknya. Ya setidaknya itu jauh lebih baik dari pada dia yang kenapa-napa." Ya Aisha juga setuju kalau begitu ceritanya. Dunia memang sudah gila. Makanya ia selalu mewanti-wanti anak-anaknya untuk berhsti-hati di mana pun. Karena kita tak tahu bahaya akan datang dari mana dan dengan cara yang seperti apa. "Kamu gak mau hubungi anak siapa itu?" "Dia gak mau. Katanya mau cari sendiri." Aisha mengangguk-angguk. Ya Ardan punya pandangan tersendiri. Menikah dengan sesama konglomerat itu baginya tak enak. Karena ada banyak ekspektasi. Ada banyak perjanjian. Ada banyak harapan jatah bisnis. Ia tak tertarik dengan hubungan semacam itu untuk sebuah pernikahan. Ia tak mau begitu. Sejauh ini ya, tidak ada satu pun dari mereka yang menikahi anak-anak konglomerat. Ya kalau Farras dan Ando tentunya berbeda cerita. Tiara menikah dengan Izzan. Keluarga Izzan ya hanya keluarga biasa yang kebetulan memang cukup berada. Namun memang tak sekaya mereka. Kalau saudara kembarnya kan jelas menikahi Adit yang mulai dari nol. Mereka mulai naik sedikit demi sedikit. Apalagi kan Dina artis. Ya tentu berpengaruh pada Adit dan perusahaannya. Ardan turun dari mobil Ferril. Tadi mereka mengantar Adit dulu. Baru kemudian sama-sama pulang. Aisha melihat kemunculan anaknya yang tampak lelah diinterogasi polisi. Ia tentu saja tak punya maksud untuk mencelakai. "Udah makan, Dan?" "Belum, ma." Ia lapar sekali. Tapi anehnya rasa lapar itu baru terasa sekarang. Tadi tidak terasa sama sekali. Ia mandi dulu lalu makan dengan ditatap dua orangtuanya. Tapi ia tak berkomentar apapun. Apa yang terjadi hingga ia mendadak diam? Lalu usai makan malah masuk ke kamarnya? "Ada yang salah?" Wira mengendikan bahu. Tak tahu. Mungkin anaknya lelah. Ya mungkin saja begitu. Jadi ya mereka juga tak terlalu menggubris. Sementara itu, Ardan langsung tidur. Yeah tubuhnya lelah. Tapi sengaja juga menyiapkan diri untuk mengantar dua sepupunya ke sekolah. Aisha agak aneh melihatnya sudah rapi dengan baju koko menuju ke masjid. Biasanya harus diteriaki dulu. Apa mau tobat karena mau mencari jodoh? Hahaha. Memangnya ada hubungannya? Ya ada dong. Hahaha. Kan biar Allah luluh. Jadi ia mulai memperbaiki dirinya. Ciyeeee. Uhuy. Usai solat, ia hanya sarapan sedikit lalu buru-buru berpamitan. Aisha dibuat terheran-heran. Anaknya gak kesurupan kan? Hahaahaha. Yang dipertanyakan justru baru tiba di depan rumah Adel dan Adeeva. Yeah sesuai janji, mereka akan berangkat pagi-pagi sekali. Ia sempat ikut masuk ke dalam rumah dan mencicipi sarapan pagi di rumah tantenya. Kemudian berangkat bersama dua gadis tengil yang bawel. Lalu apa kata Adel begitu mobil meninggalkan rumahnya? "Tumben abang keren." Hahahaha. Penampilannya tak seperti biasanya. Apalagi dengan celana sobek di bagian p****t. Ohooo. Tentu tidak. Ia selalu meriksa keamanan tubuhnya usai memakai baju. "Abang emang selalu keren tauk!" "Gak boleh bohong tauk, abaaang!" tutur Adeeva yang duduk di belakang. Sungguh jujur sekali. Haaha. @@@
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN