Sesuai apa yang dikatakan oleh Mayla, kini dirinya dan Darrance sudah duduk di sebuah meja yang berada di salah satu gazebo yang berada di taman istana. Tempat itu biasanya digunakan oleh para anggota kekaisaran untuk mengadan pesta di luar kediaman mereka. Sebenarnya, tadi Mayla dan pelayan pribadinya berniat untuk menjamu Darrance yang memiliki status tinggi di kekaisaran di kediaman pribadi Mayla. Namun, Darrance dengan sopan menolak dan meminta untuk mengadakan perjamuan sederhana di tempat terbuka saja. Tentu saja semua orang dengan mudah membaca alasan dibalik tindakan tersebut.
Ya, semua orang di kekaisaran Eilaxia sudah mengetahui bahwa Darrance sangat menjaga perasaan dan mempelakukan istrinya dengan istimewa. Tentunya hal itu membuat semua orang berpikir, jika Darrance yang menolak untuk dijamu di kediaman pribadi Maylan, adalah sikap untuk menjaga perasaan istrinya. Mayla sendiri tampak tidak keberatan dan kini berkahir menjamu Darrance dengan sederhana di gazebo. Para pelayan serta Louis berdiri beberapa langkah dari gazebo, tentu saja memberikan ruang bagi jungjungan mereka untuk berbicara dengan nyaman.
Mayla meletakkan cangkirnya dan menatap Darrance yang kini tengah memainkan jemarinya di bibir cangkir. Mayla tentu saja tahu jika kini Darrance mulai merasa bosan. Namun, Darrance tengah mencoba menjaga kesopanannya pada keluarga kekaisaran. Sebenarnya, hal ini terasa lucu bagi Mayla. Dirinya dan Darrance sudah saling mengenal sejak kecil. Mungkin, bisa dibilang jika Darrance, dirinya, dan kakaknya tumbuh besar bersama, mengingat seberapa sering mereka bertemu dan bersama sejak kecil. Namun, hingga tumbuh dewasa seperti ini, Darrance sama sekali tidak pernah bersikap padanya dan kakaknya. “Maaf jika aku membuatmu merasa bosan dengan menjamu dirimu seperti ini, Darrance.”
Kening Darrance mengernyitkan keningnya tipis saat mendengar Mayla menyebut namanya tanpa gelar kehormatan atau menyebut nama keluarganya. Darrance segera melirik para pelayan yang untungnya berada di jarak yang Darrance yakini tidak akan mungkin bisa mendengar pembicaraannya dengan Mayla. Darrance kemudian menatap Mayla dengan tajam. Netra biru gelapnya memberikan peringatan yang jelas, meskipun Darrance sama sekali tidak membuka suara. “Sebaiknya Putri mengingat status kita, dan di mana kita berada. Istana bukan tempat di mana Putri bisa bicara santai seperti ini. Jika ada yang mendengar apa yang dikatakan oleh Putri barusan, akan ada segunung masalah yang menunggu Putri, dan aku.”
Mayla mengulum senyum. “Ah, apa ini berkaitan dengan diriku yang hanya memanggil namamu tanpa gelar atau nama keluargamu? Memang benar, jika ada orang yang mendengarnya, dan tidak tahu statusmu yang sudah beristri, pasti akan mengira jika aku adalah kekasihmu. Jika pun mereka mengetahui kau sudah menjadi seorang suami, mereka pasti menyimpulkan jika aku adalah wanita simpananmu.”
“Putri, tolong perhatikan ucapanmu!” seru Darrance membuat Mayla semakin tersenyum lebar.
Para pelayan serta Louis yang berada cukup jauh dari gazebo tentu tidak bisa mendengar pembicaraan mereka. Namun, mereka semua tidak bisa menahan diri untuk terkagum. Jika saja, Darrance belum menikah, Darrance akan sangat cocok untuk menjadi pendamping Mayla. Sayangnya, Darrance sudah lebih dulu mendapatkan seorang pendamping untuk seumur hidupnya. Lagi pula, tidak mungkin jika Mayla dijadikan selir oleh Darrance. Itu sama saja dengan menginjak-injak keluarga kekaisaran. Toh, dari karakter Darrance, sepertinya sangat tidak mungkin untuk melakukan hal tersebut.
“Baik, sepertinya kita tepikan dulu pembicaraan itu,” ucap Mayla sadar jika Darrance sudah mulai kesal dengan tingkahnya yang memang terkadang tidak bisa menahan diri untuk menggoda Darrance.
“Aku mengajakmu bicara sebenarnya untuk membicarakan perihal istrimu. Aku dengar, rupanya Duchess sudah bangun dari tidur panjangnya. Apakah itu benar?” tanya Mayla ingin mengonfirmasi kabar yang ia dengan beberapa hari yang lalu dari seseorang yang memang ia tugaskan untuk mengumpulkan informasi-informasi penting di luar dinding istana kekaisaran. Karena itulah, Mayla selalu tidak pernah ketinggalan dengan kabar yang beredar di ibukota atau sekitarnya, walaupun Mayla sangat jarang ke luar dari istana karena terikat dengan peraturan yang ditetapkan sejak turun temurun.
Darrance terdiam. Ia semakin yakin jika ada seseorang yang ditempatkan oleh keluarga kekaisaran di mansionnya, dan bertugas untuk menjadi mata serta telinga yang akan melaporkan apa saja yang terjadi di dalam kediamannya yang memang selalu tertutup bagi kalangan umum. Jika sudah seperti ini, Darrance sama sekali tidak bisa berbohong bahwa Jolicia masih belum sadarkan diri. Ia lebih baik mengatakan hal yang jujur. “Ya, istriku memang sudah bangun beberapa hari yang lalu,” jawan Darrance singkat.
Mayla tampak tersenyum. “Kalau begitu, itu adalah kabar yang baik bagi kita semua. Pasti semua orang senang mendengar kabar jika sang Duchess yang mereka cintai sudah terbangun dari tidur panjangnya. Kau tentu tau, bagaiman reaksi rakyat saat kabar bahwa Duchess mengalami hal yang tidak mengenakkan hingga tidak sadarkan diri dan absen dalam waktu lama dari pergaulan kalangan bangsawan. Tapi kenapa kau tidak segera mengumumkan perihal bangunnya Nyonya Duchess? Ah, apa mungkin ada hal yang terjadi pada Nyonya?” tanya Mayla tepat sasaran.
Darrance yang sudah terlatih tentu saja tidak dengan mudah terpancing. Ia masih menampilkan ekspresi normal yang membuat terlihat sangat tampan. “Ya, kamu benar. Ada beberapa hal yang membuatku tidak bisa segera mengumumkan bahwa istriku sudah sadar. Namun aku rasa, aku tidak perlu menjelaskan alasanku itu. Karena itu sudah berkaitan dengan masalah keluarga dan kediamanku,” jawab Darrance dengan tenang.
“Baiklah, aku juga tidak akan memaksa untuk mengetahui apa masalah yang terjadi di kediamanmu. Hanya saja, kau tidak boleh terlalu lama menyembunyikan Nyonya Duchess di kediaman. Semua orang di pergaulan bangsawan tentu saja sudah menunggu kehadiran Nyonya kembali di tengah-tengah kami. Karena itulah, secara pribadi aku mengundang Nyonya Duchess untuk hadir dalam acara pemberkatan tahunan.” Mayla tetap memasang senyumannya.
Darrance sudah menebak jika hal inilah yang akan dikatakan oleh Mayla padanya. Namun Darrance sama sekali tidak bisa menghindari hal ini. Acara pemberkatan tahunan yang selalu diperingati dengan pesta dikekaisaran akan mengundang para bangsawan untuk menghadiri pesta pada malam hari, setelah siang harinya pesta terbuka akan diselenggarakan untuk seluruh rakyat kekaisaran Eilaxia yang akan mendapatkan pemberkatan oleh Uskup Agung. “Aku sama sekali tidak bisa menolak undangan Yang Mulia ini, bukan? Meskipun aku mengatakan jika kondisi istriku tidak memungkinkan untuk menghadiri pesta, Putri pasti akan tetap memintaku dan istriku untuk tetap hadir.”
Mayla yang mendengarnya tentu saja tidak bisa menahan diri untuk terkekeh manis. Ia memainkan jemarinya di atas meja dan berkata, “Ternyata kamu masih sangat mengenal karakterku. Ya, aku memang sedikit, ah maksudku sangat memaksamu untuk membawa istri manismu itu hadir dalam pesta pemberkatan. Tenang saja, aku juga akan menghabiskan waktu bersama para nona dan nyonya bangsawan yang hadir. Kamu bisa mempercayakan diriku untuk menjaga Nyonya Duchess selama dirimu masih menjalankan tugas bersama para pria bangsawan lainnya.”
“Saya terima undangan dari Yang Mulia ini. Namun, Yang Mulia Putri yang terhormat tidak perlu repot-repot untuk menjaga atau melindungi istri saya. Karena istri manis saya lebih dari mampu untuk melindungi dirinya sendiri.” Setelah mengatakan hal tersebut, Darrance bangkit dari duduknya.
Darrance menunduk sedikit dan berkata, “Semoga kesehatan dan kemakmuran selalu menyertai Yang Mulia Putri. Saya undur diri.”
Darrance pun segera berbalik pergi dengan Louis yang mengikutinya. Kepergian Darrance tersebut ditatap lembut oleh Mayla. Putri cantik berambut pirang tersebut meraih cangkir tehnya dan menyesapnya dengan anggun. Tidak ada siapa pun yang bisa membaca apa yang ada dalam kedalaman matanya. Dan tidak ada siapa pun yang bisa membaca isi hatinya, serta apa yang tengah ia rencanakan saat ini. Karena beberapa saat kemudian, Mayla tersenyum di balik bibir cangkir teh yang menutupi bibir tipisnya.
**
Malam tiba dan Darrance masih sibuk untuk mengurus setumpuk pekerjaannya. Ia berencana untuk menyelesaikan semua pekerjaannya ini sebelum kembali memeriksa kondisi Jolicia yang ia dengar sempat kembali muntah hebat beberapa saat sebelum dirinya tiba di kediaman Duke Baxter tersebut. Namun saat ini, Darrance memang bisa sedikit lebih lega karena Briana memang sudah sepenuhnya tinggal di kediaman ini untuk terus bersiaga jiak sewaktu-waktu kondisi Jolicia memburuk seperti tadi sore. Darrance terus fokus membaca semua laporan yang berkaitan dengan kepengurusan daerah yang berada di bawah kuasanya.
Darrance adalah seorang Duke yang memiliki daerah kekuasaan yang bernama Brook, atau sering disebut sebagai Duchy Brook. Daerah ini terkenal sangat subur dengan sebuah sungai jernih yang tidak pernah mengering sebagai sumber mata air bagi rakyat Darrance. Selain itu, di ujung daerah ini ada sebuah pertambangan batu mulia yang menjadi salah satu sumber kekayaan bagi daerah dan Darrance sendiri. Karena itulah, semua rakyat Darrance bisa hidup dengan begitu berkecukupan dan nyaman. Bahkan, diantara semua rakyat kekaisaran, rakyat yang tinggal di daerah Duchy Brook inilah yang dikenal sangat makmur.
Darrance membubuhkan tanda tangan di sebuah berkas yang berkaitan dengan tambang batu mulianya. Darrance memang tengah mengembangkan usaha yang akan semakin membuat rakyatnya hidup makmur. Usaha tersebut tak lain adalah untuk membiarkan para rakyat yang berkompeten untuk mengolah batu mulia dan menjualnya di bawah pengawasan kediaman Duke tentunya. Namun saat Darrance sibuk dengan tugasnya, seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya. Louis yang memang membantu Darrance untuk memilah semua laporan, tentu saja segera bangkit dan membukakan pintu.
Saat itulah seorang pelayan terlihat dengan membawa sebuah nampan. Louis melihat isi nampan yang tak lain adalah sebuah amplop dengan segel yang sangat ia kenali. Ajudan yang sering kali merangkap tugas sebagai footman tersebut segera mengambil alih nampan dan meminta pelayan itu kembali ke tempatnya. Louis kembali dan melihat tuannya sudah menatapnya dengan dingin. “Apa itu dari istana?” tanya Darrance.
Louis mengangguk dan menyerahkan nampan agar Darrance bisa melihat hal tersebut. Darrance meraih amplop dan membukanya untuk membaca isi surat. Ternyata itu adalah undang resmi berkaitan dengan pesta pemberkatan tahunan. Darrance meletakkan surat undangan tersebut dan memijat pelipisnya. Ya, ia memang merasa pusing. Louis tentu saja sudah bisa membaca apa yang sudah terjadi di sini. “Tuan, kondisi Nyonya masih belum stabil. Lagi, Nyonya pasti melupakan semua hal yang telah ia pelajari mengenai relasi keluarga Duke dengan keluarga bangsawan lainnya. Dengan waktu yang tersisa, saya tidak yakin jika Nyonya bisa tampil sempurna di acara tersebut. Saya takut, jika Nyonya malah akan mendapatkan masalah.”
Darance mengetuk-ngetuk jemari telunjuknya di atas kertas undangan tersebut. “Sepertinya kau sangat mencemaskan perihal lupa ingatan istriku. Tidak perlu menutupi hal tersebut. Karena jika terlaul berusaha, hal itu malah akan membuat kecurigaan dan menjadikan musuh-musuh kita malah menyerang istriku itu. Jadi, fokuskan untuk membantu Jolicia mengenai semua yang berkaitan dengan pergaulan kelas atas dan relasi kita dengan para keluarga bangsawan. Pastikan jika Jolicia tidak akan diserang karena hal itu oleh para wanita bangsawan di pergaulan kelas atas.”
“Baik, saya akan memastikannya Tuan,” jawab Louis menyanggupi perintah tuannya.
“Katakan juga pada Freya untuk menyiapkan segala hal untuk kemunculan pertama Jolicia di pergaulan itu.” Darrance pun bangkit dan membawa kertas undangan sebelum melangkah pergi meninggalkan ruang kerjanya. Untuk sekarang, Darrance harus menyelesaikan masalah yang lebih mendesak. Jika dirinya sudah berbicara dengan Jolicia perihal masalah ini dan mendiskusikannya dengannya, Darrance bisa lembur untuk menyelesaikan semua pekerjaannya agar tidak tertunda lebih lama.
Darrance tidak mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamarnya yang kini hanya ditinggali oleh Jolicia seorang. Darrance melangkah hingga berada di tengah ruangan dan melihat sosok Jolicia yang kini tengah bersiap untuk tidur. Freya ada di sana dan tengah membantu Jolicia menyisir rambut cokelat keemasannya yang indah. Menyadari jika Darrance hadir di sana, Freya pun segera menyelesaikan tugasnya dan undur dari kamar tuan dan nyonya secepat mungkin. Kini tinggal ada Darrance dan Jolicia di sana.
Darrance beranjak untuk duduk di kursi, tentu saja Jolicia yang mengenakan gaun tidur segera bangkit untuk mendekat pada sosok pria yang menjadi suaminya itu. Setelah Jolicia duduk di seberang Darrance, saat itulah pria itu menyerahkan amplop bersegel istana yang sudah ia buka tadi. Jolicia tentu saja bisa mengenali segel resmi yang digunakan oleh istana kekaisaran. Ia membukanya dan merasa cemas saat membaca isi surat. Jolicia kembali meletakkan surat tersebut dan bertanya dengan cemas, “Pesta pemberkatan tahunan? Apa aku juga harus hadir di sana?”
Darrance tentu saja bisa membaca apa yang dicemaskan oleh Jolicia saat ini. Darrance sendiri tidak bisa berbohong dan meminta Jolicia untuk tidak cemas. Apa yang terjadi memang perlu dicemaskan, hanya saja tidak perlu berlebihan. Darrance mengganguk. “Kita mendapatkan undangan lansung dari Kaisar dan Putri. Mereka sudah tau perihal dirimu yang sudah bangun dari tidur panjangmu, bahkan Putri Mayla secara khusus mengundangmu. Para musuh keluarga kita tentu saja akan menjadikan ketidakhadiranmu sebagai bahan untuk menyerang dirimu. Aku yakin, jika semua orang di ibukota bahkan kekaisaran ini, sudah mendengar perihal dirimu yang sudah bangun. Aku tidak bisa berbuat apa pun lagi selain membawaku ke pesta pemberkatan tersebut.”
Kini, kecemasan Jolicia semakin menjadi-jadi. Sungguh, Jolicia belum siap untuk muncul di pergaulan kelas atas di mana isinya adalah para nona dan nyonya bangsawan bahkan tuan putri. Sejak upacara kedewasaan di mana seorang nona muda diperkenalkan secara resmi dan diperbolehkan untuk menghadiri pesta-pesta lain, Jolicia hanya bisa menghitung dengan sebelah tangan, kapan dirinya menghadiri jamuan minum teh atau pesta yang diselenggarakan oleh kalangan bangsawan tersebut. Tentu saja hal itu membuat Jolicia tidak berpengalaman untuk bersosialisasi dan berhadapan dengan banyak orang.
Terlebih, kini Jolicia kehilangan ingatannya baru-baru ini. Jolicia menggigit bibirnya. Jolicia mungkin tidak apa-apa jika melakukan kesalahan dan dipermalukan, tetapi statusnya sebagai seorang Duchess tentu saja membuatnya harus melakukan semua itu tanpa cacat. Nama baik Duke juga dipertaruhkan saat ini. Jolicia tentu saja cemas, jika pada akhirnya dirinya hanya akan membuat Darrance malu dalam pesta tersebut. Jolicia yakin, jika dirinya akan menjadi pusat perhatian bahkan kemungkinan akan menjadi bintang di mana semua orang akan mengelilingi serta mengajukan pertanyaan padanya.
“Tidak perlu cemas, Cia. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri,” ucap Darrance membuat pikiran Jolicia buyar begitu saja.
Jolicia mengangkat pandangannya dan bertanya, “Tapi bagaimana jika nanti aku malah mempermalukan Tuan Duke?”
“Kau istriku, tidak ada kata mempermalukan di antara kita. Aku menghargai setiap apa yang kau lakukan dan katakan, jadi, tidak perlu cemas. Jadilah dirimu sendiri, dan itu sudah lebih dari cukup untukku. Jadilah diri sendiri, dan bahagialah,” ucap Darrance serius.
Jolicia tertegun mendengar apa yang dikatakan oleh Darrance. Jolicia tanpa sadar menarik pandangannya dan menghindari tatapan Darrance yang dalam saat merasakan sesuatu dalam dirinya terasa bergetar oleh sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh Jolicia. Darrance menyangga dagunya saat mengamati pipi putih Jolicia yang bertahap memerah dengan cantiknya. Ia sudah lama tidak melihat rona itu. Ya, semenjak Jolicia terbaring dalam kondisi medis koma, Darrance sudah tidak pernah melihat Jolicia yang merona dengan cantiknya seperti ini.
“Aku suka melihatmu merona seperti ini,” ucap Darrance tiba-tiba membuat Jolicia tersentak dan menatap Darrance tepat pada kedua netranya.
Tanpa sadar, rona merah itu sudah menyebar dan berubah menjadi merah padam. Tentu saja hal itu semakin menghibur Darrance. Kini Darrance berpikir untuk menggoda Jolicia kembali. Jolicia tampak menghindari tatapan Darrance. Jolicia merasakan pipinya yang panas bukan main. Ah, ia sangat malu. Benar-benar malu. Kenapa mala mini Darrance bertingkah seperti ini? Jolicia pun bangkit dari duduknya dengan canggung dan berkata, “Se-sebaiknya Tuan kembali ke kamar Tuan saja. Saya sudah mengantuk. Dan saya rasa, Tuan juga perlu istirahat.”
“Ya, aku memang perlu istirahat. Tapi, bukankah ini adalah tempat yang tepat untukku? Ini adalah kamarku juga, jadi, bukankah aku tidak perlu pergi ke mana pun untuk istirahat?” tanya Darrance masih dengan menyangga dagunya menggunakan salah satu telapak tangannya.
Tentu saja hal itu membuat Jolicia semakin mati gaya dan tidak tahu harus berbuat apa. Darrance menahan diri sekuat tenaga agar tidak tersenyum. Jolicia benar-benar menggemaskan. Seharusnya Jolicia tidak bertingkah seperti ini, karena tingkah Jolicia ini malah membuat Darrance tergelitik untuk terus menggodanya, dan mendorong Jolicia mencapai batasannya. Darrance ingin melihat, seberapa merah Jolicia ketika dirinya benar-benar merasa malu. Membayangkannya saja sudah membuat Darrance bersemangat.