“Sudah selesai, Nyonya,” ucap Freya setelah menyematkan sebuah jepitan pita sederhana di kepangan rambut cokelat keemasan milik Jolicia yang indah. Di kekaisaran Eilaxia ini, hanya terhitung dengan jari yang memiliki rambut seindah Jolicia ini. Ah, mungkin, hanya Jolicia yang memiliki netra dan rambut seindah ini, setelah ibunya yang seorang Countess sudah meninggal dunia. Ya, keindahan dan kecantikan yang dimiliki oleh Jolicia, adalah turunan dari mendiang ibunya. Sepertinya, kecantikan ibunya hanya turun pada Jolicia, karena kakak Jolicia sendiri sama sekali tidak memiliki netra emas dan rambut cokelat keemasan.
Jolicia menatap pantulan dirinya pada cermin. Freya memang mengetahui seleranya dengan baik. Karena itulah, Freya memilihkan gaun serta perhiasan yang tidak terlihat mencolok. Semuanya sederhana, tetapi tidak menghilangkan identitas Jolicia sebagai seorang nyonya Duchess. Jolicia menggunakan gaun biru muda elegan dan perhiasan yang serasi dengan gaunnya. Jolicia tersenyum. “Terima kasih, Freya. Kemampuan tanganmu memang sangat baik,” ucap Jolicia dengan tulus.
Freya tentu saja balas tersenyum. “Nyonya tidak perlu berterima kasih. Nyonya memang sudah sangat cantik. Saya hanya perlu sedikit memoles agar aura cantik Nyonya semakin terlihat. Sekarang, mari kira turun. Nyonya tentu tidak lupa bukan masih ada beberapa hal yang harus kita urus berkaitan dengan pertemua dan pesta pemberkatan tahunan,” ucap Freya sembari mengulas senyum dan mengulurkan tangan untuk membantu Jolicia berdiri serta berjalan.
Jolicia tentu saja tidak membuang waktu. Ia segera menerima uluran tangan Freya. Keduanya lalu melangkah bersama menuju lantai satu di mana kegiatan belajar Jolicia akan berlangsung. Namun alangkah terkejutnya Jolicia saat Louis segera mengarahkan dirinya untuk menuju ruang tamu, dan melihat ada beberapa orang yang segera membuka puluhan kotak set perhiasan, serta puluhan gaun mewah yang cantik. Ketika Jolicia duduk, seorang wanita cantik segera tersenyum lebar dan memberikan hormat padanya. “Selamat pagi Nyonya Duchess Baxter. Semoga kesehatan selalu menyertai Anda. Saya Emely, saya datang untuk mencocokkan beberapa gaun, serta perhiasan dengan Nyonya, atas perintah Tuan Duke.”
Jolicia menerima salah tersebut dan mempersilakan Emely untuk duduk. Emely tampak lebih tua beberapa tahun daripada Jolicia. Wanita cantik itu tampak memiliki watak lembut yang mungkin serupa dengan Freya. Namun, Emely tampak menggeleng. “Bukannya saya menolak kebaikan hati Nyonya. Namun, saya memiliki banyak tugas yang harus saya selesaikan. Karena itu, saya mohon bantuannya, Nyonya,” ucap Emely yang tentu saja dimengerti oleh Jolicia.
Dibantu oleh Freya, Jolicia berdiri dan Emely segera bekerja untuk mengukur tubuh Jolicia guna ukuran gaun yang akan dibuat oleh Emely. Setelah selesai, Emely kembali mempersilakan Jolicia untuk kembali duduk. Emely juga mengarahkan para pekerjanya untuk memilah puluhan gaun dan puluhan set perhiasan. Setelah merasa cukup, Emely pun menunjuk semua gaun dan perhiasan yang berada di sebelah kanannya. “Nyonya, itu adalah gaun dan perhiasan yang cocok untuk dikenakan oleh Nyonya sehari-hari, atau untuk menghadiri acar perjamuan teh atau pesta resmi,” ucap Emely lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.
Jolicia mengernyitkan keningnya. “Bukankah kamu datang untuk memberikan gaun untuk pesta pemberkatan nanti? Kamu juga baru mengukurku tadi,” ucap Jolicia tentu saja tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
Emely mengulas senyum. “Nyonya, saya datang atas perintah Tuan Duke untuk mengukur tubuh Nyonya dengan akurat, dan memastikan Nyonya akan nyaman dengan gaun pesta untuk pesta nanti. Semua gaun dan perhiasan yang saya bawa hari ini, adalah pesanan Tuan Duke. Untuk gaun pesta nanti, saya akan membuatkan yang baru dan tentu saja gaun itu akan menjadi gaun yang paling indah yang pernah orang-orang lihat,” ucap Emely.
Jolicia mati-matian untuk tidak menghela napas setelah melihat dan mendengar apa yang dikatakan oleh Emely. Jolicia merasa kepalanya pening bukan main. Ayolah, sudah berapa banyak uang yang Darrance habiskan untuk semua ini. Jolicia menatap puluhan gaun yang dikatakan oleh Emely akan menjadi miliknya. “Emely, bolehkan aku meminta untuk sisakan beberapa gaun dan perhiasan saja? Semua gaun ini terlalu berlebihan. Aku harap kamu mengerti, suamiku memang terkadang bertindak berlebihan. Semoga kamu bisa memakluminya dan tidak merasa tersinggung. Dan aku rasa, kamu tidak perlu membuatkan gaun baru, aku bisa memilih salah satu dari gaun yang telah kamu bawa untuk menghadiri pesta nan—”
“Jangan dengarkan istriku, ka hanya perlu melakukan apa yang sudah aku katakan,” potong Darrance yang muncul diikuti oleh Chaiden dan Briana di belakangnya.
Jika Emely bangkit dari duduknya dan mempersilakan Darrance untuk duduk, maka Jolicia menatap suaminya dengan agak kesal. Tentu saja Darrance mengerti dengan alasan kesal Jolicia ini. Darrance menahan diri untuk tidak tersenyum dan menopang dagunya dengan salah satu tangannya. “Tidak perlu merasa kesal seperti itu. Aku memiliki segudang uang dan emas yang tidak akan habis hanya untuk membelikan gaun satu butik untukmu. Lagi pula, ini adalah kali pertama aku memberikan hadiah untukmu setelah kau bangun dari tidur panjangmu. Jadi, tidak perlu terlalu dipikirkan. Jika semua ini masih kurang, aku tidak keberatan untuk kembali memesan perhiasan atau gaun untukmu.”
“Aku tidak kesal, aku ha—”
“Kamu kesal,” potong Darrance membuat wajah manis Jolicia tampak semakin mengerut kesal dan tampak begitu menggemaskan. Tentu saja Darrance yang melihatnya tidak akan menahan diri untuk menggoda Jolicia lebih daripada ini. Namun, diam-diam tangan Darrance memberikan isyarat pada semua orang untuk ke luar dari ruangan tersebut. Tentu saja, Jolicia yang masih kesal dengan tingkah Darrance tidak menyadari saat semua orang ke luar dari ruangan dan menyisakan pasangan suami istri tersebut di dalam ruang keluarga.
“Aku tidak kes—”
“Kamu kesal,” potong Darrance lagi.
Hal itu membuat Jolicia memejamkan matanya merasa sangat kesal dengan tingkah Darrance yang tampak sengaja menggodanya. Jolicia memejamkan matanya merasa begitu kesal dan ingin mencubit Darrance yang selalu menampilkan ekspresi kaku padanya. Jolicia membuka matanya dan berkata, “Ya, aku memang kesal. Seharusnya Tuan tidak membuang-buang uang hanya untuk membeli gaun seperti ini. Aku hanya perlu beberapa gaun, bahkan hanya perlu satu gaun untuk menghadiri pesta pemberkatan tersebut. Sebaiknya, kini kembalikan beberapa gaun pada Emely.”
Jolicia menoleh berniat untuk berbicara dengan Emely. Namun Jolicia mengerutkan keningnya saat tidak melihat siapa pun di ruangan keluarga tersebut. Jolicia lalu kembali menatap Darrance dengan rasa jengkel yang meningkat saat melihat ekspresi menggoda dari Darrance. Apakah boleh Jolicia memukulnya sekali saja? Jolicia benar-benar ingin memukul atau menjambak rambut tebalnya yang tampak halus tersebut. Namun, Jolicia segera mengatur napasnya. Ia tidak boleh terlihat semakin kesal, atau malah marah pada Darrance. Bisa-bisa Darrance malah semakin menggodanya.
Darrance mengulum senyum. “Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali? Aku sama sekali tidak keberatan, malah membuang uang untuk membeli gaun dan perhiasan seperti ini, kau malah membuatku sedikit terbantu,” ucap Darrance sembari menatap wajah istrinya dengan dalam.
Jolicia mengernyitkan keningnya. Tentu saja ia tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Darrance. “Maksud Tuan?” tanya Jolicia sembari menatap balik netra Darrance yang tampak begitu misterius, tetapi Jolicia tidak bisa menampik jika netra itu tampak begitu indah. Keindahan yang membuat Jolicia terundang untuk menyelami kedalaman netra biru gelao tersebut.
Darrance kembali mengulum senyum. Ada binar geli dalam netranya saat dirinya menjawab, “Kau membuatku mengurangi sedikit isi gudang hartaku. Jika dibiarkan terlalu lama, bisa-bisa gudangku akan meledak karena terlalu penuh.”
Jolicia tampak ternganga dengan apa yang ia dengar dari Darrance. Kenapa bisa Darrance bisa searogan ini? Jolicia mengerucutkan bibirnya dan mengernyitkan keningnya dalam-dalam. Tentu saja Darrance merasa begitu gemas dengan ekspesi istrinya. “Kamu terlihat sangat manis dengan ekspresi seperti itu,” ucap Darrance jujur dengan gaya yang begitu santai.
Namun, apa yang Darrance katakan tersebut membuat Jolicia merasa begitu malu. Bahkan, wajah Jolicia menjadi begitu merah saat ini. Rona merah yang indah tersebut terus menyebar hingga leher dan bahu putih Jolicia yang begitu mulus. Tentu saja hal itu membuat Darrance semakin antusias saja menggoda Jolicia. Darrance mengulum senyumnya. “Ah, aku jadi semakin antusias. Aku ingin melihatmu terus menampilkan ekspresi seperti ini,” ucap Darrance sembari menunjukkan senyum yang membuat jantung Jolicia terkena serangan hingga berdegup tidak terkendali.
**
Kabar mengenai Madam Emely yang membawa selurus isi tokonya yang berupa gaun-gaun indah serta puluhan set perhiasan menuju kediaman keluarga Duke Baxter dengan mudah tersebar ke seluruh penjuru ibu kota dan penjuru kekaisaran Eilaxia. Semua orang membicarakan bagaimana sang Duke Baxter yang terkenal sebagai seseorang yang selalu bersikap dingin, kini tidak segan-segan menunjukkan sikap manisnya pada sang istri yang terkenal tertutup. Sebenarnya, ini bukan hal yang baru. Sejak menikah dengan Jolicia, Darrance memang sudah mengejutkan semua orang dengan semua tindakannya.
Namun, karena beberapa saat yang lalu keluarga Duke mengumumkan jika Jolicia keabsenan Jolicia dari pergaulan dan pesta bangsawan lainnya, disebabkan oleh Jolicia yang tidak sadarkan diri, kabar sikap manis Darrance pada Jolicia meredup. Kini, dengan Duke yang melakukan semua ini, tentu saja sudah membuat semua rakyat yang memang mencintai sang Duchess merasa sangat senang. Hal itu terjadi karena mereka bisa menyimpulkan jika Duchess memang sudah bangun dari tidur panjangnya. Mungkin, sang Duchess akan muncul pertama kali ketika pemberkatan tahunan nantinya. Semua rakyat sudah merasa tidak sabar untuk melihat Jolicia.
Selain itu, para rakyat juga tidak henti-hentinya memuji pasangan Duke dan Duchess yang begitu serasi. Mereka juga membicarakan bagaimana Duke yang selalu memperlakukan Duchess dengan begitu istimewa, dan hal itu bukan lah isapan jempol semata. Duke memang sangat mengisitimewakan Duchess, bahkan mungkin hanya sang Duchess wanita yang mendapatkan perlakuan istimewa seperti itu dari Duke yang selalu bersikap dingin.
Kabar mengenai apa yang terjadi di ibukota serta kediaman Duke Baxter tentu saja dengan cepat didengar oleh Mayla. Kini, Mayla tampak tengah menuliskan sesuatu pada kertas yang menghampar di hadapannya. Tulisan Mayla tampak begitu cantik dan elegan, membuat para pelayan pribadinya yang melihat tersebut tak bisa menahan diri untuk berdecak kagum. Mayla memang sosok putri yang memiliki segala hal dan memiliki kemampuan yang mumpuni dalam berbagai bidang. Tidak seperti putri lainnya, Mayla juga mempelajari teknik perang dan hal-hal berkaitan dengan hal tersebut. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Mayla tidak lumrah bagi seorang wanita di kekaisaran Eilaxia. Namun, statusnya sebagai putri yang dimanjakan oleh sang kaisar membuatnya bisa melakukan apa pun.
Mayla menyerahkan kertas yang sudah ia tulis pada salah satu pelayan. “Pastikan jika hal-hal yang aku tuliskan itu diperhatikan dengan lebih. Aku ingin, pesta pemberkatan tahun ini benar-benar sempurna. Ayahanda juga sudah memberikan kebaikan hatinya untuk memberikan kesempatan padaku untuk mengurus sebagai hal mengenai pesta ini. Jadi, tolong bantu aku ya,” ucap Mayla dengan mengulas senyum.
Tentu saja si pelayan mengangguk dan balas tersenyum dengan manisnya. “Saya akan memastikannya, Tuan Putri. Kalau begitu saya undur diri, semoga keselamatan dan keagungan selalu menyertai Yang Mulia,” ucap sang pelayan lalu undur diri dengan beberapa temannya.
Kini, di dalam ruang pribadi Mayla, hanya tersisa Mayla dan pengasuhnya. Mayla menghela napas dan menoleh pada pengasuhnya yang bernama Kira. “Kira tolong bukakan jendelanya, aku merasa sumpek,” ucap Mayla. Tentu saja Kira sama sekali tidak membuang waktu dan segera beranjak untuk membukakan jendela sesuai dengan apa yang diinginkan oleh tuan putri yang sudah ia asuh sejak lahir. Putri Mayla memang kehilangan ibunya sejak usia beberapa bulan, karena itulah Kira yang menjadi pengasuhnya, dan mengetahui setiap hal mengenai diri Mayla.
Mayla duduk di depan jendela dan memejamkan matanya menikmati udara yang berembus dengan tenang. Kira masih berdiri di dekatnya, tampak mengamati gerak-gerik Mayla dalam diam. Setelah beberapa saat Kira pun bertanya, “Apa ada sesuatu yang menggangu Yang Mulia?”
Mayla membuka matanya, tetapi sama sekali tidak menoleh pada Kira dan tetap menatap lurus ke taman istana yang sangat luas dan indah. Mayla tampak tidak menjawab secepatnya dan memilih untuk menimbang jawaban apa yang akan ia berikan pada pengasuhnya ini. Mayla mengulas senyum dan menjawab, “Aku hanya tengah memikirkan mengenai pesta pemberkatan. Aku merasa masih banyak hal yang harus aku urus untuk menjadikan pesta ini sesempurna yang aku inginkan.”
Meskipun tahu jika Mayla tidak mengatakan sepenuhnya yang ia pikirkan, Kira mengambil langkah aman untuk mengatakan, “Yang Mulia Putri tidak perlu secemas itu. Sejauh ini, semuanya sudah sangat baik. Yang Mulia Putri sudah bekerja keras. Saya yakin, Yang Mulia Putri akan berhasil melaksanakan tugas yang Yang Mulia Kaisar berikan ini.”
Mayla tersenyum dan menoleh menatap Kira. “Ya, aku akan memastikan semuanya sukses dan sempurna. Tentu kau tau jika kali ini adalah pertemuan pertama Duchess Baxter setelah sekian lama absen dari pergaulan atas. Sepertinya, aku harus menyiapkan pertemuan pawa wanita menjadi sebuat pesta kecil-kecilan untuk menyambutnya. Aku sepertinya harus memberikan hadiah kecil atau kejutan yang bisa membuatnya bahagia. Apa kau pikir ideku ini bisa aku lakukan?” tanya Mayla.
Kira menunduk sedikit dan berkata, “Nyonya Duchess pasti akan sangat berterima kasih dengan apa yang akan Yang Mulia lakukan.” Namun, tidak ada yang bisa membaca apa yang ada dalam kedalaman mata Kira. Bahkan, Mayla sendiri tidak bisa melihat atau membaca hal itu. Mayla kembali merubah posisi duduknya untuk menghadap jendela. Kini senyum manis menghiasi wajah cantiknya, menjadikan wajahnya semakin cantik saja.
“Ah, Kira, aku sampai melupakan satu hal. Pastikan jika gaun yang akan aku kenakan nanti benar-benar sesuai dengan yang aku inginkan. Nanti malam, aku ingin melihat dan mencobanya, agar tau apa yang perlu diubah,” ucap Mayla.
“Saya akan melakukannya sesuai dengan Yang Mulia inginkan,” jawab Kira cepat.
Kira melihat jam pasir yang berada di sudut meja belajar Mayla. Kira lalu berkata, “Ini sudah waktunya untuk camilan Yang Mulia. Apa saya bawakan sekarang? Atau Yang Mulia ingin camilannya disimpan untuk nanti saja?”
Mayla menggeleng. “Bawakan camilanku sekarang, ah jangan lupaka camilan untuk kesayanganku,” ucap Mayla sembari mengulurkan tangannya ke luar jendela, dan beberapa saat kemudian ada seekor burung yang terbang mendekat lalu hinggap pada tangan lembut Mayla.
Tentu saja hal itu membuat Kira panik. “Astaga, Yang Mulia! Bukankah saya sudah mengatakan berulang kali untuk menggunakan sarung tangan sebelum memanggilnya. Tangan Putri bisa-bisa tergores bahkan terluka karenanya,” ucap Kiran dan hampir mengusir burung yang masih bertengger di tangan Mayla.
“Jangan seperti itu, dia adalah hadiah yang diberikan oleh Ayahanda. Dia jinak dan tidak akan melukai diriku.” Mayla mengusap kepala burung tersebut dengan lembut. Burun tersebut memang hadiah yang diberikan oleh Ardolph pada putrinya saat beberapa bulan yang lalu. Burung ini memang jinak pada majikannya, tetapi akan menjadi pemangsa bagi orang-orang yang tidak ia kenali. Burung ini juga memiliki banyak kemampuan, salah satunya adalah menjadi burung pengantar pesan.
Mayla menatap Kiran. “Ambilkan makanan kesukaan kesayanganku ini. Aku harus membuatnya senang, sebelum memberikannya tugas yang penting,” ucap Mayla pada ibu asuhnya.
Tentu saja Kiran sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh Mayla. Kiran tidak mengatakan banyak hal dan segera menunduk hormat sebelum undur diri melakukan apa yang diminta oleh putri yang ia layani. Kini, Mayla kembari mengusap-usap dan memanjakan burung peliharaannya yang bernama Der. Mayla terdiam beberapa saat karena memikirkan sesuatu yang tampaknya sangat serius. Namun, Mayla mengulum senyum cantik saat mendapatkan sesuatu yang menurutnya sangat menarik.
Mayla menunuduk menatap Der yang juga tengah menatapnya dengan mata hewan buas, yang sama sekali tidak membuat Mayla takut. Mayla tersenyum dan berkata, “Aku akan memberikanmu makanan yang sangat enak. Karena itulah, kamu harus menjalankan tugasmu dengan baik.”
Seakan-akan mengerti, si burung pun mendengkur dan mengangguk-angguk. Hal itu membuat Mayla mengulum senyum. Ayahnya memberikan hadiah ulang tahun yang sangat berguna untuknya. Karena itulah, Mayla tidak akan ragu-ragu untuk memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Karena bagi Mayla, tidak ada hal yang tidak bisa ia dapatkan. Jika pun itu mustahil, Mayla akan membuat kemustahilan itu bertekuk lutut di hadapannya.
Ya, katakanlah jika Mayla adalah seorang putri yang egois dan arogan. Namun, Mayla tidak peduli dengan hal itu. Ia terlahir sebagai seorang putri, dan posisi ini sama sekali tidak bisa dibiarkan begitu saja bukan? Mayla akan mendapatkan semua yang ia inginkan selagi duduk di posisi ini. Dan mungkin saja, Mayla bisa melangkah dan duduk di posisi yang lebih tinggi, guna mendapatkan kekuasaan serta apa yang ia inginkan dengan lebih mudah. Memikirkan hal itu membuat Mayla merasa sangat senang. Mayla pun tersenyum dan bersenandung merdu.