Senang Bertemu Denganmu

2475 Kata
    Sejak pagi buta, Jolicia sudah dibangunkan dan dipaksa untuk berendam dengan air hangat yang sudah dicampur dengan berbagai bunga serta wewangian yang lainnya. Belum sampai di situ, Jolicia juga mendapatkan lumuran madu yang membuat kulitnya semakin lembut dan kenyal. Rambut cokelat keemasan milik Jolicia juga dicuci menggunakan ramuan wewangian yang bisa membuat helaian rambutnya semakin lembut dan wangi. Setelah itu, Jolicia kembali diminta untuk membilas tubuhnya dengan air hangat yang sudah disiapkan. Tentu saja para pelayan membantu Jolicia dengan sigap, dengan Freya yang mengatur dan memimpin mereka.     Kini, setelah tubuh Jolicia bersih dan wangi, Jolicia segera diarahkan untuk duduk di depan meja rias. Saat itulah Jolicia merasa begitu mengantuk. Akhir-akhir ini, Jolicia memang sangat mudah mengantuk dan lelah. Awalnya Jolicia merasa agak cemas, tetapi kini dirinya sudah lebih tenang dengan penjalasan Briana. Dokter muda satu itu berkata, jika ini adalah salah satu hal yang sering dirasakan oleh ibu hamil. Memang benar, kini Jolicia sering merasa mengantun, sedangkan rasa mual yang biasanya Jolicia rasakan sudah menghilang. Jolicia menguap dan menutup bibirnya.     Tanpa bisa ditahan, Jolicia pun tertidur dengan pulasnya dalam posisi terduduk di hadapan cermin rias. Freya dan yang lainnya tentu saja menyadari hal itu. Namun, mereka dengan kompak tidak membangunkan Jolicia, dan semakin berhati-hati untuk merias Jolicia. Bahkan saat mereka mengatur rambut Jolicia, mereka dengan hati-hati menyisi dan menyematkan berbagai hiasan rambut dengan sangat pelan agar tidak menyakiti Jolicia, serta membangunkan ibu hamil yang tengah tertidur dengan begitu pulas.     Waktu terus berjalan hingga Freya dan yang lainnya selesai merias, serta menata rambut Jolicia dengan sedimikian rupa. Setelah yakin jika hanya perlu menggantikan gaun tidur Jolicia dengan gaun pesta, saat itulah dengan lembut Freya membangunkan Jolicia. Agak susah membangunkan Jolicia yang rupanya tertidur dengan begitu pulas dalam posisi duduknya. Freya sendiri tidak mengerti, bagaimana bisa Jolicia bisa tidur dengan begitu lelap dalam posisi terduduk seperti ini. Beberapa saat kemudian Jolicia membuka matanya dan menunjukkan netra keemasan yang tampak memukau.     Jolicia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum tersadar sepenuhnya. Pipi Jolicia memerah dengan cantiknya saat menyadari jika dirinya tertidur. Saat Jolicia melirik kea rah jendela, sudah ada matahari yang mengintip malu-malu di sana. Berarti Jolicia sudah tidur dalam waktu yang lama. Jolicia tersenyum malu-malu dan membuat para pelayan merasa gemas dengan tingkah nyonya mereka yang sangat manis ini. “Nyonya, maafkan kelancangan yang membangunkan Nyonya. Saya hanya tidak ingin Nyonya sampai terlambat bersiap dan berkahir terlambat menghadiri pesta pemberkatan tahunan yang sudah kita persiapkan selama ini.”     Jolicia mengangguk. “Tidak apa-apa, terima kasih karena sudah membangunkanku, dan maaf karena aku tertidur,” ucap Jolicia lembut. Tentu saja Jolicia merasa bersalah. ketika semua orang sibuk untuk mempersiapkan dirinya guna menghadiri pesta, dirinya malah tertidur dengan begitu pulasnya.     “Tidak apa-apa Nyonya, kami tau jika Nyonya masih mengantuk. Sekarang, mari kami bantu untuk berganti gaun,” ucap Freya sembari mengulurkan tangannya pada Jolicia. Tentu saja Jolicia tidak membuang waktu terlalu lama dan segera meraih uluran tangan tersebut.     Meskipun itu bukan kali pertama Jolicia melihat gaun yang akan ia kenakan untuk pesta, tetapi Jolicia sama sekali tidak percaya jika Emely bisa membuat gaun seindah ini khusus untuknya. Gaun yang dibuat oleh Emely adalah gaun yang bisa digunakan oleh ibu hamil seperti Jolicia, tanpa harus menggunakan korset serta menekan perutnya terlalu berlebihan. Selain itu, Gaun ini memiliki desain tertutup yang sangat elegan dan sesuai dengan selera Jolicia. Warnanya yang biru gelap serta dengan aksen perak yang indah, membuat gaun itu semakin indah saja.     Dengan cepat, para pelayan segera membantu Jolicia berganti pakaian. Kini, Jolicia sudah siap. Begitu dirinya ke luar dari ruangan ganti, Jolicia terkejut saat melihat suaminya sudah berada di sana. Ya, Darrance datang untuk menjemput Jolicia. Darrance tentu saja mengenakan pakaian resminya sebagai seorang Duke dengan sebuah mantel dan jubah kebesaran seorang Duke. Di mana sulaman lambang keluarga terlihat jelas di sana. Darrance juga menata rambutnya dengan sedemikian rupa hingga membuat tampilannya begitu sedap di pandang. Jolicia tidak menyangka jika hanya mengubah sedikit gaya rambut, bisa membuat seseorang begitu berubah.     Darrance mengulurkan tangannya pada Jolicia. Tentu saja Jolicia melepaskan genggaman tangannya pada Freya, dan meraih tangan Darrance. Kini, Jolicia dan Darrance berdiri berdampingan. Membuat para pelayan berdecak kagum dengan keindahan yang mereka lihat. Jolicia juga tanpa sengaja melihat pantulan dirinya dan Darrance di cermin. Saat itulah, Jolicia merasa jika dirinya seakan-akan kembali melihat sebuah lukisan yang pernah ia lihat di ruang kerja Darrance. Jolicia juga baru sadar jika ternyata gaun dan setelan pakaian Darrance ternyata sangat serasi. Sepertinya Emely benar-benar bekerja keras untuk mengerjakan semua ini.     “Kau sangat cantik,” puji Darrance sembari memberikan kecupan pada pelipis Jolicia dengan lembut. Gerakan Darrance begitu lues, seakan-akan dirinya memang sudah begitu terbiasa melakukan hal tersebut.     Tentu saja Jolicia yang tidak memperkirakan tindakan Darrance tersebut, merasa begitu terkejut sekaligus malu. Wajah Jolicia memerah dengan mudahnya dan ia berusaha untuk melepaskan diri dari Darrance. Namun, Darrance dengan mudah menghentikan niat Jolicia. Kini, tangan sang Duke sudah berpindah dari menggenggam tangan Jolicia menjadi merangkul pinggang Jolicia yang sudah semakin berisi di kehamilannya yang tepat empat bulan. Darrance pun menghela istrinya untuk melangkah turun dari kamar mereka yang berada di lantai dua.     Tiba di luar mansion, Jolicia menatap takjub dengan para kesatria yang sudah berbaris rapi di belakang kereta kuda yang tak kalah menakjubkannya karena terlihat begitu indah. Louis membukakan pintu kereta, dan Darrance dengan lembut segera menghela Jolicia untuk memasuki kereta kuda yang sangat indah tersebut. Meskipun sudah duduk di dalam kereta, rupanya Darrance masih enggan untuk melepaskan rangkulannya pada pinggang Jolicia. Apalagi, kini Darrance bisa merasakan dengan jelas kecemasan yang mendera pada diri Jolicia.     Darrance menjulurkan tangannya yang bebas dan mengusap perut Jolicia yang memang sedikit menyembul dala balutan gaun biru kelam yang ia kenakan. Sentuhan lembut Darrance rupanya membuat Jolicia tersadar. Jolicia menoleh pada Darrance dan disuguhkan sebuah senyuman yang menakjubkan. “Tidak perlu cemas seperti itu, jadilah dirimu sendiri. Jika kamu cemas, anak kita juga akan merasa cemas dan bisa-bisa membuat ulah yang membuatmu tersiksa,” ucap Darrance lembut dan membuat hati Jolicia tersentuh dengan mudahnya.     Jolicia mengulum senyum. Ia tentu mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Darrance. Jolicia memang akan merasa mual dan munta parah saat merasakan emosi yang berlebihan, termasuk saat merasa cemas. Karena itulah, Jolicia memang harus mengendalikan perasaannya ini agar tidak terlalu parah. Tidak perlu waktu lama, kini Jolicia mendengar sorak sorai rakyat yang memang tengah menikmati pesta rakyat yang diselenggarakan di pusat ibu kota. Setelah kereta membelah keramaian, kini kereta kuda memasuki area istana kekaisaran.     Darrance turun lebih dulu dengan aura yang sanggup membuat para tamu undangan yang sebelumnya sudah sampai, menoleh dan melihat sosoknya yang superior dan begitu menakjubkan dengan auranya yang sangat menawan. Tak berapa lama, sosok anggun yang menawan ikut ke luar dari kereta kuda, dan membuat para kesatria dan para pria bangsawan yang melihatnya berdecak kagum. Ya, kecantikan Jolicia membuat semua orang merasa begitu bahagia hanya karena melihatnya saja. Setelah absen skeian lama dari pergaulan kelas atas, karena masalah kesehatannya, Jolicia tampak begitu cantik dengan aura seorang wanita terhormat yang semakin kuat saja.     Jolicia tidak terlihat gugup dan hanya memasang senyum tipis saat Darrance menghela dirinya dengan begitu lembut menuju pintu masuk utama istana. Darrance dan para pria bangsawan lainnya, memang hanya bisa mengantar pasangan mereka hingga pintu istana. Setelah mereka kembali dari tugas mereka membawa air suci, barulah mereka boleh masuk ke istana dan menemui kekasih hati mereka kembali. Darrance membuat dirinya saling berhadapan dengan Jolicia, ia menangkup wajah Jolicia dengan lembut sebelum berkata, “Ingat, jadilah dirimu sendir. Lakukan apa pun yang kamu anggap adalah hal yang paling baik. Aku akan selalu mendukungmu. Sekarang masuklah dan tunggu aku, Cia.”     “Terima kasih, Tu—”     “Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih, maka berikan aku sebuah hadiah,” ucap Darrance memotong ucapan Jolicia.     Jolicia mendongak dan menatap Darrance yang masih menangkup wajahnya dengan lembut. “Apa yang Tuan inginkan?” tanya Jolicia.     “Seperti aku yang memanggilmu dengan panggilan kecilmu, aku juga ingin mendapatkan panggilan itu. Aku ingin kau kembali memanggilku dengan nama kecilku, Cia.” Setelah itu, Darrance menanamkan sebuah kecupan pada kening Jolicia dengan lembut.       **             Apa yang Darrance katakan saat mengantar Jolicia ke depan pintu istana ternyata begitu membekas pada diri Jolicia. Hal itu membuat Jolicia tanpa sadar larut dalam dunianya sendiri dan memikirkan apa yang diminta oleh Darrance. Tentu saja Jolicia tidak menyangka jika Darrance akan meminta hal seperti itu padanya. Nama kecil? Sepertinya, sebelum ini juga Darrance pernah membicarakannya dengan Jolicia. Ah, iya. Jolicia ingat. Hal itu bertepatan dengan Jolicia yang meminta kejelasan mengenai kilasan ingatan yang ia dapatkan. Sayangnya, hingga saat ini pun, Jolicia sama sekali tidak bisa mengingat apa pun mengenai nama kecil atau yang sejenisnya.     Apakah jika Jolicia tidak secepatnya mengingat nama itu, Darrance akan merasa sakit hati? Namun, jika dipikirkan, bukankah dengan melupakan kenangan semasa menikah dengan Darrance juga sudah lebih dari cukup untuk membuat pria satu itu sedih dan sakit hati? Jolicia merasa cemas dan gelisah. Bukankah dirinya menjadi seorang wanita yang sangat jahat? Jika pun itu ingatan yang manis, Darrance bisa mengingatnya untuk meringankan kerinduannya pada istrinya yang tak lain adalah Jolicia sendir. Namun, jika itu ingatan yang pedih? Darrance tetap mengingatnya dan terluka sampai saat ini, sedangkan dirinya hidup bebas tanpa memiliki satu pun ingatan mengenai hal itu.     Jolicia yang larut dalam pikirannya sendiri, tampak mengasingkan diri dari keramaian dan keseruan para wanita bangsawan yang memang sudah berkumpul di salah satu paviliun yang berada di dekat istana milih Mayla. Para wanita bangsawan tentu saja sejak tadi berbicara dengan melirik-lirik pada Jolicia yang duduk tepat di samping Mayla, karena statusnya sebagai seorang Duchess. Mereka duduk sesuai dengan status dan posisi keluarga mereka. Karena Mayla yang paling tinggi posisinya, maka Mayla duduk di kepala meja, lalu Jolicia sebagai seorang Duchess dan seterusnya seperti itu hingga ke kursi yang ditempati oleh para putri dari para Baron.     Para nona dan nyonya bangsawan tentu saja merasa penasaran pada sosok Jolicia yang sebelumnya menghilang dari pergaulan atas saat dirinya tengah menjadi perbicangan karena statusnya sebagai seorang Duchess. Setelah sekian lama absen karena kondisi kesehatannya, kini Jolicia muncul dengan aura kecantikan yang semakin terlihat saja. Bahkan, untuk beberapa alasan, semua orang dengan kompak mengatakan jika Jolicia terlihat lebih cantik daripada Mayla, sang bunga kekaisaran yang dikenal sebagai perempuan tercantik dan teranggun di kekaisaran Eilaxia.     “Ah, semua orang pasti sangat menginginkan untuk bertemu dan berbicang dengan Nyonya Duchess. Bagaimana dengan kabar Anda, apa kini Nyonya sudah lebih baik?” tanya Mayla tiba-tiba memecahkan perhatian semua orang termasuk Jolicia yang tertarik dari dunianya sendiri.     Jolicia mengulas sebuah senyuman manis yang membuat beberapa orang terpana oleh kecantikannya. Namun di sisi lain, kecantikan dan keanggunan Jolicia membuat beberapa orang yang lainnya semakin menyimpan kebencian padanya. “Terima kasih atas kebaikan hati Yang Mulia Putri hingga repot-repot memikirkan kondisi kesehatan saya. Seperti yang telah Putri lihat, saya sudah sangat jauh lebih baik. Ini semua berkat doa Putri dan perhatian semua orang,” jawab Jolicia dengan lembut dan sopan. Tentu semua orang tidak melihat satu pun celah dari tindakannya. Padahal, beberapa orang di sana sudah berencana untuk mencari celan yang akan ia gunakan untuk menyerang Jolicia.     “Syukurlah kalau begitu. Cicipilah teh dan kudapan yang sudah aku siapkan. Aku menyiapkan semua ini sembari memikirkan dirimu,” ucap Mayla.     Jolicia kembali tesenyum. “Sungguh, saya berterima kasih dengan kebaikan hati Yang Mulia Putri. Semoga kesehatan dan keagungan selalu menyertai Yang Mulia.”     Meskipun mengucapkan terima kasih, Jolicia hanya menyesap teh dalam cangkirnya. Jolicia tampak tidak tertarik untuk menyentuh satu pun kudapan yang tersaji di sana. Saat para pelayan membagikan alat sulam pada setiap wanita bangsawan di sana, dan mereka mulai membuat pola dan menyulam, Jolicia belum juga menyentuh kudapan yang sudah disiapkan oleh sang putri. Tentu saja hal itu bisa digunakan untuk menjatuhkan Jolicia di hadapan sang putri yang tampaknya memperlakukannya dengan begitu istimewa.     “Jika kamu memang sangat berterima kasih dengan kebaikan hati Putri Mayla, seharusnya kamu segera mencicipi kudapan yang sudah dipersiapkan secara khusus oleh Yang Mulia,” komentar seorang gadis berambut merah yang tak lain adalah seorang putri dari keluarga Marquess. Karena catatan yang diberikan oleh Louis, Jolicia tentu saja mengetahui alasan mengapa nona bangsawan ini menyerangnya seperti ini. Hal itu tidak terlepas dengan hubungan keluarga Duke dan keluarag Marquess yang tidak terlalu baik, bahkan bisa digolongkan sebagai hubungan buruk.     Jolicia tersenyum. “Karena itulah, saya juga akan mencicipinya dengan sepenuh hati, setelah saya menyelesaikan sulaman dan mengerjakan tugas saya. Saat itulah, fokus saya akan tertuju pada mencicipi kudapan yang ada. Itu adalah cara saya untuk berterima kasih,” ucap Jolicia mampu dengan mudah membungkam sang nona yang bernama Laria Archie.     Laria bungkam, tetapi rekan-rekannya yang tidak menyukai Jolicia tentu saja tidak tinggal diam. Salah satu di antara mereka yang memiliki netra cokelat terang tampak menatap mencemooh pada Jolicia dan berkata, “Mungkin, ini adalah salah satu penyebab Duke Baxter mengubah calon pengantinnya. Apa Nyonya Duchess yang terhormat membuat Tuan Duke terpikat dengan kelihaian Nyonya dalam beradu mulut dan memutar balikkan keadaan?”     Jolicia menatap nona bernetra cokelat yang bernama Thalia itu. Tentu saja Jolicia juga mengenalinya sebagai salah satu orang yang tidak menyukai keluarga Duke, terutama dirinya sebagai seorang Duchess. “Ah, saya dan Tuan Du—ah maaf. Maksud saya, saya dan suami saya tidak memiliki banyak pertemuan sebelum pernikahan kami berlangsung. Kami juga tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertukar pikiran dan bertukar kata, tetapi, mungkin ini memang harus terjadi. Suami saya, Tuan Duke, memang harus menikahi saya.”     “Nyonya Duchess, apa Anda tidak merasa malu mengatakan hal itu di hadapan kami? memangnya, Anda pikir kami semua tidak mengetahui fakta jika seharusnya bukan Anda yang duduk di posisi itu. Anda sama sekali tidak pantas untuk duduk di posisi itu setelah merebutnya dari orang lain—ah, bukan orang lain, melainkan kakakmu sendiri,” sambar Laria pedas.     “Anda sama sekali tidak cocok untuk Tuan Duke. Menurut kualifikasi, tentu saja ada banyak nona bangsawan yang cocok untuk menjadi pendamping Tuan Duke. Bahkan, Tuan Duke memiliki kualifikasi untuk menjadi Putri Mayla. Ya, hal itu membuktikan jika Anda sama sekali tidak bisa dibandingkan oleh Putri Mayla yang sebelumnya bahkan dibicarakan akan menjadi pendamping Tuan Duke di masa depan,” tambah Thalia tak kalah pedas.     Mayla tampak agak cemas dan turun tangan untuk melerai. “Hei, jangan seperti ini. Jangan bertengkar seperti ini. Nona Laria Archie, dan Nona Thalia Boone, aku harap kalian menjaga kesopanan kalian,” ucap Mayla dengan tegas.     Namun baru saja Mayla bungkam, seseorang mengumumkan kedatangan tamu yang rupanya datang terlambat. Saat pintu terbuka dan tamu undangan pesta pemberkatan terkahir muncul, semua orang tentu saja terkejut dengan siapa gerangan yang muncul. Itu ternyata adalah Vivian Elmind! Kakak dari sang Duchess Jolicia Baxter. Tentu saja, kehadirang Vivian menjadi kejutan bagi semua orang, termasuk bagi Jolicia yang tengah mempertahankan ketenangan dan memasang sebuah senyum manis pada kakaknya yang memberikan hormat pada putri, lalu memberikan hormat pada adiknya sendiri yang duduk di kursi yang ditempat oleh seorang Duchess.     “Senang bertemu dengan Anda, Nyonya Duchess,” ucap Vivian dengan nada yang agak terdengar menyedihkan.     Mau tak mau, Jolicia berpikir jika kehadiran Vivian ini akan menjadi sebuah boom waktu baginya. Mulai saat ini, Jolicia harus lebih berhati-hati dalam bertindak. Karena Jolicia yakin, dengan watak kakaknya, dan semua orang yang tidak menyukainya, pasti akan bekerja sama untuk memojokkan dirinya. Jolicia haru bertahan. Ya, bertahan setidaknya sampai suaminya kembali dari gunung suci dan bisa melindunginya dari para serigala berbulu cantik ini.     Jolicia memasang sebuah senyum dan menerima salah dari kakaknya. Jolicia pun berkata, “Senang juga bertemu denganmu, Kakak.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN