Bagian 4, OMM

918 Kata
Lankah Akksara begitu cepat, keluar menutup pintu kamar dengan perlahan, setengah menahan kesel, mukanya murka, terlihat memerah. Hah.. aku di panggil Omm , apakah aku terlihat setua itu.. dengan sedikit tergesa-gesa lalu kembali keruang kerja dan membanting pintu dengan keras. Emosinya meledak hanya dengan satu kata OMM. Duduk pun tak tenang, rasa keselnya semakin menjadi-jadi emosinya memuncak, diraihnya HP, lalu mencari sebuah nama Bang Leon,,truuut,, truuut, truuut,,, bunyi nada di seberang, tidak ada yang merespon, ketika hampir mematikan HP nya , terdengar suara disebrang. Ada apa? Aku sibuk ucap nada ketus di sebrang sana. “Bang Umurku berapa?, “apa kamu sudah amnesia ucap Baleon dengan ketus, sudah jangan ganggu aku terus… “aku di panggil OMM” . Bhakk , ka, ka ka, suara tawa meledak di ujung sana. “bocah mana yang kau temui hari ini” ? tanya Baleon memperjelas. “hah, masih bertanya siapa” ?, Mana aku tau kalau kau tidak menjelaskan, ucap suara di seberang sana dengan nada sedikit mengelitik. “Pandora” gadis yang ku bawa pulang semalam, namanya Pandora, dan dia memanggi aku OMM. Bhakk , ka, ka ka, suara tawa kembali pecah di ujung telpon seberang sana. Sungguh? “apakah aku terlihat bercanda dengan mu sekarang”, ahahhahaha, suara tawa disana kembali terdengar. “Akksara , kau semakin lucu” biarlah dia memanggil mu dengan apapun, kenapa itu mempengaruhimu, bukan kah itu hanya sebuah panggilan. “apakah aku setua itu pantas dipanggil Omm sama dia?, sudah biarkan penilaian itu, panggilan itu cocok sekali untuk mu, aku harus mengapresiasi kehebatan penilaian gadis itu. “ ah persyetan, aku tidak pernah menikahi bibinya kenapa dia memanggil aku omm” Akksara semakin meledak, hanya dengan satu kata. “sudah ya hal seperti ini tidak perlu merepotkan aku, tangani saja sendiri. Tut…tut… tut… suara panggilan telpon berakhir. Syett,, jerit Akksara penuh kekecewaan, sambil mengenggam kuat HP ditanganya dengan ekspresi penuh emosi. Aku harus segera mengklarifikasinya. Aku tidak sudi dipanggil omm. Emangnya aku setua itu, Akksara terus mendumel di ruang kerjanya. Sedari tadi masih tidak tenang, terus mondarmandi hanya dengan perkara sebuah panggilan OMM. Aku tidak setua itu untuk dipanggil Omm olehnya, dia harus tahu aku ini bukan omm nya. Dengan tidak sabaran aksara kembali melangkah cepat kekamar Pandora, sebelum ini terklarifikasi aku tidak akan tenang pikirnya. Pintu kamar segera dibuka, dan Pandora tidak benar-benar sedang tidur, dia yang sedari tadi termenung kembali kaget dengan kedatangan Akksara. “tidak bisakah omm menggedor dulu, sebelum masuk” tanya pandora dengan penuh hati-hati. “ini rumah ku, terserah aku mau kemana saja tidak perlu ada pemberitahuan” jelansya singkat dengan nada ketus. Pandora menunduk diam. “aku kemari mau menjelaskan bahwa aku tidak pernah menikah dengan bibimu jadi aku bukan Omm mu. Dan jangan panggil aku dengan sebutan itu. jelasnya dengan cepat tegas dan penuh penekanan. Panggi aku AKKa saja. “ tapi itu tidak sopan” kamu terlihat lebih tua dariku Pandora mulai menjelaskan alasan kenapa dia menambahkan kata Omm. Panggil saja aku Akka aku masi 27 tahun dan bukan Omm Omm tegas Akksara kembali. ‘’Ia, baik “ ucap Pandora seraya mengangguk kan kepalanya perlahan. Suasana kembali hening. Pandora sedari tadi sudah memikirkan alasan yang tepat untuk pulang, karena dia harus segera kembali, orang rumah pasti mencarinya. Lama terdiam, sunyi, lalu Pandora perlahan-lahan mengangkat kepalanya. “ aku mau pulang, aku tidak bisa bermalam lagi disini, dirumah pasti kawatir dengan aku yang tidak memberi kabar” jelas pandora dengan terbatah-batah. “ini ponsel” Akksara menyerahkan ponselnya, “ hubungi keluargamu, dan kabarkan kalau kamu baik-baik saja disini, hanya butuh istirahat beberapa hari”. “tidak” aku tidak ingin merepotkan mu, lebih baik aku kembali, dan terima kasih banyak telah merawatku dengan baik”. Tegas Pandora dan tak ingin ditolak. Pandora selalu bisa bersikap sesuai tempat dan situasi, kali ini dia tidak akan tinggal dengan lelaki dewasa yang bahkan tidak dikenal. Pandora bangkit segera dari tempat tidu lalu izin pamit pulang. Baru berjalan melewati Akksara, tangganya tersentak ditarik kasar oleh Akksara. “jika ingin pulang, izinkan aku mengantarmu, aku tidak bisa membiarkan gadis sepertimu berkeliaran dijalan dengan mengenakan pakaian itu. Mata Akksara tertuju kekemeja longgar yang dia kenakan. Detik berikutnya Pandora tersadar, dan benar saja ini bukan pakaianya. “ dimana pakaian ku” . “sudah kubuang itu tidak layak digunakan, ucap Akksara penuh penekanan emosi. “aku antar” tegasnya Akksara, lalu berjaan sambil menarik lengan Pandora. Pandora pun ikut terseret, berjalan sambil berlari mengikuti irama kaki Akksara yang jenjang tentu melangkah lebih lebar dan Pandora yang mungil tentu tidak bisa melangkah berjalan dengan sempurna dia harus berlari. Disaat bersamaan pintu rumah terbuka, ternyata Banleon datang dan membawa hadiah untuk Pandora. “mau kemana” tanya nya pada Akksara. “mengantarnya pulang dia memaksa tidak ingin disini. “biar aku periksa dulu dan akuresepkan obat dulu, diperjalanan nanti kamu bisa menebusnya. Baikla” mereka kembali duduk di sofa ruang tengah rumah Akksara, setelah pemeriksaan dilakukan dan semuanya norma, dan luka ini harus diganti perban satu hari sekali, jangan dibasahin air, cukup cuci pakai cairan inpus tengas Baleon menjelaskan pada Pandora. “Baik” anggukan Pandora, “dan Ini untuk mu, apa ini? ucap Pandora. “hadiah karena berhasil menilai sesorang dengan baik” Omm, panggilan yang sangat cocok kamu sematkan padanya, sambil menunjuk Akksara. Lalu Pandora tertawa senyum kecil, “maaf aku salah” Pada akhinya mereka bertiga pun ikut tertawa. “ pandora menerima hadiah itu tanpa membuka dan tidak bertanya isinya apa. Terima kasih atas apresiasinya ucap Pandora lalu mereka kembali tertawa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN