Bagian 7 Kenyataan dan strategi.
Akksara berjalan dengan cepat meninggalkan lorong rumah Pandora. Hari mulai sore, langit mulai terlihat memerah, se-akan- akan ada api membara di atas sana, sesuai dengan suasana hati Akksara, merasa bersalah dan penuh penyesalan juga ingin rasanya bertanggung jawab.
.
.
.
Selama ini Akksara juga cukup menderita setelah kejadian itu dipenuhi rasa bersalah, sehingga menyiksa diri tidak tertarik dengan gadis manapun lagi. Kenyataan yang diketahui hari ini sungguh lebih mengejutkan, siapa sangka gadis kecil itu hamil atas tindakan buruk yang dilakukanya dua tahun lalu. .
.
.
Awalnya hanya sekedar ingin mengetahui alamat rumah Pandora, namun kesini setelah melihat semuanya Akksara memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Namun Pandora sulit sekali didekati, untuk nomor Hp nya saja tidak ada. Akksara tidak punya alasan khusu untuk bertemunya lagi.
.
.
.
.
Sembari memikirkan hal dan rasa tanggung jawab yang harus di lakukan, Akksara sudah sampai di parkiran mobilnya. Langsung membuka mobil dan memutar kemudi, namun detik berikutnya dia berhenti, dan mengambil Hpnya lalu mencari kembali nomor Baleon.
.
.
Truuu,,, truuu,,,,truuu,,, suara sambungan telpon terdengar…
Ha… baru satu kata keluar suara diujung sana, belum selesai kalimat sapaan nya, sudah keburu dipotong oleh Akksara. “Bang,, kamu ada dimana?
“dikilinik” jawab suara di ujung telpon sana. “tunggu aku,, aku segera kesana. ..
Tuu..tu..tu… lalu sambungan telpon terputus.
.
.
.
Baleon memiliki firasat yang tidak baik,,, jika begini biasanya Akksara akan merepotkan nya. “jika anak itu kesini pasti membuat aku bekerja lebih banyak untuknya, apa lagi yang dilakukan nya sekarang ini?? lama Baleon berpikir” lamun Baleon diakhir telponya. Hingga kondisini ini disadari oleh suster yang sedang bersamanya, yang akan memberi laporan perkembangan medis salah satu pasien yang sedang mereka tangani. Namun saat itu ucapan suster terhenti karena Baleon menerima telpon dulu. Melihat kondisi itu suster Ann merasa tak nyaman ingin melanjutkan laporan atau menuggu sampai dokter Baleon, tapi sampai kapan? Aku pegel berdiri begini pikir suster Ann.
.
.
Setelah sekian lama suster Ann memberanikan diri membuka suara “apa laporanya bisa saya lanjutkan? Tanyanya dengan nada lebut tapi tidak menggoda, hanya ingin menyadarkan kembali dr yang sedang bekerja bersamanya. “ah, ia silakan dilanjutan” ucap Baleon sedikit kalabakan seperti habis ketauan melamun. Lalu suster Ann membaca laporan dengan cermat, menjelaskan semua kondisi pasien berkembang dengan baik, dan beberapa sudah dapat di pulangkan sore ini setelah melakukan observasi.
.
.
“syukurlah jika hasil nya membaik, terus amati dan pantau pasien saya mau keluar dulu karena ada urusan mendesak, jika ada pasien darurat segera telpon saya, saya tidak jauh hanya ke café seberang, ucap Baleon dengan cepat, lalu menanggalkan jas dokternya dan melangkah keluar ruanganya meninggalkan suster Ann bersama pekerjaan yang harus dirapikan suster Ann.
.
.
Di perjalanan Baleon segera mencari panggilan masuk terakhir yang menelponya, tidak lama telponya terhubung. “aku tunggu kamu di depan café klinik, aku tidak ingin kamu datang keklinik dan menganggu ruang kerja ku seperti biasanya yang sering kamu lakukan. Suara tawa terdengar nyaring di seberang telpon,,, “Ha.. ha. .ha,,, baik lah aku tidak akan bertindak aneh lagi sekarang, cukup dengarkan yang aku sampaikan dan bantu aku dengan solusi yang bisa aku pahami” lalu keduanya tertawa kembali .. dan telpon berakhir.
.
.
Baleon meneruskan langkahnya hingga samapi di café Delita, salah satu café yang nyaman untuk mengobrol, selain suasananya enak juga memiliki ruang vip jadi bisa juga mengobrol secara santai tanpa dilihat orang lain sehingga ini café ini cocok untuk tempat mereka mengobrol.
.
.
Sesampai di café Baleon memesan secangkir kopi manis, untuk menutup hari ini dengan kopi manis dan bersiap mendengar cerita Akksara yang sudah dipastikan membutuhkan konsentrasi, Akksara tidak akan mencarinya jika tidak butuh solusi yang tepat.
.
.
Setelah memesan kopi lalu menuju ke sudut ruang café, dengan dua kursi disana, pojokan yang cocok untuk mengobrol santai dan serius, terdapat pencahayaan reman-remang membuat nuansa lebih intim, ada juga beberapa pot gantung disekitar nya dan ada satu pot besar didekat jendela menambah estetik pada bagian pojok itu.
.
.
Menemukan pojokan yang nyaman, lalu duduk sambil menunggu kopi dan Akssara, selagi duduk memainkan ponselnya sambil membuka beberapa aplikasi hiburan untuk menonton video pendek yang suka di isi dengan hal-hal nyeleneh tapih menghibur.
.
.
Selang berapa saat dia mendapatkan pesanan kopinya berbarengan dengan langkah Aksara menuju kearahnya.
.
.
Terlihat Akssara sangat tergesa-gesa, belum juga duduk dia sudah heboh. “bang bantu aku, . nada bicaranya berat, dan sedikit ngos-ngosan, Baleon curiga Aksara berlari dari parkiran kemari.
.
.
“kamu duduk dulu, dan minum ini” Baleon menyodorkan kopi manis dan dingin penuh dengan es batu yang dipesanya untuk di minum Akksara, melihat dirinya lah yang butuh mendinginkan pikiran nya.
.
.
Segera aksara duduk dan mengambil segelas kopi itu, menegeluarkan sedotanya dan meminum dengan cepat. Benar saja didrinya butuh air dingin. “tu kan kamu lebih membutuhknya dari pada aku” ucap Baleon kembali.
.
.
“minumnya pelan saja jangan terburu-buru, setelah itu duduk, tarik nafas yang dalam lalu keluarkan pelahan-lahan, ceritakan masalahmu tanpa emosi biar aku tau apa yang akan kamu sampaikan dan aku bisa memberikan solusi yang tepat” kembali kalimat panjang diutarakan Baleon. Lalu Baleon bangkit dan berjalan memesan kopi lainya, dan dia menunggu kopi itu dan membawa sendiri kemejanya.
.
.
.
Sesampainya kembali ke pojokan dengan nuansa estetik ini Baleon langsung duduk dengan manis bersiap mendengarkan cerita. Sambil meneguk kopinya dengan sedotan, perlahan meminumnya namun detik berikutnya Akssara berucap “ aku punya anak” , sontak itu membuat Baleon kaget dan menyembur kopinya ke arah Akksara. “ahhh,, kamu jorok” ucap Akksara sembari mengambil beberapa lemar tisu dan mengelap dirinya dan meja yang dibuat kotor oleh Baleon. “maaf aku kaget”.
.
.
Lalu keduanya hening.
.
.
“anak? Anak siapa? kamu punya anak? Sama siapa? apa diam-diam kamu nakal? Tanya Baleon beruntun.
“sttttt,, jangan berisik katanya mau menyelesaikan masalah aku, kini kamu lebih heboh, yang ada bukan selesai malah makin runyam, bisik-biski Aksara sambil melirik sana sini memastikan obrolan mereka aman tidak ada yang mendengar.
.
.
Segera Baleon menutup mulutnya. “ok,, ok,, coba ceritakan dengan jelas sehingga aku bisa mengerti”.
.
.
“aku punya anak”… lama Aksara diam sambil menyusun kalimat yang mudah dimengerti. “aku sudah tau, kamu sudah mengucapkan nya tadi, lalu apa sekarang” Baleon mendesak karena tidak sabaran.
.
.
“sabar dulu, aku sedang menyusun kalimat yang mudah kamu terima” ucap Akssara kembali. “sudah ceritakan saja aku mendengar dengan kalimat apapun yang kamu utarakan, kamu bukan penulis jadi tidak perlu repot menyusun kata manis.” Kembali dua sekawan itu berdebat dengan karakter masing-masing.
.
.
“aku punya anak, bersama gadis kecil yang kamu rawat dirumah kemarin” .. dam… Baleon kembali tersedak kebetulan kalimat itu diutarakan saat dia sedang meneguk minumanya. Ukk, ukkk,, “apa? Sama gadis belia itu? Kamu tau dia masih dibawah umur dan kamu membuatnya melahirkan?
.
.
Sttt,,, kembali Akssara mengingatkan temanya itu,, jangan berteriak disini, kalau kamu ingin semua orang tau mending kita buat livestreaming aja sehingga tidak repot berteriak, ucap Akssara mulai kesel, niat mencari solusi malah sepertinya dia dihantam badai.
.
.
“oke,, oke,, teruskan, ucap Baleon kemudian. Kali ini Baleon harus mampu menahan diri, menahan dari tidak bertanya, menahan diri untuk tidak menghajar Aksara karena merusak gadis belia, “dia memang p*****l, Baleon beragumen didalam pikirnya sendiri”.
.
.
“aku baru tau 1 jam yang lalu, saat mengantar Pandora dan aku baru tau dia sudah punya anak. Karena tidak sabaran Baleon akhinya berbisik “bagaimana kamu tau itu anak kamu bukan nya untuk tau anak itu kita harus melakukan tes DNA?” . “aku yakin sekali itu anak aku “ ucap Akssara dengan tegas. “kalau kamu sangat yakin sebaiknya lakukan Tes DNA, ucap Baleon kembali, tidak ingin meragukan Akssara, tidak juga membiarkan dia langsung percaya, setidaknya ada bukti kongkrit.
.
.
“harus kah aku melakukan itu? Tanya Akksara memastikan. “menurut aku ya begitu karena kamu baru ketemu Pandora jadi setidaknya kamu harus memastikan nya sendiri”, “bawa rambut atau sikat gigi bayi itu aku akan mencoba membawa ke lab” ucap Baleon.
.
.
“bagaimana caranya? Aku bahkan tidak mendapatkan nomor HP nya Pandora?
.
.
“bagaimana aku tau, kan kamu yang berbuat, waktu berbuat tidak melibatkan aku ?” celetuk Baleon sambil tertawa terkekeh,,kekeh.
.
.
“jangan bercanda, bantu aku berikan ide cemerlang mu, kamu kan dokter biasanya dokter cerdas.
“walau cerdas tidak dipakai untuk ngibul seperti kamu” ucap Baleon meledek Akssara.
.
.
Ufff, Akksara kelihat frustasi, sambil menggosok kepalanya. “beri aku ide yang terlihat natural” Akssara kemudian.
.
.
“ menurut aku kamu harus melakukan pendekatan dengan ibunya dulu, bukan main minta tes DNA, tapi lakukan pendekatan sebagai teman, dan jangan pernah cerita itu bayi kamu kalau belum keluar hasil tes DNA, kamu bisa mencari lokasi gadis itu berjualan lalu membeli sesuatu dari daganganya lalu seakan-akan kamu tidak sengaja bertemu dirinya kembali. Setidaknya kamu bisa berbicara denganya, lakukan perlahan-lahan, jangan gegabah karena itu juga belum pasti anak kamu” jelas Baleon dengan pelan dengan kalimat panjang.
.
.
“itu anak aku bang,,, “ tegas Akssara kembali.
“mana buktinya itu anak kamu? , belum ada tesnya kan? Kamu tidur dengan nya berapa kali? Satu kali ? dua ? tiga? Atau? .