9. Cemburu?

1393 Kata

Mario terus melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku. Sumpah, perutku merasa mual. Namun, rasa ingin muntah itu perlahan menguap seiring tarian lidah Mario yang mulai membangkitkan hasrat liarku. Aku terus menyumpahi diriku sendiri lantaran terbius sentuhan Om-om ini. Iya, Mario kan lebih layak dipanggil Om daripada Kakak. Sejenak aku ingin menjerit menyuarakan rasa aneh yang menghinggapi diriku saat ini. Namun, oh, s**t! Aku terlalu menikmati sampai aku hampir kehabisan napas. Aku menarik wajahku lepas dari ciuman Mario dan membuka bibir, terengah-engah, sambil mencari mencari udara segar yang bisa melepas sesak di dadaku. Mario membingkai wajahku dengan kedua tangannya dan menatapku sendu. “Maaf, Sayang. Aku hanya sangat merindukanmu. Aku sampai lupa aku sedang berciuman

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN