Jay membawa Vania ke sebuah kamar hotel. Ia merebahkan tubuh Vania yang sangat menggiurkan hingga belalainya tegak berdiri dan minta untuk dipuaskan.
"Aku tak salah memilih, aku bisa mencium bau perawan dalam tubuhmu baby" Jay meraba-raba tubuh Vania lalu meremas dadanya yang besar hingga tak muat di telapak tangannya. Ia memberanikan diri mencium bibir Vania dan melumatnya. Saat ia akan membuka bawahan Vania, pintu kamar hotel didobrak oleh seseorang. Ia sontak menoleh dan langsung dipukul oleh pria dewasa itu.
"Beraninya kau menyentuh putriku!! " Abra menghajar Jay membabi buta hingga Jay pingsan dibuat olehnya. Abra segera menyelamatkan Vania dan mengeluarkannya dari sana. Abra sangat marah saat ia melihat dengan kedua matanya sendiri Vania dilecehkan oleh pria lain. Beberapa kali ia memukul setir mobilnya saking kesal dan marahnya dia.
"Harusnya aku membunuh si b******k itu!! " Ia tak mungkin membawa Vania dalam kondisi seperti ini kerumah. Jadi dia membawa Vania ke salah satu apartemen miliknya.
Ia merebahkan tubuh Vania di ranjangnya dan menyelimuti Vania dengan selimut. Ia marah melihat penampilan Vania seperti wanita jalang. Untung saja ia bisa melacak nomor Vania hingga bisa mengetahui keberadaan gadis itu.
"Kau harus dihukum Vania" gumamnya lalu merebahkan dirinya di sofa.
Keesokan paginya Vania terbangun dan mendapati dirinya ada di ruangan asing yang bukan kamarnya. Ia meraba-raba tubuhnya dan untungnya ia masih mengenakan pakaiannya. Disana ia bisa melihat Abra tertidur di sofa.
"Papa kok bisa disini. Kami gak ngapa-ngapain kan? " gumamnya. Vania mendekati Abra yang sedang tertidur lalu menyentuh wajah papanya.
"Ganteng banget sih papanya aku coba kalo gak nikah sama ibu, udah aku cipokin hehe" tawanya namun didengar oleh Abra yang tiba-tiba membuka matanya.
"Kamu mau nyipok saya? " tanya Abra membuat Vania kaget dan mundur tapi Abra langsung menahan pinggang Vania agar mendekat ke arah tubuhnya. Abra mendekatkan wajahnya ke wajah Vania. Perlahan Vania memejamkan matanya dan menerima apapun yang akan dilakukan oleh papanya itu.
"Dasar gadis kecil jalang. Kecil-kecil kau sudah menggoda papamu sendiri. Kau taruh dimana otakmu hah?! " hardik papanya tepat di depan wajahnya. Vania sontak membuka matanya. Ia tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Abra.
"Aku bukan jalang!! kalau aku jalang aku sudah tidur dengan banyak pria!! " bela Vania pada dirinya sendiri.
"Semalam kau malah menjual dirimu dengan pria lain di kamar hotel!! apa kau sudah lupa?!! " bentak Abra dengan marah.
"Semalam? di hotel? " kepala Vania mencoba mengingat kejadian semalam saat ia dipaksa minum oleh Jay. Apakah Jay sudah menjebak dirinya?
"Ingat kan kamu sekarang?! berapa kau jual tubuhmu dengan pria b******k itu?! aku akan membayar 10 kali lipat tubuh jalang kotormu itu!! " hina Abra membuat Vania naik pitam dan menampar wajahnya.
PLAKKK
"Papa keterlaluan!! papa gak berhak mengatai aku seperti itu!! ya aku menjual diriku dengan sangat mahal!! aku menjual keperawananku padanya malam itu. Dia sungguh menggoda dan lebih menggairahkan daripada dirimu pak tua!! " Vania memancing kemarahan Abra lalu Abra membalik tubuh Vania hingga berada di bawahnya. Ia mengusap bibir bawah Vania dengan gairah kemarahannya.
"Kalau begitu puaskan milik papa baby"
Abra membuka resleting celananya dan mengeluarkan belalainya yang super jumbo itu. Vania terbelalak saat melihat belalai papanya dan langsung membuang wajahnya ke arah lain.
"Ayo puaskan dia dan papa akan memberimu banyak uang yang lebih banyak dari yang diberikan pria b******k itu kepadamu!!" desak papanya lagi. Vania menekan ludahnya dalam karena ia belum pernah sama sekali melakukan oral pada siapapun. Ia memberanikan diri memegang belalai Abra dan mengurutnya dari atas kebawah. Ia hanya pernah melihat hal seperti itu di video b*kep yang pernah ditontonnya bersama Jesica.
Abra mendesis keenakan saat jari halus putri tirinya itu mengurut belalainya lalu Abra yang tak puas meminta hal yang lebih gila lagi pada Vania.
"Masukkan ke mulutmu baby" Vania menggeleng. Ia tak yakin jika belalai papanya muat di dalam mulutnya. Ia jijik dan tidak bisa membayangkannya.
"Gak muat pa" ucap Vania polos.
"Apa milik priamu kecil baby? atau kau berbohong dan ini pertama kalinya buatmu?" tanya Abra membuat Vania malu jika ia ketahuan tak berpengalaman.
"Aku sudah biasa pa mengoral banyak belalai pria. Kebetulan baru punya papa yang paling besar" jawab Vania berbohong. Mendengar dari mulut putrinya jika sudah biasa mengoral banyak pria membuat Abra semakin marah dan panas hatinya. Ia menarik kepala Vania agar mendekat ke arah belalainya.
"Buka mulutmu dan masukkan jalang!! " Vania merasakan sakit di kepalanya dan terpaksa mengoral milik papanya. Tangan Abra memaju mundurkan kepala Vania hingga Vania hampir tersedak karena mengenai tenggorokannya.
"Ahh Vania mulut kecil jalangmu itu sungguh nikmat sayang sttt" Abra begitu menikmati permainan mulut putrinya hingga ia keluar di mulut Vania.
"Aku datang sayang ouhh" Ia mengerang nikmat sementara Vania berlari ke arah wastafel dan muntah-muntah.
"Wuekk wuekk" gila rasanya asin amis gak enak. Ingin rasanya Vania memuntahkan segala isi dalam perutnya. Abra merapikan kembali celananya dan mengeluarkan sebuah cek dan diberikannya pada Vania setelah gadis itu kembali dari muntahnya.
"Ini silahkan kau isi berapapun yang kau mau. Papa belum tertarik untuk mencoba millikmu karena milik mamamu masih nikmat dan memuaskan papa." Vania seakan direndahkan oleh papanya saat ia diberikan cek itu. Tapi Vania malah menerimanya. Ia akan membuat Abra bangkrut.
"Kalau punya mama sudah gak enak lagi datang ke aku ya pa. Aku siap memuaskan papa" ucap Vania dengan nakal membuat Abra bukan tergoda tapi semakin marah dengan tingkah jalang putrinya.
"Ya anakku, apa kita mau coba juga dirumah? " tanya Abra sambil menahan kemarahannya.
"Boleh juga pa" jawab Vania lalu mengecup bibir Abra singkat tapi Abra yang sedang marah malah menahan tengkuk Vania dan memperdalam ciumannya. Mereka berciuman begitu lama hingga suara telpon dari Defni mengganggu aktivitas mereka.
"Sebentar mamamu menelpon" Abra menyudahi ciumannya dan mengangkat telepon dari istrinya.
"Halo sayang.. " sapa Abra.
"Halo mas gimana Vania sudah ketemu? " tanya Defni khawatir.
"Iya dia menginap dirumah temannya yang lain karena ada kerja kelompok ini aku sudah menyusulnya dan akan segera membawanya pulang" jawab Abra bohong.
" Syukurlah mas aku sangat khawatir. Cepat pulang ya, aku tunggu dirumah" Defni mengakhiri teleponnya dan Abra menyimpan telponnya lalu mencium bibir Vania lagi.
"Segera bersihkan dirimu dan pakai pakaian yang sopan!! papa sudah membelikanmu baju disana" Vania hanya bisa menurut dan segera mandi lalu memakai baju yang dibelikan oleh Abra lewat asistennya.
"Aku akan membuatmu jatuh miskin papa" ucapnya tersenyum smirk sambil melirik cek yang diberikan oleh Abra.