"Hentikan papa kau bisa membunuhnya!! " teriak Vania lalu memeluk tubuh papanya dari belakang agar menghentikan pukulannya pada Devan. Sementara itu Devan tergeletak sambil mengerang kesakitan pada perut dan wajahnya. Devan dibuat babak belur oleh Abra.
"Uhuk uhuk" Devan terbatuk lalu Vania membantunya berdiri.
"Sayang kamu gapapa kan? " tanya Vania khawatir. Ia menekankan kata sayang agar Abra tau jika Devan adalah kekasihnya sekarang. Abra menarik tangan Vania agar menghindar dari Devan.
"Cepat pulang!! dan jangan kembali lagi!! " bentak Abra pada Devan. Devan tak punya pilihan lain selain menuruti kata Abra dan segera cabut dari sana.
Abra marah pada Vania karena pulang malam dan tidak mengabari salah satu orang dirumah. Ia menarik tangan Vania dan menyeretnya ke dalam rumah. Vania memberontak tapi cengkraman Abra terlalu kuat hingga Abra menghempaskan tubuh Vania di atas ranjangnya.
" Papa gak suka kamu pacaran dan pulang telat kayak tadi tanpa bilang-bilang!! " seru Abra dengan mata berkilat marah.
"Hak papa apa ngelarang Vania pacaran?!! papa tuh bukan papa kandung aku jadi jangan sok ngatur!!" bantah Vania membuat rahang Abra makin mengeras.
"Oke kalau begitu papa akan minta James untuk mengeluarkan pemuda tadi dari sekolah" ancam Abra.
"Kok papa ngancem sih?! papa gak adil!!" Vania menangis lalu Defni yang mendengar suara ribut-ribut datang untuk menenangkan.
"Ada apa ini pa? " tanya Defni saat melihat pertengkaran antara suami dan anaknya.
"Anakmu mengatakan jika aku bukan papa kandungnya dan tidak boleh melarangnya pacaran. Bukannya sekolah yang bener malah pacaran sampe pulang malam" jelas Abra membuat Defni ikut memarahi Vania.
"Vania kamu bener ngomong kayak gitu sama papa?! ibu juga gak suka kamu pacaran!! kamu harus fokus dengan sekolah kamu karena sebentar lagi kamu ulangan dan lulus sekolah!! " timpal ibunya membuat Vania bertambah naik darah karena ibunya ikutan memarahinya dan membela Abra.
"Kalian gak punya hak sama hidupku!! pergi kalian!! " Vania mendorong Abra dan Defni agar keluar dari kamarnya dan segera mengunci kamarnya.
Tok tok tok
"Vania kamu gak boleh kurang ajar sama papa dan ibu!! buka pintunya Vania!! " seru ibunya dari luar tapi Vania malah menutup telinganya dengan bantal. Ia benci dengan mereka berdua. Kenapa harus melarang dia pacaran padahal dia gak pernah aneh-aneh selama pacaran.
"Aku benci ibu dan papa!!" gumamnya lalu memukul-mukul udara saking kesalnya. Akhirnya Vania tertidur dalam keadaan masih memakai seragam sekolahnya.
Abra semalaman gusar dengan keadaan Vania. Ia sebenarnya bingung kenapa ia harus marah melihat Vania dicium oleh pemuda itu. Rasanya hatinya terbakar tapi ia tak bisa mengungkapkannya. Vania belum juga keluar dari kamarnya bahkan saat sarapan pagi Vania tak ada dan melewatkan sarapannya.
"Bi Vania mana? " tanya Defni saat melihat putrinya itu tak ada.
"Non Vania pagi-pagi sekali sudah pergi nyonya" jawab bi Marni.
"Ini kan masih pagi banget. Aduh aku khawatir pa sama Vania" ucap Defni sama gusarnya. Ia sebenarnya tak melarang Vania pacaran tapi ia ingin Vania fokus dulu dengan kelulusannya.
"Nanti papa bantu cari Vania. Biasanya dia kemana sayang? " tanya Bara mungkin saja istrinya tau tempat dimana Vania biasa melarikan diri.
"Dia biasanya kerumah Jesica. Nanti mama kasih alamatnya ke papa" Abra hanya mengangguk. Selera makannya menguap begitu saja. Ia khawatir Vania akan melakukan hal-hal yang tidak benar diluar sana.
Sementara itu Vania bolos sekolah dan menginap dirumah Jesica. Jesica juga ikutan bolos saat melihat sahabatnya itu sangat sedih dan berantakan.
"Van jangan nangis dong, gimana kalau malam ini kita party? " usul Jesica agar Vania bisa sedikit lebih rilex dan melupakan semua masalahnya.
"Boleh juga, party di tempat biasa? " tanya Vania sambil menghapus air matanya.
"Iya sekalian kita cuci mata liat cowok-cowok cakep hehe" Jesica memang suka party dan menghabiskan one night stand dengan pria random yang ia temui di club.
"Aku pinjam baju kamu ya"
"Iya, aku ada baju yang super seksi dan kamu akan jadi ratunya malam ini sayang" Jesica mengobrak abrik lemarinya dan menampilkan sebuah pakaian yang baru ia beli untuk mereka pakai malam nanti.
"Itu seperti bukan pakaian" ucap Vania saat melirik pakaian kurang bahan yang hanya menutupi buah d**a dan bawahnya saja.
"Come on sayang jangan kuper gitu dong hehe. Sahabatku punya bentuk tubuh yang bagus jangan disembunyikan dan pamerkan pada cowok-cowok seksi itu. Kamu gak malu van masih perawan sendirian hehe" canda Jesica yang dibalas tatapan maut oleh Vania.
"Aku hanya akan memberikan keperawananku ini untuk suamiku" tegas Vania karena ia tak ingin tidur dengan sembarangan pria.
"Iya-iya deh sekarang pakai baju ini" Jesica menyerahkan baju seksi tadi pada Vania. Vania mau tak mau memakainya dan benar saja Vania terlihat seksi dan menggoda. Jesica yang cewek saja sampai terpesona melihat penampilan Vania.
"Woww perfect banget!! sekarang aku akan mendadanimu dan mengatur rambutmu. Hari ini kamu harus jadi ratunya" Jesica tampak cekatan mendadani dan mengatur rambut Vania menjadi sedikit bergelombang di bawahnya menggunakan catokan. Vania terlihat cantik dan lebih dewasa dari umurnya.
"Sempurna!! sekarang giliranku" Jesica ikut bersiap-siap dan penampilannya begitu spektakuler sama dengan Vania.
"Kita akan menjadi pusat perhatian malam ini di club. Aku gak sabar menggandeng cowok cakep malam ini hehe" ucapJesica sambil mengenakan kacamata hitamnya. Vania hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah random sahabatnya ini.
"Ayo kita let's Go!! " ajak Jesica dengan semangat. Mereka mengendarai mobil Jesica menuju club yang biasa Jesica kunjungi.
Suara hiruk pikuk di dalam club menggema saat mereka baru memasukinya. Semua mata lapar melihat ke arah mereka terutama pada Vania.
"Hai Jesica!! " sapa pria tampan keturunan Korea-Amerika lalu mencium bibir Jesica tepat di hadapan Vania. Mata Vania seakan mau melompat saat sahabatnya itu berciuman begitu panas dengan pria itu.
"Stop Jaehyun kau membuat sahabatku syok" ucap Jesica menghentikan ciuman Jaehyun padanya. Mau tak mau Jaehyun menghentikan ciumannya dan melirik ke arah Vania yang begitu seksi dan cantik malam ini.
"Dia sangat cantik baby boleh aku memakainya? " tanya Jaehyun sambil menjilat bibirnya. Vania bergidik saat melihat Jaehyun menatap m***m padanya dan tanpa sadar ia beringsut mundur perlahan.
"Hahahaha tenang sayang aku tak akan menyentuhmu. Aku hanya menginginkan Jesicaku. Kalau kau mau ada temanku yang masih single. Namanya Jay itu dia duduk disana!" Jaehyun mengarahkan tangannya pada seorang pria keturunan Jepang yang sedang duduk sendiri menyesap minumannya.
"Ayo kita kesana" ajak Jesica lalu mereka semua duduk bersama dengan pria bernama Jay tadi.
"Jay kenalkan ini sahabatku Vania" ucap Jesica membuat Jay menoleh dan melihat Vania tak berkedip. Ia banyak melihat wanita cantik dan seksi. Tapi ia tak pernah melihat wanita seperti bidadari dan sesempurna Vania.
"Hai Vania, aku Jay" sapa Jay ramah sambil mengulurkan tangannya.
"Hai juga Jay" Vania menyambut tangan Jay lalu melepaskannya.
"Kami tinggal dulu ya guys" Jesica meninggalkan mereka berdua dan pergi bersama Jaehyun.
"Jesica!! " Vania yang ditinggal malah ingin menyusul tapi tangannya ditahan oleh Jay.
"Temani aku disini baby" Vania tak punya pilihan lain selain duduk bersama Jay. Jay tersenyum licik dan memberikan minuman pada Vania.
"Ini minumlah sedikit" Jay menyodorkan minuman itu pada Vania.
"Maaf aku tidak minum" tolak Vania karena ia tak ingin minum dari seseorang yang baru ia kenal.
"Aku cukup tersinggung loh. Padahal aku tak ada niat jahat padamu" ucap Jay yang dibuat seolah-olah sedih sehingga membuat Vania tak enak hati.
"Oke aku minum" ucap Vania pada akhirnya dan langsung meminumnya. Awalnya Vania merasa biasa saja lalu matanya berkunang dan pingsan begitu saja di pelukan Jay.
"Kau milikku malam ini sayang" cuma Jay tersenyum licik.