5.Letter From Heaven Part 1

2949 Kata
Kalva turun dari mobilnya kemudian menuju kamarnya di lantai atas. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan baginya. Tiga kali meeting dengan perusahaan besar yang bekerja sama dengan perusahaannya, membuatnya pulang telat hari ini. Namun untung saja semua berjalan lancar. Sehingga laki-laki itu tidak perlu pulang malam seperti biasanya. Setelah mandi dan berganti pakaian dengan pakaian rumah, Kalva turun ke lantai bawah. Perutnya yang kosong dari tadi sudah meraung – raung minta diisi. “Masak apa, Bik?” tanya Kalva menari kursi makan kemudian duduk. Bik Asih yang sedang sibuk menyiapkan makan, tersenyum, melihat majikannya yang sekarang lebih memilih makan di rumah daripada makan di luar. “Sop Iga, semur ayam dan perkedel jagung, Den, “ Sahut Bik Asih lembut. Wanita itu meletakkan segelas air di samping piring Kalva. “Bik Asih sudah makan?” “Sudah , Den. Baru saja.” Wanita itu tersenyum lembut pada majikannya. “Kimi kemana, Bik? Dia sudah makan ?” Kalva melirik wajah Bik Asih yang tiba-tiba berubah, seperti sedang merasa ketakutan. Membuat Kalva menghentikan aktivitas makannya. “Bik...Kimi kemana?” Kalva bertanya dengan lembut. Dia tidak pernah sekalipun membentak Bik Asih, bahkan berlaku tidak sopan pun, Kalva tak pernah melakukannya. Karena Kalva sudah menganggap wanita itu seperti ibunya sendiri. Oleh karena itu Kalva sangat menghormati Bik Asih. “Non Kimi...” “Aku pulang!” teriakan Kimi dari ruang tengah menghentikan ucapan Bik Asih. Wajahnya kembali terlihat ketakutan. Kalva yang mendengar suara Kimi, langsung berdiri menghampiri Kimi yang baru saja melangkah menaiki tangga. “Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang?” tanya Kalva dingin, membuat Kimi terkejut dibuatnya. Wajah gadis itu langsung berubah pucat. Kenapa Kalva sudah pulang? Bukannya laki-laki itu seharusnya masih di kantor. Kimi masih ingat jelas bahwa pagi tadi Kalva memberitahunya bahwa dia akan pulang malam hari ini. Tapi... “Kaget, Kimi? Jadi selama saya pulang malam, ini yang kamu lakukan? pulang sekolah langsung main, bahkan kamu tidak meminta izin dengan saya terlebih dahulu?!” setiap ucapan dingin yang keluar dari mulut Kalva membuat hati Kimi sakit. Memang Kimi salah, dia tidak meminta izin Kalva siang tadi. Tapi bukan berarti Kalva bisa seenaknya menuduh Kimi seperti itu. “Enggak, Om. Tadi Kimi...” “Cukup, sekarang kamu lebih baik ke kamar!” potong Kalva menatap tajam Kimi. Kalva sedang tidak ingin berdebat. Dia takut amarahnya tidak bisa ditahan. Sehingga setiap ucapan yang keluar dari bibirnya bisa saja menyakiti perasaan gadis itu. Terlebih lagi, Kalva sangat letih hari ini. “Bik ! bereskan makanannya, saya mau keluar dulu,” pamit Kalva lalu bergegas menuju mobilnya yang masih terparkir di depan garasi. Laki-laki itu segera melajukan mobilnya menuju sebuah tempat yang selalu didatanginya saat dirinya sedang kalut. Kalva melangkah masuk ke dalam klub malam yang cukup terkenal di kalangan para koleganya. Klub dengan nama Paradise Night itu adalah klub eksklusif yang hanya orang –orang tertentu yang bisa masuk. Kedatangan Kalva langsung di sambut hingar bingar lagu yang DJ mainkan. Dance floor bahkan sudah dipadati oleh para pengunjung yang ikut menari. Kalva memilih duduk di sudut ruangan yang sedikit temaram, sebelumnya dia memesan terlebih dahulu kepada waitress cantik nan seksi yang tadi menawari dirinya minum. Kalva menghembuskan nafasnya perlahan, entah kenapa dia bisa lepas kendali lagi tadi. Seharusnya dia mendengarkan dulu penjelasan Kimi, bukan langsung memarahi gadis itu. Mungkin karena pekerjaan di kantor tadi begitu banyak, sehingga Kalva merasa lelah dan lepas kendali. Tepukan halus di bahunya menghentakkan dirinya kembali ke alam nyata. Seorang gadis cantik dengan gaun hijau muda yang seksi tersenyum padanya. “Lagi kusut?” tanya gadis itu duduk di samping Kalva tanpa mengucapkan permisi terlebih dahulu. Kalva merentangkan kedua tangannya di kepala sofa merah itu, kepalanya sengaja di sandarkan di badan sofa. Matanya menatap langit-langit. “Sedikit, mana Adit?” tanya Kalva masih tetap dengan posisi semula. “Belum datang, ini masih jam sembilan lewat, dia biasa datang jam sepuluh,” sahut gadis itu lembut, matanya menatap Kalva dengan tatapan memuja. Seperti kebanyakan para gadis yang melihat dirinya. “Nih minum kamu,” gadis itu memberikan minuman yang baru saja diantar waitress tadi. Kalva menerimanya, lalu meneguknya sedikit. Ternyata meminum whisky membuatnya sedikit tenang. “Lagi ada masalah apa sih? Kok kamu kusut kayak gitu?” tanya gadis itu ingin tau. “Nggak ada apa-apa, Lan. Cuma sedikit suntuk aja di rumah,” sahut Kalva sekenanya. Gadis bernama Wulan itu tersenyum lembut,”Mau dance? Lagunya enak tuh,” ajak gadis itu menarik tangan Kalva. Semula laki-laki itu menolak, namun karena Wulan memaksanya terus mau tak mau Kalva menuruti kemauan Wulan. Keduanya turun ke dance floor, bergabung dengan para pengunjung yang lainnya. Menari dengan lagu disco yang dimainkan DJ. ***-*** Kimi melirik jam besar yang berdiri tegak di sudut ruang tengah, jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Namun Kalva belum pulang sama sekali, beberapa kali terdengar helaan nafas yang keluar dari bibir mungil gadis itu. Dirinya merasa sangat bersalah, Kalva pergi dari rumah semua karena dirinya. Dan hal itu membuat hati Kimi menjadi resah. Dia takut terjadi sesuatu dengan Omnya itu. Gadis itu langsung tersenyum senang saat mendengar bel rumah berbunyi. Segera Kimi langsung membuka pintu besar itu. “Tante Gina?!!” pekik Kimi senang dan langsung memeluk wanita cantik itu. Sudah empat bulan semenjak Gina mengantarkan dirinya, dia belum bertemu sama sekali dengan sahabat mamanya itu. “Hai, sayang! Apa kabar? Tambah cantik aja,” ucap Gina mengelus pipi Kimi dengan rasa sayang. “Baik , tante. Ayo tante masuk dulu,” Kimi mengajak Gina masuk ke dalam rumah, mempersilahkan wanita cantik itu duduk. “Ada apa tante Gina malam-malam begini datang? Sudah kangen banget sama Kimi yah?” goda Kimi lalu tertawa pelan. Gina mau tak mau tersenyum senang, melihat Kimi yang sepertinya sudah bisa tertawa senang seperti ini. Ternyata Helena tidak salah menitipkan Kimi pada Kalva. “Sebenarnya tante mau buat surprise, tapi malah kamu yang bukain pintu. Jadi yah terpaksa deh surprisenya nggak jadi.” “Surprise apa, Tante?” tanya Kimi penasaran. “Jadi kamu nggak ingat?” Gina malah balik bertanya, menatap Kimi penuh selidik. Gadis itu menjawab dengan gelengan pelan, kerutan di dahinya menandakan gadis itu sedang merasa bingung. “Ingat apa, Tante?” “Sayang, besok kan kamu ulang tahun yang ke delapan belas, kamu lupa?” “Ulang tahun?” gumam Kimi tanpa sadar. Tiba-tiba saja Kimi langsung mengeluarkan hp dari sakunya. Mengecek tanggalan yang ada di aplikasi hpnya. Tanggal empat belas? Berarti besok dia ulang tahun. Ya ampun, baru kali ini dirinya sampai lupa dengan hari ulang tahunnya. Padahal dulu, tidak pernah sama sekali Kimi melupakan hari kelahirannya, karena setiap tengah malam, kedua orang tuanya selalu memberikannya kejutan. “Iya, tante. Maaf Kimi lupa,” ucap gadis itu tersenyum sedih. Gadis itu jadi teringat kembali kepada kedua orang tuanya. Mulai sekarang, tidak akan ada lagi kejutan di malam hari yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Membuat d**a Kimi menjadi sesak. Tidak akan ada lagi kecupan selamat, kue ulang tahun serta kado untuknya. “Sayang...” panggil Gina, tangannya mengelus rambut panjang Kimi. Kimi menoleh lalu tersenyum paksa,”Makasih banget, tante. Tante jauh-jauh datang hanya untuk memberikan kejutan buat Kimi, Kimi merasa senang sekali,” gadis itu langsung memeluk tubuh Gina. “Sama-sama sayang, kalau gitu kita hidupkan dulu lilinnya yah,” Gina mengeluarkan black forest yang ada di dalam kotak, yang tadi dia bawa. Setelah menyalakan lilin yang berbentuk angka satu dan delapan itu , Gina segera meletakkannya di hadapan Kimi. “Make a wish dulu,” Perintah Gina lembut. Kimi mengangguk lalu memejamkan matanya. Gadis itu berdoa semoga kedua orang tuanya bahagia dan tenang di sana. Dan semoga kebahagiaan selalu datang padanya. Dia juga berdoa agar semua cobaan yang datang padanya bisa dirinya lalui. Selesai berdoa Kimi langsung meniup kedua lilin tersebut. “Makasih , tante. Untuk semuanya,” ucap Kimi tulus dengan suara serak, tanda sebentar lagi dirinya pasti akan menangis. “Sama-sama , Sayang. Kamu sudah tante anggap seperti keluarga tante sendiri, jadi kalau kamu sedang ada masalah, kamu bisa telpon tante,” Gina tersenyum hangat, memeluk Kimi penuh rasa sayang. “Oh iya, tante masih punya sesuatu buat kamu,” Gina langsung mengambil paper bag coklat yang tadi dibawanya. Lalu menyerahkannya pada Kimi. “Ini apa , Tante?” tanya Kimi bingung. “Hadiah, nanti saja kamu bukannya, dan satu lagi. Besok pagi tante akan datang lagi untuk menyerahkan surat yang mama kamu buat, jadi hari sabtu besok, kalian berdua jangan kemana-mana dulu, tante nanti akan menghubungi Kalva, mengerti?” Kimi mengangguk,”Iya, Tante.” “Baiklah, sudah malam. Tante pamit dulu yah sayang, emm... Kalva kemana, Kim? Sudah tidur?” tanya Gina. “Eh iya, tante. Om Kalva baru pulang tadi jam sepuluh, akhir –akhir ini pekerjaan di kantornya sangat banyak, jadi Om Kalva suka pulang telat.” Kimi merutuki dirinya dalam hati. Terpaksa dia harus mengarang alasan agar Gina tidak curiga. Sebenarnya dia paling tidak suka berbohong. Tapi tiak mungkin dia bilang pada tante bahwa Kalva pergi karena dirinya. Gina mengangguk mengerti, mengurus perusahaan besar seorang diri memang sangat melelahkan. Apalagi Kalva tergolong masih muda untung mengemban tugas menjadi Direktur utama perusahaan Airlangga Corp. ”Kalau begitu tante pamit yah Sayang, salam buat Om kamu,” pamit Gina lalu melangkah keluar rumah, ditemani Kimi yang berjalan di sampingnya. “Sekali lagi makasih, Tante.” Gina tersenyum kemudian masuk ke dalam mobilnya, setelah mobil Gina hilang di balik pagar yang menjulang tinggi itu, barulah Kimi kembali masuk ke dalam rumah. Dia membereskan sisa kue ulang tahun tadi, kemudian setelah selesai Kimi langsung naik ke kamarnya di lantai dua. Gadis itu duduk di pinggir tempat tidur, perlahan dia membuka paper bag tadi , mengeluarkan isinya. Sebuah kotak berwarna silver. Kimi tersenyum saat melihat isi kotak tersebut. Sebuah gaun berwarna abu-abu yang terbuat dari bahan sutra yang sangat lembut. Gaun selutut itu terlihat sangat cantik. Mungkin dia akan mengenakannya di pesta prom nite yang diadakan sekolahnya nanti. Kimi merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya. Perlahan air mata gadis itu mengalir. Hari ini adalah hari ulang tahun terburuk baginya. Bahkan dirinya sendiri pun sampai lupa kalau dia berulang tahun. Ingatan-ingatan tentang masa lalunya kembali melintas dipikirannya. Membuat rasa sesak di dadanya semakin bertambah. Kimi melenguh pelan, tidurnya merasa terganggu saat sebuah kecupan hangat mendarat di keningnya. “Happy Birthday , Dear!” pekik mama dan papanya saat Kimi baru saja membuka kelopak matanya yang masih berat. Dan seketika rasa kantuknya menjadi hilang , melihat kedua orang tuanya tersenyum bahagia dengan sebuah kue tart dengan lilin yang menyala di atasnya. “Thank you, Ma, pa!” Ucap Kimi langsung mencium pipi mama dan papanya bahagia. “Then, make a wish dulu sayang, baru tiup lilinnya,” ucap Papa Kimi yang duduk di depan gadis itu. Kimi mengangguk lalu mengucapkan doa di dalam hati. Selesai berdoa , Kimi langsung meniup lilin, kemudian memotong kue tart buatan mamanya yang memang sangat enak. Seperti biasa, potongan pertama akan selalu Kimi berikan untuk papanya, dan potongan kedua untuk sang mama. “Ini hadiah dari mama dan papa untuk Kimi,” Mama Kimi memberikan sebuah kotak kecil berhiaskan pita di atasnya. Dengan senang hati Kimi menerima kado tersebut lalu membukanya. Sebuah gelang cantik dengan ukiran namanya serta nama kedua orang tuanya. Gelang itu terbuat dari bahan platinum. Sebuah gelang sederhana, namun terlihat sangat mahal. “Makasih, Ma , pa!” Kimi kembali mencium pipi mama dan papanya secara bergantian. “Sama-sama, sayang. Besok, kita sekeluarga akan berlibur ke Praha, negara yang sangat ingin kamu kunjungi itu,” ucap sang mama yang langsung disambut Kimi penuh antusias. Akhirnya dia bisa kesampaian juga pergi ke kota romantis itu. Kimi meloncat-loncat bahagia seperti anak kecil, membuat kedua orang tuanya terkekeh lucu melihatnya. Dirinya merasa sangat beruntung karena memiliki orang tua yang sangat sayang padanya. Kimi tersentak kaget saat mendengar handphonenya berbunyi. Dua pesan baru saja masuk. Pesan pertama dari Sofi, ternyata sahabatnya itu tidak lupa dengan hari ulang tahunnya. From : SOFie Happy Birthday, Sayang. Semoga sehat selalu, panjang umur, murah rezeki dan enteng jodoh.? Ps : Traktirannya ditunggu yah ^^ Kimi tersenyum sendiri membaca pesan dari sofi, setelah itu dia membaca pesan masuk yang kedua. Pesan dari nomer yang tak dikenalnya. From : 08213433XXXX I may not be on your side. Celebriting special day with you, but I want u to know... that i’m thinking of you and wishing u a wonderful birthday. Happy Birthday, Kimi! Semoga pemandangan sunset tadi membuat kamu senang. Itu salah satu kado aku buat kamu. Masih ada satu kado spesial buat kamu. Aku akan kasih kalau kita ketemu nanti. See you again. Daniel Lagi-lagi senyum manis tersungging di bibir mungil Kimi. Dia jadi teringat kejadian sore kemarin, saat dia dan Daniel memandang Sunset di pinggir pantai. Ternyata laki-laki itu masih mengingat hari ulang tahunnya. Padahal mereka berdua baru bertemu kembali siang kemarin di Lapangan Basket. Tapi Daniel bahkan sudah menyiapkan kado spesial untuknya. Gadis itu jadi tidak sabar untuk bertemu kembali dengan Daniel. Tiba-tiba saja Kimi teringat dengan Kalva. Andai saja Kalva memiliki sedikit sifat seperti Daniel, pasti dia akan merasa sangat bahagia. Dan Kimi yakin, pasti Omnya itu tidak akan ingat dengan pesta ulang tahunnya. Melihat dirinya saja sepertinya Kalva enggan. Apalagi mengingat hari kelahirannya. Sepertinya Kimi tak boleh terlalu berharap bahwa Kalva akan memperlakukan dirinya dengan lembut. Tidak bersikap dingin saja Kimi sudah sangat bersyukur untuk itu. Tapi, pesan almarhum mamanya selalu terngiang di kepalanya. Pesan agar Kimi selalu menjaga Omnya. Sampai sekarang dirinya masih sangat bingung, bagaimana cara mengubah sifat dingin Kalva yang kata mamanya hanyalah tameng untuk menutupi kelemahan Kalva sendiri? Memikirkan hal itu membuat kepala Kimi menjadi pusing. Akhirnya Kimi memilih untuk segera tidur. Dia tidak ingin bangun kesiangan esok hari. Karena seperti pesan tante Gina tadi, wanita itu akan datang esok pagi untuk menyerahkan surat yang ditulis mamanya untuk dia dan Kalva. Kimi tidak sabar untuk membaca surat peninggalan mamanya besok. ****** Tepat jam delapan pagi, mereka bertiga sudah berkumpul di ruang tamu rumah Kalva. Diam-diam Kimi melirik Kalva yang masih tetap memasang wajah dinginnya. Laki-laki itu belum menegur dirinya sejak kejadian kemarin malam. Bahkan saat sarapan keduanya saling diam. Kimi ingin meminta maaf, tapi entah kenapa dirinya merasa takut untuk melakukannya. Aura dingin Kalva membuatnya tak berani mendekati laki-laki itu. “Baiklah, karena kalian berdua sudah berkumpul, sebaiknya saya segera memberikan surat ini pada kalian berdua. “ Gina mengeluarkan sebuah amplop putih berukuran sedang ,meletakkannya di hadapan Kimi dan Kalva. Kimi menatap surat tersebut dengan wajah penasaran, dia ingin segera mengetahui apa isi dari surat tersebut. Berbeda dengan Kalva, laki-laki itu bahkan terlihat tenang-tenang saja. Tak ada rasa penasaran sama sekali yang terlihat di wajahnya. “Kenapa diam saja? Silahkan kalian buka, surat itu untuk kalian berdua,” Gina tersenyum geli melihat Kalva dan Kimi hanya memandangi surat tersebut tanpa berani menyentuhnya sama sekali. “Silahkan kamu baca Kimi, aku bisa membacanya nanti,” ujar Kalva datar. Kimi menatap Kalva sekilas, laki-laki itu masih memasang wajah dinginnya. Gadis itu menghela nafas sebentar, lalu meraih surat yang ada di hadapannya. Perlahan Kimi membuka amplop tersebut, lalu mengeluarkan kertas yang terlipat rapih itu. Namun gadis itu masih ragu untuk membukanya, entah mengapa tiba-tiba saja dirinya merasakan firasat yang buruk akan terjadi padanya. Namun segera ditepisnya pikiran anehnya itu. Mana mungkin mamanya melakukan hal yang akan mengancam keselamatan jiwanya. " Ayo baca Sayang, Kenapa ragu?” Gina menyadarkan Kimi dari lamunannya, gadis itu hanya tersenyum kecil , kemudian dia mulai membaca surat tersebut. Kalva memerhatikan Kimi yang serius membaca surat tersebut, namun tiba-tiba saja wajah gadis itu berubah pucat, surat itu terlepas begitu saja dari tangannya. Bahkan Kimi kini menatap Kalva dengan tatapan yang sulit diartikan membuat laki-laki itu menjadi khawatir sekaligus penasaran dengan isi surat tersebut.“Kimi, kamu kenapa? Ada yang salah?’ Tanya Kalva khawatir. Namun Kimi diam tak bergeming. Gadis itu masih terlihat syok. “Lebih baik kamu baca saja Kalva,” ucap Gina yang kini berusaha menenangkan Kimi. Ragu-ragu Kalva memungut surat tersebut yang jatuh di lantai, kemudian membacanya. Dear Kimi dan Kalva Sebelumnya terimakasih untuk kalian berdua yang sudah menjadi penyemangat serta mengisi hidupku yang sepi. Aku tau mungkin aku sedikit egois karena telah mengambil keputusan sepihak, tanpa meminta pendapat kalian berdua. Namun entah kenapa aku sangat yakin, bahwa keputusanku adalah jalan yang terbaik untuk melindungi kalian berdua, anak serta adikku yang sangat kusayangi. Aku sengaja menulis surat ini, karena entah mengapa aku sadar, bahwa hidupku tidak akan lama lagi. Sehingga aku tidak bisa menjaga Kimi, anakku yang sangat aku sayangi. Aku selalu berfikir bagaimana nasib Kimi bila diriku pergi untuk selamanya dari dunia ini? Aku takut Kimi tidak ada yang akan menjaganya, aku takut buah hatiku merasa kesepian. Terbaiakan. Tiba-tiba saja pikiran itu datang. Aku mohon padamu Kalva, menikahlah dengan Kimi. Jagalah buah hatiku, karena aku yakin hanya kamu lah yang bisa menjaga Kimi. Begitu juga dengan Kimi, hanya dialah yang bisa membuat dirimu kembali seperti dulu, menjadi Kalva yang selalu tersenyum, saat pertama kali aku mengenalmu dua puluh tahun yang lalu. Hanya satu itu permintaanku, aku hanya ingin orang yang kusayang saling melindungi satu sama lain. Aku akan merasa tenang , bila kalian berdua menikah. Dan aku mohon seminggu setelah surat ini dibacakan, kalian berdua harus sudah menikah. Umur delapan belas tahun kurasa sudah cukup untuk Kimi menikah. Aku sangat merasa bahagia bila kalian melakukannya untukku. Karena aku sangat yakin, kalian berdua ditakdirkan untuk bersama. Aku sudah mengatur semuanya dan menyerahkannya pada Gina. Jadi kalian tidak perlu repot untuk mempersiapkannya. Aku berdoa semoga rumah tangga kalian menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah. Bimbinglah Kimi menjadi seorang istri yang baik. Tegurlah dia dengan halus jika dia melakukan kesalahan. Semoga kalian berdua selalu dilimpahkan kebahagian sampai akhir hayat. Aku titip calon cucu yang tampan dan cantik. Salam sayang, Helena
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN