6.Letter From Heaven Part 2

2285 Kata
Kalva menatap surat di tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Bagaimana mungkin kakak angkatnya itu memintanya menikahi Kimi yang tak lain adalah keponakannya sendiri? Bayangkan saja umur gadis itu masih delapan belas tahun, sedangkan umurnya dua puluh lima tahun. Dengan jarak tujuh tahun apakah dirinya bisa memahami pemikiran Kimi yang masih labil? Kalva melirik Kimi yang terlihat syok. Gadis itu tidak menangis. Namun Kalva cukup mengerti bahwa Kimi mungkin terlalu terkejut dengan isi surat Helena. Gadis itu pasti mengira pernikahan ini adalah pernikahan i***s. Karena kenyataanya, Kimi belum mengetahui bahwa Kalva hanyalah adik angkat Helena-mamanya. Namun, Kalva akan merasa sangat bersalah bila dia tidak memenuhi permintaan wanita yang sangat dia sayangi itu. Helena adalah kakak terbaik yang pernah Kalva miliki. Bahkan dia sampai merelakan perusahaan keluarga Airlangga jatuh ke tangannya untuk dikelola. Helena memberikan Kalva fasilitas terbaik, sekolahan terbaik juga pendidikan terbaik sehingga dia bisa sampai seperti sekarang. Tidak lagi dipandang sebelah mata, seperti dirinya sewaktu kecil dulu. Bila Kalva menolak permintaan Helena, sama saja dirinya mengatakan bahwa laki-laki itu tidak tau cara berterima kasih. Apalagi Helena tidak pernah meminta apapun selama perempuan dewasa itu merawat Kalva sedari kecil. Dan inilah saatnya untuk Kalva berterimakasih pada Helena dan keluarga Airlangga. Dengan cara menikahi dan menjaga Kimi. Cucu satu-satunya keluarga Airlangga. Putri yang sangat dicintai keluarga Airlangga. Kalva menghela nafas sejenak, ada beban berat tak kasat mata yang kini sedang dipikulnya. Lebih berat saat dia menerima amanat untuk mengelola perusahaan Airlangga Corp. Kini dia seperti memakan buah simalakama. Menikah dengan Kimi? Membayangkannya saja Kalva tak pernah. Tapi dia tidak bisa mengelak dari semuanya. Mau tak mau dia harus melakukannya. Dan itu satu-satunya jalan terbaik. Kalva memandang Kimi dan Gina bergantian, dia menghela nafas sejenak sebelum berkata,”Mbak Gina, tolong persiapkan pernikahan saya dengan Kimi seminggu lagi, saya akan menikahi Kimi, sesuai dengan permintaan Mbak Helena,” ucap Kalva yang langsung membuat Kimi tersentak. Dia menatap Kalva dengan tatapan terkejut sekaligus syok. Menikah? Dia menikah dengan Kalva? Adik dari mamanya? Omnya sendiri? Bukankah hubungan seperti itu dilarang agama? Bagaimana mungkin mamanya melakukan hal tersebut? Bagaimana jadinya hidupnya jika menikah dengan Kalva? Sekolahnya? Masa depannya? Apakah Kimi harus melepaskan itu semua demi amanat mamanya tercinta? Seketika pandangan Kimi mulai terlihat kabur, ruangan tempatnya duduk terasa berputar-putar, dan sedetik kemudian semuanya berubah menjadi gelap. ****_**** Kimi terbangun saat mencium bau minyak kayu putih yang sengaja dioleskan Gina di hidungnya. Pertama kali yang dilihat Kimi adalah wajah khawatir wanita cantik itu. Senyumnya merekah saat menyadari Kimi sudah kembali sadar. Kimi memandang bingung ruangan yang ternyata adalah kamarnya sendiri. Kenapa dia bisa ada di sini? Bukannya tadi dia sedang membicarakan surat peninggalan mamanya? Tapi kenapa dia malah berbaring di tempat tidurnya? Kimi diam sejenak untuk mengingat kejadian yang menyebabkan dirinya bisa ada di sini, sedetik kemudian barulah ingatannya kembali. Dirinya pingsan saat mendengar Omnya akan menikahi dirinya. Keputusan Kalva yang akan menikahinya membuatnya terlalu syok. Kimi pikir Kalva akan menolak mentah-mentah permintaan dari mamanya itu. “Kamu nggak apa-apa, sayang?” Gina bertanya sembari membantu Kimi yang ingin bangkit dari tidurnya. Wanita itu menyusun beberapa bantal di belakang punggung Kimi agar gadis itu bisa bersandar dengan nyaman. “Iya, tante. Maaf menyusahkan Tante Gina,” ucap Kimi lirih. Merasa tak enak hati karena membuat Gina khawatir. Bukankah dia terlalu sering menyusahkan sahabat mamanya ini? Gina tersenyum lembut, tangannya mengelus rambut Kimi yang panjang dan halus,”Nggak apa-apa sayang. Tante memakluminya, kamu pasti terlalu syok mendengar berita itu. Semua terserah kamu, tante hanya menyampaikan amanat almarhum Helena.” Jelas Gina dengan bahasa keibuan yang selalu membuat Kimi merasa tenang bila berada di dekat wanita itu. “Tapi tante...bukankah...Kimi akan berdosa bila menikahi Om sendiri?” tanya Kimi menatap Gina dengan wajah yang sedih. Telihat jelas gadis itu menanggung beban yang berat. “Nggak sayang, mungkin Helena lupa memberitahu kamu, bahwa Kalva bukanlah adik kandung mama kamu, " jelas Gina. Mendengar hal itu sontak membuat Kini menutup mulutnya. Wajahnya terlihat sangat terkejut. Kenapa dia tidak mengetahui mengenai hal tersebut? "A...apa Tante Gina bilang tadi? Bukan adik...kandung Mama?," tanya Kimi tak percaya. "Benar, Kimi. Mereka berdua bertemu saat Kalva berumur lima tahun. Mama kamu langsung jatuh hati saat bertemu dengan Kalva kecil, apalagi dia anak tunggal di keluarga Airlangga. Akhirnya karena bujukan Helena, keluarga Airlangga mengadopsi Kalva menjadi anaknya. Sejak saat itulah Kalva berubah nama menjadi Kalvari Airlangga. Anak dari pengusaha kaya Airlangga Diraja, kakek kamu.” Jelas Gina pelan-pelan agar Kimi bisa mencerna penjelasannya dengan baik. Melihat reaksi tubuh Kimi yang langsung menegang, sudah dipastikan gadis itu mengerti setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Gina tau Kimi terlalu muda untuk mengalami semua cobaan ini. Namun, seperti yang Helena katakan di surat, dia juga entah mengapa merasa sangat yakin bahwa hanya Kalva lah yang bisa menjaga Kimi. Laki-laki itu selalu bisa diandalkan. Kalva adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Dan dia yakin, Kimi akan merasa aman bila dia menikah dengan Kalva. Masalah hati bisa menjadi urusan belakangan. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada gadis secantik Kimi? dan siapa yang tidak akan tertarik pada laki-laki setampan Kalva? “Ja...jadi Om Kalva bukan Om kandung Kimi?” Kimi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Kalva bukanlah adik kandung mamanya. Walaupun kadang pikiran liarnya berharap Kimi bisa memiliki pacar setampan Kalva. Namun semua hanya ada dalam imajinasinya semata. Untuk kedua kalinya gadis itu mengalami syok dalam waktu yang berdekatan. Entah serangan apalagi yang sedang menunggunya nanti. Masalah sikap dingin Kalva saja selalu membuatnya resah dan sedih. Apalagi dia harus menikahi laki-laki itu? Seperti apa hidup yang akan Kimi jalani nanti? Gina tersenyum lembut, ”Bukan, Sayang. Jadi pernikahan kalian bukan pernikahan terlarang. Tante sebenarnya sudah mendengarnya lebih dulu dari mamamu, bahwa Kalva adalah adik angkat Mama, tapi semua keputusan berada di tangan kalian. Karena Kalva sudah setuju, sekarang tinggal menunggu jawaban kamu, Kimi. Kamu harus memikirkannya matang-matang. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan.” “Ak...aku? “ Kimi berusaha menelan salivanya dengan susah payah. Seolah ada sesuatu yang mengganjal tenggorokannya. Gina mengangguk,”Kalau kamu tidak setuju, maka tidak akan ada pernikahan.” lanjut Gina. Gina tidak ingin Kimi mengambil keputusan yang salah. Pernikahan bukanlah hal yang sepele. Apalagi bagi gadis seusia Kimi. Remaja yang beranjak dewasa itu pasti masih ingin merasakan indahnya masa-masa indah bagi gadis seusianya. Seperti pergi ke mall bersama teman, belajar kelompok, jatuh cinta dan masih banyak lagi. Kimi diam sejenak, sebenarnya dia belum siap menikah. Apalagi dia masih sekolah, yah walau hanya tinggal menunggu hasilnya karena gadis itu sudah melaksanakan ujian beberapa minggu yang lalu. Tapi...apakah setelah menikah dia masih diperbolehkan melanjutkan pendidikannya? Tapi sepertinya Kalva bukanlah tipe laki-laki kolot yang menganut paham tugas istri adalah melayani suami di rumah. Seketika gadis itu juga teringat tentang pesan mamanya. Apakah dengan cara ini Kimi bisa membawa kembali senyum bahagia di wajah Kalva? Jika memang benar, haruskah dia menikahi Kalva? Semua pertanyaan di dalam pikirannya membuat dirinya semakin pusing. “Kimi! Kamu nggak apa-apa?” Gina terlihat khawatir karena Kimi terus saja memegangi kepalanya. Wanita itu takut terjadi sesuatu dengan Kimi. Dia tidak ingin Kimi sampai jatuh sakit karena memikirkan pernikahannya dan Kalva. Kimi menggeleng lalu tersenyum lemah,”Nggak apa-apa, tante...” sejenak Kimi mengambil nafas, lalu menghembuskan secara perlahan. Dia sudah mengambil keputusan. Kimi tidak ingin membuat kecewa mamanya. Dirinya sudah berjanji kepada mamanya. Kimi harus menepati janji tersebut. Dan jalan satu-satunya adalah menikah dengan Kalva. ”Kimi...Kimi mau, Tante.” Ucap Kimi lirih, namun Gina masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Wanita itu menatap Kimi dengan wajah terkejut. Gina berpikir bahwa Kimi akan menangis lalu menjerit dan menolak mentah-mentah pernikahan ini. Tetapi yang terjadi sebaliknya, gadis cantik itu malah menerimanya. “Kamu serius, Sayang?” Gina memastikan agar dia tidak salah dengar. Kimi mengangguk lalu tersenyum lembut,”Kimi sangat sayang sama mama, Tante. Dan Kimi tau, mama nggak akan salah memilih. Mama pasti sudah memikirkannya dengan sangat matang,” jawab Kimi lembut. "Apalagi Kimi sudah berjanji pada mama akan merubah sikap dingin Om Kalva," tambahnya dalam hati. “Oh, sayang!” Gina memeluk Kimi dengan erat, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Kimi. Tak menyangka bahwa cara pikir Kimi lebih dewasa, bertolak belakang dengan umurnya yang masih sangat muda. "Coba Kimi pikirkan kembali matang-matang. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Menikah adalah keputusan yang besar. Kalau kamu perlu waktu, maka ambilah sebanyak mungkin. Nanti biar Tante Gina yang akan bicara pada Om-mu,"ucap Gina kembali. Kimi menggeleng lalu tersenyum lembut pada Gina. Diraihnya tangan wanita itu lau digenggamnya dengan erat. "Keputusan Kimi sudah bulat, Tante. Mau menunggu selama apapun hasilnya akan tetap sama, karena Kimi percaya kalau semua ini sudah menjadi takdir Kimi," ucap Kimi bijaksana. Gina meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Mengelus penuh rasa sayang punggung rapuh Kimi. ”Baiklah kalau itu menjadi keputusan kamu. Semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan buat kamu dan Kalva.Kalau ada masalah, jangan segan-segan datang pada Tante, yah, Sayang.Ingat! Tante juga mama kamu sekarang,” nasehat Gina penuh rasa haru. Seolah seperti melepas anaknya sendiri untuk menikah. Sahabatnya itu telah membesarkan Kimi dengan sangat baik. Gina kembali mengelus punggung Kimi dengan sayang. Andai saja dirinya memiliki anak gadis seperti Kimi. Pasti dia akan sangat bangga. “Iya, tante.” Sahut Kimi serak. Berusaha menahan tangisnya. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Kalva. Dan semoga keputusan dirinya tidak salah. Menikahi orang yang tak menyukai diri kita adalah hal yang sangat menyakitkan. Dan itu yang dirasakan Kimi saat ini. Kimi hanya bisa berdoa, semoga setelah pernikahan ini, Sikap Kalva padanya akan berubah. Berharap Laki –laki itu akan menjadi lebih ramah padanya. ***_*** Waktu berjalan dengan begitu cepat. Seminggu rasanya bagaikan sehari bagi Kimi. Badannya terasa letih dan capek. Mengurus pernikahan dalam waktu kurang dari tujuh hari adalah hal yang sangat melelahkan. Begitulah yang Kimi rasakan saat ini. Walaupun Kalva hanya menggelar akad di rumah, tetapi semuanya harus dipersiapkannya dengan sangat matang. Mulai dari mengurus berkas-berkas pernikahan sampai Fitting baju pengantin. Bahkan tema pernikahan pun Kalva persiapkan dengan sangat baik. Setidaknya Kalva ingin mewujudkan pernikahan impian Kimi sehingga setiap keputusan yang diambil, Kalva akan selalu melibatkan Kimi di dalamnya. "Kamu ingin tema dekorasi akad nanti seperti apa?" tanya Kalva tiba-tiba yang membuat Kimi gelagapan. Bagaimana tidak, saat itu keduanya sedang makan siang di sebuah restoran Sunda setelah pulang dari foto Pra Wedding di salah satu studio foto terkenal di Jakarta. Sebenarnya Kimi tidak memiliki tema dekorasi yang diinginkan, karena pemikiran Kimi belum terlintas sampai kearah sana. Tetapi, karena dia berharap ini adalah pernikahan pertama dan terakhirnya, setidaknya dia ingin semuanya berjalan dengan sesuai keinginannya. Apalagi Kalva memasrahkan semua pilihan pada Kimi. Sejak kemarin WO yang disewa Kalva sudah mulai menghubunginya menanyakan semua keperluan pernikahan keduanya. "Tema Klasik. Mbak Dini kemarin sudah memberikan Katalognya pada Kimi," sahut Kimi. Walaupun hanya menyelenggarakan akad di rumah, Kalva sampai menyewa WO agar keduanya tidak perlu repot-repot kesana kesini, karena semuanya sudah disusun oleh WO pilihan sekretaris Kalva. Kalva ingin semuanya berjalan dengan baik. Seperti foto Pra Wedding tadi, keduanya tinggal datang dan berganti baju, karena semuanya sudah dipersiapkan oleh Anya, selaku WO. "Souvernir? Kamu ingin Souvernir pernikahannya seperti apa? Kata Anya kamu belum fix memilih Sovenirnya," tanya Kalva menatap layar Handphonenya. Sepertinya laki-laki itu sedang berdiskusi dengan WO yang disewa Kalva. " Terarium Tanaman, Om," jawab Kimi kemudian. Beberapa hari yang Kimi memang dilema memilih antara Lilin aromatherapy atau Tetarium Tanaman, jadi dia belum memberikan jawaban yang fix pada Anya, selaku WO pernikahan mereka. Tapi akhirnya pilihannya jatuh pada Terarium Tanaman. Kimi memilih Terarium Tanaman karena menurutnya tidak semua orang suka Lilin Aromatherapy, sementara Terarium Tanaman bisa menjadi pajangan cantik di sisi manapun benda itu diletakan. Dan untuk tanamannya sendiri, sebelumnya Kimi sudah memberitahukan pada Anya jika dia menginginkan Terarium Tanaman Kaktus. "Sudah jam dua belas siang. Habiskan makananmu karena setelah ini kamu harus ke Aurora Beauty untuk perawatan," ucap Kalva memasukan Handphone nya ke dalam saku kemejanya. Kimi mengangguk mengerti. Perawatan sebelum pernikahan memang menjadi agenda terakhirnya sebelum besok akad akan dilaksanakan. Pihak Spa sempat menawarkan tiga paket pranikah yang berbeda, yaitu Wedding Essential, The Glowing Bride, dan Eternal Bride. Kimi sempat bingung harus memilih yang mana, dan akhirnya dia memilih perawatan yang tidak memakan waktu lama, Wedding Essential. Tidak sampai dua puluh empat jam dari sekarang hidupnya akan berubah. Dia bukan lagi seorang remaja biasa. Kimi akan menjadi seorang istri dari laki-laki bernama Kalvari Airlangga. ****** Sore hari keduanya sudah sampai di rumah. Kimi terlihat lebih cantik dan segar setelah melakukan perawatan di Spa. Gadis itu langsung meminta izin pada Kalva untuk beristirahat lebih dulu. Setelah seharian pergi keluar, Kimi butuh istirahat. Besok adalah hari pernikahan keduanya. Jadi sebisa mungkin Kimi ingin tampil dengan wajah cerah, bukan kuyu karena kurang tidur. Setelah menutup pintu Kamar, Kimi langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Gadis itu menoleh sejenak, tatapannya tertuju pada bingkai berukuran kecil di atas nakas, di samping tempat tidurnya. Senyum cerah ketiganya terpampang jelas di dalam foto tersebut. Kimi masih ingat, foto itu diambil setelah keduanya merayakan ulang tahun Kimi yang ke tujuh belas tahun. Selesai makan malam, mamanya kemudian mengajak Kimi dan papanya untuk berfoto. Gadis itu tidak menyangka bahwa hari itu adalah hari terakhir kedua orang tuanya merayakan ulang tahun Kimi. Kimi meraih bingkai tersebut dan mengelus permukaan foto itu perlahan “Ma...Pa..besok Kimi akan menikah dengan laki-laki pilihan mama sendiri,” ucap Kimi perlahan. Matanya mulai berkaca-kaca karena rindu itu kembali melanda. Dia rindu sekali bertemu kedua orang tuanya. Setidaknya untuk malam ini saja, Kimi ingin sekali memimpikan keduanya. “Semoga Kimi bisa berbahagia seperti harapan mama. Dan semoga juga Kimi bisa membuat om Kalva kembali ceria seperti permintaan mama. Doakan Kimi bisa melakukan semuanya.” Tes.. air mata Kimi tidak bisa lagi terbendung. “Tolong...hikz...tolong datang ke dalam mimpi Kimi...Kimi kangen kalian...hikz...” tangis Kimi lalu memeluk bingkai foto itu erat-erat. -TBC-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN