DUA BELAS

1040 Kata
"Ap... Ap... Apa maksudmu? Kenapa target berikutnya sedang bersama Finn?" tanya Jack tergagap. "Entahlah, ku rasa mereka punya hubungan spesial." jawab Nara, sambil mengangkat kedua bahunya. Sebenarnya Nara tahu apa yang terjadi, tapi Nara memilih untuk tidak terlalu memperdulikannya. Dalam perjalanan menuju gereja tadi Nara sempat melihat seorang wanita sedang berjalan bersama Finn sambil bergelendot centil. Ia juga tahu jika Finn dan wanita itu pasti akan menuju mansion, jadi ia tak perlu repot repot menangkap target terakhirnya. "Siapa yang kau maksud, Ms. Northent?" tanya Atlas, berusaha menjaga nada suaranya agar terdengar setenang mungkin. Nara hanya menyeringai tak menjawab, saat itu juga tepat pada waktunya, Finn masuk lewat pintu utama dengan seorang wanita. Melihat wanita yang datang bersama Finn, semua yang ada di ruangan itu kaget bukan main. Ya, wanita itu adalah Clara, target terakhir Nara, buronan keluarga Darion. Semua mata tertuju pada Clara yang berdiri di samping Finn. Paham dengan situasi yang menegang, Clara tampak bergetar ketakutan. "Hey hey! Ada apa ini? Kenapa kalian semua menatap Clara seperti itu?" kata Finn, yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Tak ada yang membalas kalimat Finn, semua hanya membisu sampai Atlas melangkah mendekat kearah Clara yang berada di samping Finn. "Kalau aku boleh tahu, siapa namamu? Nama belakang mu." tanya Atlas kepada Clara. "Aku.... Aku... Aku Clara, aku tidak punya nama belakang." jawab Clara takut takut, sambil menunduk karna tak berani menatap langsung kearah Atlas. Atlas merendahkan tubuhnya untuk menatap wajah Clara yang masih menunduk. Karna aura mengintimidasi dari Atlas, tubuh Clara terlihat gemetar. "Kau menakutinya!" sergah Finn, sambil mendorong kakak sulungnya. Pria berwajah datar itu tak melawan, ekspresinya tetap sama. Atlas hanya menengok kearah Nara yang berdiri berdampingan dengan Jack. "Simple nya begini, bagaimana kalau kau mengaku saja. Aku sudah tahu siapa kau sebenarnya." kata Nara, kepada Clara yang masih menunduk. Clara langsung tersentak dan mengangkat wajahnya kearah Nara ketika mendengar perkataan Nara. Wanita itu tak mengatakan apa apa, namun tatapannya memelas seakan akan mengatakan agar Nara tutup mulut. "Atau..." lanjut Nara, mencabut pedangnya. Sambil membawa pedangnya, Nara mendekat kearah Clara, meletakan pedangnya di pundak Clara secara mendatar. Nara hanya tinggal menggeser pedangnya beberapa centi saja untuk melukai leher bersih wanita di hadapannya. "Nara, jauhkan pedangmu dari Clara!" perintah Finn. "Aku tidak menerima perintah, Mr. Darion." balas Nara, menggeser pedangnya untuk mengarahkannya ke arah Finn. "CUKUP! AKU TIDAK MENGERTI, APA MAKSUD SEMUA INI?!" seru Jack, yang sedari tadi hanya diam mencoba mencerna apa yang sedang terjadi saat ini. "Mungkin kau mau menjelaskan kepadanya, Susan." kata Nara, kembali menaruh pedangnya di pundak Clara sambil menyeringai. Semua yang ada di ruangan itu terkejut dengan panggilan yang Nara ucapkan kepada Clara. "Oh ayolah... Apakah kalian memang sebodoh ini? Wajahnya tak berubah sama sekali, hanya potongan rambut saja yang berbeda sedikit." kata Nara lagi, karna tahu semua orang di ruangan itu terkejut dengan fakta yang baru saja ia berikan. Wanita itu hanya menyamar dan memakai nama Clara di kota itu. Nara tahu identitas asli wanita itu sejak awal Nara melihatnya. Wanita itu adalah Susan, tunangan dari Gealson yang berselingkuh dengan Derry, adik dari Gealson. Susan ditugaskan untuk menjadi mata mata Darion di kota itu agar nantinya Derry, pacarnya yang sekarang, bisa merebut kota itu dari kekuasaan keluarga Darion. Ia memanfaatkan Finn, anak bungsu dari keluarga Darion yang paling polos untuk mengorek informasi. Rencananya berjalan mulus, Finn sering dibuat mabuk agar Finn membocorkan rahasia rahasia keluarganya sendiri tanpa sadar. Nara mengakui jika Susan memang sangat manipulatif dan handal dalam urusan seperti ini. Ia berhasil menipu banyak lelaki, termasuk tunangannya dulu dan Finn. "Apakah kau benar benar dia?" tanya Jack, memegangi wajah Susan dengan kasar dari dagunya. "TELL ME!!!" bentak Jack, semakin menguatkan cengkraman tangannya di wajah Susan. Jack menangkat tangannya dan mengayunkan telapak tangannya ke pipi Susan. Namun belum sempat telapak tangannya menyentuh pipi mulus Susan, Nara dengan cepat menahan tangan Jack. "Pria sejati tidak akan pernah menyakiti wanita." ucap Nara. "Ini bagianku." lanjut Nara, menatap Atlas. Finn sangat terpukul dengan fakta yang baru saja ia terima. Ia juga baru ingat jika ia sering menceritakan hal hal yang sebenarnya bersifat rahasia keluarga kepada Susan. Selama ini ia telah membocorkan kelemahan pihak keluarganya kepada musuhnya. Nafasnya memberat, tubuhnya bergetar, kepalanya terasa sangat sakit seperti habis dihantam oleh batu yang sangat besar. "Ikut aku. Aku akan mengantarmu ke pacar tercinta mu." kata Nara, menjambak rambut panjang Susan dan menyeretnya ke sebuah ruangan di mansion itu. Nara menyeretnya ke ruangan dimana target target lain di kumpulkan. Efek obat bius mereka semua sudah hilang, mereka kini dalam kondisi tersadar dengan posisi duduk bersimpuh dan tubuh mereka yang terikat tali. Empat lelaki itu di letakan di posisi berjajar. Si pemilik kamar sewa, Si pria gempal, Si Polisi, dan Sang pastor. Mereka semua menunduk, tak ada yang berani mengangkat wajahnya. Melihat Nara yang menyeret Susan ke ruangan itu, ketiga Darion menyusulnya ke ruangan itu juga. Tepat hampir tengah malam, mereka akan memulai eksekusi. "Tunggu! Dari mana kau bisa memastikan Clara adalah Susan? Bagaimana kau bisa tahu kemana ia memihak?" tanya Finn. "Kau sering tidur dengannya kan?" kata Nara, bertanya balik. Finn hanya diam, itu Nara artikan sebagai "iya". Tanpa basa basi, Nara mengayunkan pedangnya, menebas kearah leher Susan. Sangat tipis jarak antara kulit leher susan dengan mata pedangnya. Nara memotong rambut panjang Clara yang tadinya terurai sangat indah sampai tengkuknya terlihat. Disana terlihat dengan samar, tidak seperti taget target yang Nara tangkap sebelumnya. Tatto berbentuk trisula yang sama terukir di tengkuk wanita itu, samar dan kecil. Jika Finn memang tak menyadari tatto itu ada disana, mungkin memang wajar karna ketika mereka tidur bersama pasti tidak dengan kondisi lampu yang menyala dengan terang sehingga Finn tidak melihat tatto itu. "Kau! Kau memotong rambut indahku!" sergah Susan Marah, dan mencoba menghajar Nara. Namun Nara menghindar dengan cepat dan menggores paha Susan dengan pedangnya sehingga paha susah mengucurkan darah yang lumayan banyak. "Kau mau melawanku?" kata Nara sarkas. Susah ingin melawan Nara lagi, ia kesal, marah, rambutnya yang indah kini tergeletak dilantai. Tapi ia juga tak bisa menahan rasa sakit yang luar biasa di paha nya. Melihat ekspresi Susan yang marah sambil menahan sakit, Nara hanya tersenyum. Senyuman yang mengerikan, bulu kuduk Jack dan Finn langsung berdiri melihat senyuman itu. Senyuman itu terlihat seperti seorang singa yang siap menerkam mangsanya yang sudah tak berdaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN