b***k Pak Azka

1010 Kata
Satu minggu setelah kejadian Alisyah diganggu lewat telepon oleh Dion juga Pak Azka. Kini Alisyah sedang makan berdua siang ini bersama Dion. "Luar biasa, kamu memang selalu berhasil menyingkirkan gadis-gadis genit itu dariku. Aku memang tak salah menjadikanmu tamengku." Dion memuji Alisyah dengan terkesan bangganya. Menyebabkan Alisyah dengan angkuh menyombongkan diri. "Tentu saja, Alisyah gitu loh!" Alisyah dengan bangganya. "Ya, tapi kamu jangan memuji saja, Kak Dion. Setidaknya berilah aku hadiah yang banyak atas kerja kerasku." Setika hal itu menyebabkan Dion jadi mendengus kesal. "Ch, kamu ini selalu saja begini, tapi baiklah! Katakan, kamu maunya apa dariku? tas, sepatu atau apapun itu aku akan memberikannya kepdamu. "Kalau keduanya bagaimana?" tanya Alisyah dengan serakahnya membuat dengan segera Dion mengangguk tak rela. "Yuhhu! Kamulah pacar terbaikku. Nah, kalau begini dong, jangan pelit-pelit kayak kemaren! Biar akunya pun jadi semangat dan makin bekerja keras melabrak gadis-gadismu itu playboy! Hm, sekalian lipstik juga ya ..." Alisyah melunjak diakhir kalimatnya dan Dion hanya menganggukkan kepala sambil menghela nafas. Mau bagaimana lagi? Dion tak mau kejadian Alisyah yang menolak bantuannya dan menyebabkan kejadian beberapa waktu lalu terulang kembali. Dion yang malang akibat Alisyah yang dengan bossy-nya menolaknya harus merasakan kesesakan ditempeli terus oleh pacar-pacarnya yang tak mau diputuskannya begitu saja. *** Alisyah dengan wajah cemerlang berjalan menyusuri koridor dengan penampilannya ala anak sultan. Tentu saja, barang-barang yang Dion berikan kepada tidaklah murah dan kali ini Alisyah memilih menggunakannya entah kerena apa? Sebab biasannya, Alisyah pastinya akan lebih memilih menjualnya. Entahlah, mungkin Alisyah kini sedang dimasuki setan pamer. "Hey, Mili!! Aku peringatkan kepadamu berhentilah mendekati kak Dion!!" Alisyah melabrak gadis yang kini bercermin dalam toilet yang menyediakan kaca dan tentunya Alisyah yang waspada sudah lebih dulu mengunci toilet agar tidak ada yang masuk dan menghalangi tugasnya. "Ch, dasar jalang!! Berani sekali mengancamku, kamu pikir kamu siapa?" Kesal Mili menatap nyalang Alisyah. "Aku pacarnya kak Dion." Alisyah dengan percaya dirinya tanpa kenal takut. "Baru pacar sudah bangga! Hello!! Gue ini Mili calon isterinya kak Dion." Alisyah menyunggingkan seulas seyuman liciknya dengan tak mau kalah, A;isyah mempelihatkan sebuah foto yang menyebabkan Mili bungkam seketika. Wajah Mili pucat seketika berlawanan terbalik dengan raut wajah Alisyah yang kian cerah saja. Alisyah tersenyum meremehkan seraya mendekat dan mengarahkan tangannya mencengkram dagu Mili dengan kerasnya. "Masih mau mengatakan kamu calon isterinya kak Dion? Silahkan saja, katakan itu kepada semua orang, tapi jangan salahkan aku jika fotomu ini aku sebarkan." Alisyah melepaskan cengramannya lalu keluar toilet masih dengan wajah angkuhnya. Sementara Mili, jangan ditanya lagi, sebab gadis itu kini membasuh wajahnya berulang kali. Dia memang mendengar Dion lelaki tampan yang merupakan kakak tingkatnya, mempunyai banyak pacar dan Mili pun mendengar gosipnya kalau Dion sudah bosan kepada pacarnya Dion pasti akan memutuskannya. Barang siapa tidak mau serta menolak maka siap-siap saja berhadapan dengan tamengnya, Alisyah. Mengetahui hal itu bukannya Mili menjauhi Dion, herannya Mili malah masih saja mau dijadikan pacar yang kesekian. *** "Dari mana saja, kamu?" Tanya Azka menatap Alisyah dengan nyalangnya seolah hendak menelan bulat-bulat Alisyah saja. "Dari mana-mana Pak. Aku habis dari kos, habis dari toilet dan baru saja datang menghampiri Bapak keruangan ini," ucap Alisyah adanya membuat Azka menghembuskan nafasnya kasar. "Kalau cuma dari sana kenapa terlambat lagi, Alisyah? Kamu begadang lagi terus bangun telat," tebak Azka tepat sasaran menyebabkan Alisyah hanya menyengir tak berdosa. "Hehe. Nah Bapak kan tahu hobi saya emang itu dan gak bisa dipisahkan." "Ya, kamu memang hewan nokturnal!!" Cibir Azka membuat Alisyah cemberut kecut. "Iya dan ya. Apapun itu terserah Bapaklah," pasrah Alisyah tak mood untuk berdebat dan ingin cepat keluar dari ruangan yang menurutnya neraka. Dimana didalam sini Azka secara bebas dan seenaknya memperbudak Alisyah. "Yasudah, mana nih tugas yang harus saya kerjakan hari ini, Pak?" Azka sontak mengerut heran lantas memperhatikan Alisyah. Tidak biasanya bersikap pasrah, sebab Alisyah yang Azka kenal kurang lebih seminggu ini adalah type mahasiswi pembangkang yang suka protes tiap kali mendengar perintahnya, lalu sekarang kenapa malah inisiatif meminta tugas? Bahkan Azka masih ingat kelakuan Alisyah yang kurang ajarnya mengabaikkan pesan serta teleponnya minggu lalu. 'Ada apa dengan gadis ini kenapa berubah?' Azka membatin penuh keheranan melirik penampilan Alisyah dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kamu dapatkan dari mana barang-barang, ini?" tanya Azka mengalihkan pembicaraan sambil melirik tajam dengan tak sukanya melihat tas juga sepatu yang Azka yakini barang mewah. "Kamu kan miskin, tinggal di kos kumuh, sering kali tak makan dan bahkan kemeja yang pernah saya belikan kamu jual demi mendapatkan uang. Lalu bagaimana sekarang kamu menggunakan barang mahal itu?" cibir Azka dengan nada penuh penghinaan membuat Alisyah mendengus kesal sekali. "Dari pacar saya, Bapak puas?!" Alisyah dengan suara meninggi disertai rasa marah. Bisa-bisanya Azka menghinanya segitunya dan memangnya kalau miskin tidak boleh mengenakan barang mewah apa? "Tidak!" Jawab Azka dengan dinginnya tampak menyimpan kemarahan seraya menghampiri Alisyah dan dengan paksa melepas tas juga sepatu yang Alisyah kenakan. Kejadiannya berjalan begitu cepat bahkan Alisyah yang tak sigap hanya bisa menatap nanar barang miliknya yang Azka rusak entah karena apa itu. "Apa-apaan kamu, Pak. Jangan seenaknya begitu, saya tahu saya miskin tidak pantas mengenakan barang mewah, tapi Bapak juga jangan seenaknya merusak tas dan sepatu saya. Kalau udah gini saya kan jadi nyesal tidak menjualnya!!" "Putuskan pacarmu segera!" Azka mengabaikan protesan Alisyah dan malah dengan seenaknya main perintah. "Saya nggak mau, memangnya Bapak siapa?!" tolak Alisyah masih dengan marahnya tak habis pikir dengan kelakuan Azka. "Kamu asisten saya, jadi kamu harus melakukan perintah saya!" Alisyah membuang nafasnya kasar. "Saya tahu itu, saya asisten Bapak, tapi ingatlah Pak! Hanya asisten dosen, bukan asisten rumah tangga apalagi asisten yang selayaknya isteri Bapak!" geram Alisyah merasa muak dengan sosok dihadapannya. Azka menatap tajam egonya tersinggung mendengar Alisyah membantah perintahnya. "Saya tidak perduli hal itu, tapi jika kamu mau menikah dengan saya baru mau menurut, yasudah, ayo kita menikah. Dan kamu ingatlah untuk patuh, segera putuskan pacarmu!" Alisyah mendengus kasar tak tahan hal itu ia kemudian berlari keluar menghindari Azka tanpa perduli kakinya mengenakan alas kaki ataupun tidak. "Dasar ganteng-ganteng sialan! Apa-apaan tadi ..." rutuk Alisyah kesal melupakan keadaan dirinya sendiri. *** To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN