Fernando menginap di apartement Viola, karena dia enggan untuk serumah dengan Diandra. Rasanya sangat tak nyaman ada wanita lain di dalam Rumah.
Walau dia akan menjadi seorang istri. Tapi tetap saja, Fernando tetap terhubung dengan Diandra. Jika perlu saja dia mendekat.
Esok adalah hari pernikahan mereka. Dan itu membuat Fernando semakin kesal. Bagaimana tidak. Karena mereka harus pas baju semuanya. Dan Fernando paling malas melakukan hal itu. Akhirnya meminta.
Karena ukuran dan tinggi badannya sama dengan Fernando. Jadi tak masalah kan. Karena dia ingin berdua saja bersama Viola di akhir pekan ini.
"Sayang, bangun."
"Fernando ... aku sedang membangunkan mu nih," ujar Viola yang mulai kesal. Karena Fernando tak juga bangun.
"Sayang ...."
" Cium dulu dong," pinta Fernando masih memejamkan matanya.
"Dasar manja!" dumel Viola. Tapi tetap dilakukan nya ciuman pagi.
Cangkir. Eehhmm
Fernando malah melumat bibir Viola dan menghisapnya kuat. Meremas dadanya dan menarik tubuh Viola hingga kini menarik berada di bawah Fernan.
"Fer ... aakh ...." pekik Viola saat Fernando berusaha melepaskan celana dalam Viola.
"Ini terlalu pagi, sayang."
"Justru itu, aku mau berolahraga pagi dengan mu," desah Fernando. Dan langsung merambat ke bawah.
Di mana v****a Viola berada. Fernan langsung menjilatnya. Menciuminya. Membuat Viola keenakan. Viola mendesak kepala Fernan membuat Lidah Fernan semakin masuk ke dalam.
"Aakhh ... terus sayang."
"Kau suka?"
"Sangat, aku selalu menyukai ... akhh ... menyukai lidahmu yang nakal ... akhh ... Fer ... rr ...."
"Apa?"
Kini Fernan sedang menusuknya menggunakan jari tengahnya. Dan terus menusuknya kembali memasukkan jari dari tiga jari sekaligus.
Membuat Viola semakin sengsara karena nikmat.
"Fer ... masukkan aku tak tahan ... gi ...."
"Kau mau apa sayang?"
"Masukkan milikmu, Fer ... Tolong ."
"Ke mana?"
"Ahh ... Fer ... jangan menggodaku terus ...."
"Aku bertanya memasukkan ke mana sayang?"
Viola yang gemas dengan Fernando langsung menggantikannya Fernando untuk memegang kendali permainan. Fernando sangat suka bila Viola sudah mulai panas dan ganas.
Viola yang sudah ada di atas Fernan langsung dimasukkan milik Fernan ke vaginanya.
Aakkhh ... Viola mendesah nikmat dan mulai bergoyang di sana. Fernan meremas d**a Viola dan sesekali menghisapnya.
Viola menggila dengan terus bergerak pembohong di atas Fernan. Hingga Fernan mencapai kepuasannya.
"Aku mencintaimu, Viola."
"Aku juga, Fernan."
**********
Hari ini melampaui Diandra untuk memasang baju. Diandra bingung karena bukan Fernan yang menemaninya tapi malah Diego tapi dia tak mau banyak bertanya. Karena Diandra tahu pasti Fernando lah yang ditolak.
"Masuklah, Diandra," ujar Diego saat mereka sampai di sebuah toko butik Pengantin. Diandra langsung takjub dibuatnya. Gaun pengantin yang terpajang di sana sungguh sangat luar biasa.
Rasanya Diandra tak perlu sanggup memakainya karena terlalu mewah.
"Diandra, pilih mana yang kau mau."
"Aku?"
"Dia kan kamu pengantinnya. Itu semua tergantung Seleramu kan?"
"Semua bagus."
"Aku tahu. Tapi pasti kamu menemukan pilihan mu sendiri."
Diandra memandang Diego, mengapa Diego begitu baik bertanya.
"Diandra?"
"Eh iya. Setuju aku akan memilih sendiri."
Diandra mulai memilih gaun-gaun pengantin. Diandra takut menyentuhnya jadi dia hanya bisa diundang tanpa dilawan.
Diego heran melihat Diandra yang sedari tadi hanya keliling tanpa diizinkan dan mencoba. Gemas Diego dibuatnya dia pasti takut mengenakan gaun-gaun itu.
"Diandra."
"Ya?"
"Kenapa lama sekali. Mana yang mau kamu coba?"
"Apa? Coba?" Ulang Diandra ragu
"Iya."
"Eh ... jangan, nanti rusak."
Astaga! Diego memegang tawa di sana. Kenapa Diandra begitu polos sih.
"Diandra, dengar kalau kamu tidak mau bagaimana kita tahu gaun itu pas atau tidak di badan mu?"
"Tapi gaun ini terlihat rapuh, aku takut rusaknya," ucap Diandra sedih
Diego yang gemas langsung memilihkan satu gaun dan memberikannya pada Diandra.
"Ambil dan coba." Diego memanggil Staf toko dan memintanya untuk membantu Diandra memakai gaunnya.
Diandra masuk ke dalam ruangan khusus di sana ada kaca yang sangat besar.
"Silakan kamu lepas pakaian kamu."
"Apa? Lepas."
"Kamu harus menyetujui nyonya."
"Susah, jangan lihat aku ya, aku malu."
Sang pegawai toko pun mengangguk maklum.
"Aku sudah lepas pakaianku lalu apa?"
"Boleh saya melihat sekarang?"
"Tapi aku telanjang."
"Kita kan sama-sama perempuan nyonya." gemas sekali pegawai ini dengan Diandra.
Diandra berfikir ia sih, tapi kan tetap saja malu.
"Yasudah mengambil apa kau lihat."
Pegawai itu pun menolak badan dan melihat tubuh telanjang Diandra yang hanya mengenakan bra dan celana dalam.
"Wow ... nyonya tubuh mu bagus sekali."
"Iihh ... tuhkan ... malu ah."
"Calon suamimu sangat beruntung pasti. Aku yang wanita hanya terkagum-kagum nyonya."
"Ih sudah ah, aku malu. Buruan pakaikan aku gaunnya."
"Iya nyonya maafkan aku."
Diandra diam saja. Dia masih mengingat ucapan sang pegawai.
Suaminya akan beruntung memiliki dia. Tidak mungkin Buktinya saja dia tak hadir saat mengenakan baju. Malah meminta Diego yang meminta menemaninya. Sementara Fernando tak tahu di mana.
"Sudah nyonya."
"Hah sudah?" ucap Diandra tak percaya cepat sekali.
"Kamu sangat cantik nyonya." Diandra melihat dirinya di Cermin
Astaga benarkah itu miliknya.

"Ini benar aku?" Ucap Diandra yang tak percaya. Mengapa gaun mampu mengubah wajah seseorang.
Sang pegawai tersenyum.
"Mari perlihatkan pada calon suamimu."
"Calon suami ku?"
"Dia tuan yang tadi bersama, calon suamimu bukan?"
Diandra terdiam lalu menggeleng lemah. Membuat pegawai yang bingung.
"Maaf nyonya kalau aku salah."
"Tak apa. Dia memang bukan calon suamiku tapi calon kakak iparku."
"Oh, lalu di mana calon suamimu?"
"Dia ada keperluan lain. Yang lebih penting." Diandra menunduk tak ingin membicarakan calon lebih lama.
"Mari nyonya kita keluar."
Diandra mengangguk dan keluar menunjukkan gaunnya pada Diego.
Diego yang sedang membaca majalah langsung tersentak dan terdiam di sana. Tak bersuara, tak berkedip. Membuat pegawai di samping Diandra tersenyum.
"Cantik kan tuan?"
"Sangat, sangat cantik," puji Diego tanpa sadar.
"Benarkah?" Ujar Diandra
Membuat Diego berusaha untuk mencoba yang biasa.
"Ya pasti Fernando akan mengatakan dirimu cantik," elak Diego. Diandra tersenyum karena dia tahu Diego hanya mengelak.
"Aku pilih ini," kata Diandra. Yang langsung mendapat anggukan dari pegawai.
"Kamu mau mencoba jasnya tuan?"
"Sudah, aku suka karena warnanya serasi dengan gaun Diandra."
"Akan saya bungkus."
Pegawai pun pergi untuk mengemas gaun dan jas yang dipilih.
Diandra masuk kembali ke dalam untuk melepas gaunnya.
Lalu Diego mengundang Diandra untuk makan siang dulu.
*****
"Diego."
"Apa?"
"Jas apa yang kau pilih, kenapa aku tidak tahu."
"Untuk apa kau mengundang, yang menjadi calon mu kan Fernando bukan aku."
"Tapi, aku ingin tahu."
"Besok juga tahu kan."
Diandra diam. Diego benar, untuk apa dia ingin tahu sekarang, kalau pergi saja dia akan melihat Fernando memakai pakaian yang dipilihkan oleh Diego.
Seperti nya Fernando sangat mempercayai kakaknya ini. Dari semua yang disiapkan hingga pakaian pengantin. Diego memang bisa diandalkan. Dan dia sangat sabar.
"Makanlah, Diandra, kau akan sangat sibuk."
"Ya, terima kasih untuk semuanya kak," ucap Diandra dengan menyebut Diego sebagai kak. Diego akhirnya tersentak tersenyum
"Kau mulai mengundang ku kak, heh?"
"Hihi bukan apa kan kak?"
"Tak masalah. Sesukamu saja."
"Terima kasih lagi kak."
Diego tertawa dan mengusap rambut Diandra lembut. Gadis impiannya. Kenapa harus berjodoh dengan adiknya. Bukan dengan dirinya. Andai saja dia adalah anak dari keluarga Horrison, pastilah dia yang akan menikahi Diandra.
Sudah lah ikhlas kan, dia akan menjadi adik iparmu besok. Lupakan perasaan mu Diego.