Siapa bilang udah move on?

953 Kata
Lika berlari masuk ke dalam rumah dengan kesal. Jay bergerak menyusul Lika. Namun, Vina menangkap tangan Jay hingga Jay tertahan. "Phi, mau kemana?" "Vin, bentar ya. Phi mau nyusul Lika. Bentar aja," "Tapi, Phi ..." Jay melepaskan tangan Vina darinya, dan segera bergegas mencari Lika. Di dalam rumah, Lika langsung menemui Jamy di ruang tamu. Tampak Jamy sedang berbincang dengan santai bersama Khun Thivat. Lika langsung duduk di samping Jamy dan berbisik, "Jam udah selesai belom? pulang yok," "Iya, bentar lagi," Jamy balas berbisik. "Gak mau bentar lagi. Sekarang ..." "Stalker, ikut Gua bentar. Gua mau ngomong sama Lu," Jay yang baru saja tiba, mendekat, dan memegang tangan Lika. "Sorry, Kami udah mau pulang," Jamy berdiri dari Duduklah. Lika menarik tangannya dari Jay dan ikut berdiri. "Jay, kamu apa-apaan sih? Ayah dan Jamy sedang bicara!" "Aku cuman mau ngomong ama Lika, kok." "Sorry Jay. Lika udah gak nyaman dan mau pulang. Khun ... kami permisi dulu," Jamy tersenyum kearah Khun Thivat. Khun Thivat menatap Jay lalu menghela nafas kesal, "Ya udah. Maaf ya, kalau Jay hampir buat keributan lagi," "Ayah! apa-apaan sih? siapa yang buat keributan!" Jay meninggikan suaranya. "Gak papa Khun. Ncel, yok cabut," Jamy dan Lika segera berlalu. "Tunggu. Stalker! Gua mau ngomong sama Lu," Jay hendak mengejar Jamy dan Lika. "Jay! kamu apa-apaan sih!" Khun Thivat meradang, "Udah Ayah bilang, kan, jangan buat masalah dengan Jamy!" "Aku gak ada urusan kok sama si tukang bedak itu, Aku cuman mau ngomong ama Lika!" "Untuk apa kamu ngomong sama dia? Liat tuh Vina sedih karena kamu cuekin dari tadi!" Khun Thivat menunjuk Vina yang baru saja masuk dan berdiri tak jauh dari mereka. Jay menghela nafas. Dengan frustasi dia mengacak rambutnya dan bergegas ke lantai atas. Bum! Jay membanting pintu kamarnya, hingga suara pintu tersebut menerobos lantai bawah. "Anak itu udah gila, ya?" Khun Thivat mendekati Vina, "Kamu gak papa? Jay kayaknya lagi stres," "Gak papa Paman, Phi Jay gak biasanya kayak gitu. Mungkin dia lagi beneran ada masalah." Vina tersenyum, namun tangannya mengepal erat. Dia berusaha menyembunyikan emosinya. Gadis itu bisa mengendalikan perasaannya dengan baik. Kelebihan Vina adalah, dia mampu membuat orang lain tak bisa membaca niat hatinya. Hingga tak satupun tahu apa yang sedang dia pikirkan. *** Jamy menatap Lika yang duduk di sampingnya. Setelah keluar dari rumah Jay, Lika tampak begitu pendiam. Dia beberapa kali memukul dahinya, seperti mengumpat pada dirinya sendiri. "Lu kenapa? si Jay tadi macem-macem ama Elu?" tanya Jamy setelah lima belas menit menyetir. "Gak macem-macem sih, tapi dia nyebelin banget," Lika menghela nafas, "Nyebelin banget, karena dia makin ganteng tiap harinya," batin Lika. "Lu baleslah. Kan Elu ratunya nyebelin." "Sebenarnya tujuan Lu ngajak Gua ke sana buat apa, sih?" "Kan udah Gua bilang buat makan malam," "Kan itu rumah Khun Jay. Elu Harusnya nahan Gua biar gak kesana, ini malah Lu sendiri yang bawa!" Jamy meminggirkan mobilnya. Dia berhenti, menatap Lika dengan lekat. Wajah Lika memenuhi pupil matanya, "Gua mau buktiin ke dia kalau Lu bisa cepat move on dari dia." "Gak perlu buktiin kali," "Gua cuman gak mau dia sok superior. Ngerasa dia adalah segalanya, dan Elu bakal menderita karena putus dari dia. Gua mau buktiin kalau Lu makin bahagia. Biar dia nyesal udah semena-mena ama Lu. Biar tau rasa!" "Y-Ya tapi kan ..." "Liat, dia uring-uringan gak karuan kan? hahaha, puas gak tuh. Tapi awas ya, kalau Lu ladenin dia lagi, Gua tabok Lu," "Ih, apaan sih? mana ada Gua ladenin dia." Jamy tersenyum lalu kembali menancap mobilnya. Lika masih dengan dunianya sendiri. Dia hanya diam, berbagai pikiran berkecambuk di kepalanya, menumpuk bergunung-gunung, dan dia berusaha membersihkan semua tumpukan itu. *** Di rumahnya, Jay sangat uring-uringan seperti yang dikatakan Jamy. Dia gelisah dan resah. Pukul sebelas malam, berkali-kali dia berusaha memejamkan matanya. Namun, dia tak bisa tertidur sama sekali. Jay mengambil gawainya, berusaha menghubungi Lika. Namun, nomernya masih tetap terblokir hingga panggilannya tak mungkin tersambung. Jay kesal lalu melempar gawainya. Beberapa menit kemudian dia mengambil gawai dan mencoba menelepon lagi. Tapi, hasilnya tetap sama. Sebuah ide baru saja berlari melesat di kepalanya Jay. Dia membuka sosial medianya, lalu mencari akun Isteri Sahnya Khun Suppasit. Jay segera membuka kotak pesan. Dia memutuskan untuk menulis pesan pada admin akun tersebut. Karena, akun itu telah mempertemukan dia dan Lika sekali. "Min. Lu kenal Lika, kan? ini supir pribadinya Khun Jay. Bisa titip pesan ke dia? tolong buka blokiran nomer Khun Jay, bilang ama dia, Khun Jay nyariin dia. Minta tolong ya Min" Pesan tersebut akhirnya terkirim. Jay menggerak-gerakkan kakinya, menunggu balasan dari akun tersebut. Sementara itu, Lika yang tak sengaja menekan notif di gawainya, berguling-guling kesal. Dia memang selalu ceroboh, dan kadang melakukan sesuatu secara tidak sadar. Hasilnya dia malah membuka pesan yang baru saja masuk ke gawainya. "Aaaa! kok gua buka sih? tulul banget maunya kemaren gua matiin aja notifnya, huwaa," Lika mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Karena pesan tersebut sudah terbuka, Lika langsung saja membacanya, "Oh, si supir pribadi. Pak Pras? anjiirr mau-maunya Pak Pras disuruh Khun Jay ngirim pesan begini," Lika menatap pesan tersebut agak lama, lalu mendesah, "Hah, gak usah dibales de, bisa gawat nanti," Lika kembali menutup gawainya. Jay yang tak mendapatkan balasan, melempar bantal, guling, serta selimutnya karena frustasi, "Kok cuman di read doank sih? balas oy balas!" pekik Jay. Namun, sudah hampir satu jam, tetap belum ada balasan dari akun itu. Jay akhirnya melempar gawainya dan bergelung di dalam selimut, mencoba untuk menidurkan diri. *** Lika menatap foto Jay yang masih terpajang di kamarnya. Dia memejamkan mata, tak ada bayangan lain. Di mata dan hati Lika, selalu ada Jay. Walau laki-laki itu adalah buaya level ganas. Namun, Lika tetap membiarkan hatinya dimangsa. "Siapa bilang Gua uda move on? bohong banget." TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN