Gak semudah itu

492 Kata
"Phi sadar, kalau Phi cinta sama kamu, hanya sebatas Phi Nong (Kakak Adek). Kamu tetap jadi yang spesial di hati Phi, tapi ... gak spesial seperti orang itu. Phi punya orang lain yang benar-benar berada di hati Phi, Phi baru sadar, dia cukup kuat. Khotot na khap maak maak, Vin (maaf dengan amat sangat). Phi cuman mau bilang, kalau Phi ternyata cinta sama orang lain." "Hyud! (berhenti)," Vina menghela nafas kesal, "I don't want to hear anymore," "Vin ... Phi jujur sama kamu agar ..." "Orang itu Lika, kan? Phi mau balikan sama dia, kan!" "Iya, itu Lika. Phi baru sadar kalau ..." "Phi bilang dia ceroboh, cewe gak bisa diatur. Phi bilang Phi gak cinta ama dia. Tapi, kenapa sekarang Phi malah ngomong gini!?" "Phi bingung. Phi belum pernah pacaran, belum pernah deket ama cewe sekalipun kecuali kamu. Phi pikir ... Phi pacaran ama Lika cuman Karena kesepian, tapi ternyata Phi benar-benar cinta ama dia." "Tapi Vin juga cinta ama Phi!" nada suara Vina yang sudah meninggi dari awal, menjadi makin tinggi karena dia sedang emosi. "Kamu mungkin juga cinta ama Phi, hanya sebatas Phi Nong. Kamu harus pikirkan baik-baik. Jangan nanti terlanjur bertindak gegabah kayak yang Phi lakuin." "Chan rak Phi maak maak. Cing cing! (Aku benar-benar sangat cinta). Vin yakin dan gak bakal bertindak gegabah." "Vin ... maaf kalau Phi nyakitin kamu. Phi ... harus nemuin Lika." "Phi Jay!" "Phi pergi dulu. Maaf," "Phi Jay ..." Jay bergegas keluar dari apartment Vina. Begitu Jay keluar, Vina langsung membanting gelas di depannya, "Ai sat! (*u*****n)." *** Lika berguling di tempat tidurnya lalu menerawang jauh. Sesekali dia menghela nafas, lalu merubah posisinya beberapa kali, mulai dari terlentang, miring kiri, miring kanan, hingga tengkurap. Lika sangat benci keadaan ini. Keadaan dimana otaknya terganggu, dan membuatnya tak bisa memejamkan mata sama sekali. Lika meraih gawainya dan memeriksa jam di gawai tersebut. Pukul setengah sepuluh malam. Biasanya Lika akan mudah terlelap jika sudah makan banyak. Namun, hingga saat ini dia sudah melahap hampir semua makanan di rumahnya. Bahkan di kulkasnya hanya tersisa air putih. Lika masih belum mengantuk juga. Lika kembali duduk, lalu membuka laptopnya yang sudah begitu lama tak tersentuh. Hingga laptop tersebut berdebu. Begitu laptop dihidupkan, tampak foto Jay sebagai layarnya. Lika menatap foto tersebut agak lama, lalu mengambil tisu dan menyeka layar laptopnya. "Maaf ya sayang. Kamu jadi berdebu gini," gumam Lika pelan. "Ka, Kamu di dalam? buka pintunya!" terdengar suara dari luar. Lika hampir saja menyumpah karena kaget. Namun, begitu mendengar suara yang tak asing, Lika segera berlari keluar dan mengintip dari jendela. "Khun Jay?" Lika hampir tersenyum ketika mengetahui orang tersebut adalah Jay. Namun, cepat-cepat dia merubah ekspresinya menjadi cemberut, "Hidih, ngapain dia disini lagi? bosen ama idupnya kali nih orang," ucap Lika, dan kembali mengintip Jay. "Lika!" Jay menggendor-gedor pagar rumah Lika yang terbuat dari besi, dengan tinggi diatas pinggang Jay sedikit. "Aku mau minta maaf! maafin aku, Ka. Buka pintunya!" "Enak aja mau minta maaf, gak semudah itu Jaelani." TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN